PADANG, hantaran.co — Lima Hari pasca bencana gempa bumi berkekuatan 6,1 skala Richter yang mengguncang Kabupaten Pasaman Barat dan sekitarnya pada Jumat (25/2) lalu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar mencatat, saat ini masih terdapat 9828 pengungsi yang bertahan di tenda-tenda pengungsian darurat sementara di Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten Pasaman.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sumbar, Rumainur menjelaskan. Jumlah pengungsi yang bertahan di berbagai posko pengungsian darurat sementara di dua Kabupaten tersebut, menurutnya terus mengalami penurunan dibandingkan hari-hari sebelumnya
“Junlah pengungsi yang terdata terus berkurang setiap harinya, karena sudah ada beberapa pengungsi yang meninggalkan posko pengungsian darurat sementara karena mereka mulai kembali ke rumah masing-masing, maupun pindah mengungsi ke rumah sanak saudara mereka. ” ujarnya kepada Haluan pada Selasa (1/3).
Lebih lanjut, mengenai update kerusakan dampak gempa yang masih terus dilakukan pihaknya, Rumainur mengungkapkan, Kabupaten Pasaman Barat masih tercatat sebagai daerah yang paling terdampak gempa parah, kemudian disusul oleh Kabupaten Pasaman, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Agam, dan wilayah terdampak paling ringan adalah Kabupaten Padang Pariaman.
“Rincian perkembangannya, hingga hari ini, di Kabupaten Pasaman Barat, ada 8000 ribu orang yang harus mengungsi, 42 orang mengalami luka ringan, 22 orang luka berat, 7 orang meninggal, 1346 rumah rusak berat , 14 bangunan sekolah rusak berat, 48 kantor rusak , 2 Puskesmas rusak, 22 tempat ibadah juga rusak, dan sekitar 6 kilometer jalan raya mengalami kerusakan, ” ujarnya.
Kemudian, di wilayah Kabupaten Pasaman, menurutnya hingga kini gempa telah tercatat mengakibatkan 1000 rumah rusak dan menyebabkan 1828 ribu orang harus mengungsi, 36 orang mengalami luka ringan, 5 orang menderita luka berat, 4 orang masih dinyatakan hilang, 6 orang dinyatakan meninggal, 2 sekolah rusak, serta 2 kantor rusak.
“Di Kabupaten Pasaman, gempa bumi juga memicu terjadinya longsoran di satu lokasi dan menyebabkan tiga buah jembatan penghubung putus sehingga masih belum dapat di lalui,” ungkapnya.
Sementara itu, di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota, menurut Rumainur, gempa menyebabkan 5 rumah mengalami kerusakan ringan, 20 rumah mengalami kerusakan dengan kategori sedang, 2 rumah rusak berat, 1 kantor rusak ringan, serta mengakibatkan 1 rumah ibadah mengalami kerusakan berat.
“Di Kabupaten Agam, gempa bumi juga dilaporkan mengakibatkan satu orang mengalami luka berat, dan sebuah rumah mengalami kerusakan ringan.Sedangkan di Kabupaten Padang Pariaman, gempa dilaporkan oleh BPBD setempat hanya menyebabkan sebuah rumah mengalami kerusakan ringan, ” ucapnya.
Rumainur juga menyebut, di Kabupaten Pasaman Barat, para pengungsi masih bertahan di tiga belas posko pengungsian darurat sementara yang telah didirikan pihaknya bersama relawan dan instansi terkait.
” Di Pasaman Barat, Posko pengungsian ada di 13 titik, diantaranya di Sungai Abuk, Bateh Pulai, SMP Kajai, Lapangan Bola SP 3, Banjir Durian Gadang, Simpang Jembatan Panjang, Lubuak Panjang Kajai, Kantor Wali Nagari Aula Kuning, Rumah Gadang Kampuang Padang Panjai, dan dua posko lagi didirikan di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Kinali,” ungkapnya.
Sedangkan di Kabupaten Pasaman, Rumainur mencatat hingga kini, telah berdiri sebanyak 8 Posko pengungsian yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Pasaman.
” Posko Pengungsian di wilayah Pasaman, terdapat di Jorong Siparayo, Gunuang Malintang, SD 02 Bukik Lintang, Jorong bunga Tanjung, Kampung Rawang, Kampung Tokang, Kampung Air Apung, serta sebuah posko pengungsian terbesar di Kantor Camat Tigo Nagari,” ucapnya.
Sedangkan di wilayah Kabupaten Agam, titik pengungsian dikatakannya hanya terdapat di Kecamatan Palembayan, Nagari Salareh Aia. Sedikitnya posko pengungsian di Kabupaten Agam, juga dikaitkan oleh Rumainur dengan sedikitnya masyarakat terdampak gempa di daerah tersebut.
“Di Kabupaten Agam ini, fenomenanya kebanyakan pengungsi berasal dari daerah Kabupaten tetangga, yakni dari Kabupaten Pasaman,” ungkapnya.
Rumainur juga mengatakan, pihaknya bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPD) masih akan terus melakukan pendampingan di sejumlah Posko Darurat Bencana (PDB)Â yang telah berdiri di sejunlah lokasi di Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten Pasaman.
“Sesuai dengan masa tanggap darurat yang telah ditetapkan oleh Bupati Pasaman Barat, yaitu selama 14 hari pasca bencana, personel BPBD Sumbar masih akan terus berada di lokasi untuk, membantu dan memantau jalannya kegiatan pasca bencana,” ucapnya.
Selain itu, Rumainur juga mengatakan, pendistribusian logistik bantuan, evakuasi, pendataan dan trauma healing bagi para korban dan pengungsi, akan di komandoi oleh BPBD Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat.
” Telah didirikan juga dua buah posko tanggap darurat di dua Kabupaten, untuk di Kabupaten Pasaman Barat, poskonya bertempat di kantor Bupati, sedangkan di Kabupaten Pasaman, posko telah berdiri di Kantor Camat Tigo Nagari,” ungkapnya.
Sementara itu, Mengenai penyebab gempa bumi yang meluluh lantahkan beberapa daerah di Kabupaten Pasaman Barat dan sekitarnya pada Jumat pagi lalu itu, Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika BMKG, Rahmat Triharyono
menyatakan, gempa di Pasaman Barat ternyata disebabkan oleh patahan baru yang dinamakan dengan segmen Talamau.
“Setelah melakukan survey langsung kelapangan, ternyata penyebab gempa kemarin bukan karena pergerakan sesar segmen Angkola seperti yang kita duga kemarin, melainkan ternyata disebabkan oleh patahan segmen sesar yang baru terdeteksi aktivitas seismiknya, kita namakan patahan baru itu dengan nama segmen dan sesar Talamau, ” ungkapnya saat menggelar konferensi pers di Bandara internasional Minangkabau pada Selasa (1/3).
Rahmat juga mengatakan, pihaknya akan terus memantau perkembangan aktivitas kegempaan yang akan terjadi di segmen sesar baru itu untuk mendeteksi dan memetakan potensi kegempaan di wilayah yang dilalui oleh sesar itu. (*)
Fauzi/hantaran.co