Ekonomi

Untuk Meningkatkan Daya Saing UMKM, Ini Caranya Kata Kemendag

4
×

Untuk Meningkatkan Daya Saing UMKM, Ini Caranya Kata Kemendag

Sebarkan artikel ini
Sumbar
Pembeli tengah melakukan pembayaran menggunakan aplikasi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di lapak salah seorang pedagang telur di Pasar Raya Padang beberapa waktu lalu. Sektor UMKM terus dipacu untuk memaksimalkan digitalisasi dan transaksi dan produksi. IRHAM

JAKARTA, hantaran.co – Salah satu upaya meningkatkan daya saing usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM) di pasar global adalah pelaporan harus berbasis perdagangan berkelanjutan
(sustainablity report). Pelaku ekspor harus lebih memahami berbagai aspek tentang perdagangan
berkelanjutan ini agar bisa diterima di berbagai negara di dunia.

Sedikitnya 1.000 UMKM kini didampingi Direktorat Kerja Sama Pengembangan Ekspor Direktorat
Jenderal Pengembangan Eskpor Nasional Kementerian Perdagangan untuk bisa menembus pasar
ekspor dan mampu membuat profil dan laporan perusahaan yang berisi isu perdagangan
berkelanjutan ini.

Untuk itu, Kemendag menggandeng Global Reporting Initiative (GRI) dan Asosiasi Business
Development Services Indonesia (ABDSI) menggelar forum bisnis bertema “Strategi Branding
Melalui Sustainability Company Profile untuk Pendamping BDS” secara hibrida. Forum bisnis ini
digelar hari ini, Senin (25/10) dan merupakan rangkaian dari Trade Expo Indonesia ke-36 Digital
Edition (TEI-DE).

Turut hadir Ketua ABDSI Cahyadi Joko Sukmono, Ketua ABDSI Korwil Bali Tjok Widyawati, GRI
ASEAN Regional Program Manager Lany Harijanti, dan GRI Country Program Manager Hendri
Yulius Wijaya. Forum bisnis ini juga diikuti sekitar 200 pelaku UMKM dari berbagai daerah.

“Penyelenggaraan forum bisnis ini diharapkan dapat membantu para pelaku UMKM untuk
menembus pasar ekspor global yang kini semakin menjadikan sustainability sebagai syarat
penerimaan produk. Kesadaran terhadap isu sustainability juga dapat meningkatkan daya saing
produk di pasar global,” ujar Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi di
tempat terpisah.

Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Marolop Nainggolan mengatakan, kegiatan ini
bertujuan meningkatkan kesadaran para pelaku usaha terhadap isu sustainability agar dapat
meningkatkan daya saing. Salah satunya, melalui pembuatan pelaporan berkelanjutan
(sustainability report).

“Pelaporan berkelanjutan sangat penting mengingat di era berkelanjutan saat ini. Untuk dapat
melakukan ekspor, UMKM harus mempersiapkan diri menyediakan data administrasi seperti
environmental, social, and corporate governance (ESG),” jelas Marolop.

Ia menuturkan, forum bisnis ini terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama adalah seminar web
atau webinar yang menjelaskan prinsip-prinsip sustainability bagi UMKM dan strategi pemasaran.
Selain itu, peserta juga diminta untuk menuliskan kinerja sustainability dalam profil perusahaan.

Sementara, pada sesi kedua di hari yang sama, para trainer ABDSI mendampingi UMKM untuk
menyusun profil perusahaan dan berduskusi langsung dengan trainer. Profil perusahaan dapat
disusun hingga dua minggu ke depan yaitu 26 Oktober 2021—15 November 2021.

“Saat ini, negara-negara tujuan ekspor, seperti negara di Eropa dan Amerika semakin
memperketat kriteria sustainability untuk produk-produk yang diperbolehkan masuk ke
negaranya. Kami berharap para pelaku UMKM dapat memanfaatkan sesi pelatihan dalam forum
bisnis ini dengan sebaik-baiknya. Sehingga, nantinya dapat menghasilkan UMKM yang andal
dalam menyambut era sustainability,” kata Marolop.

Ketua ABDSI, Cahyadi Joko Sukmono, mengatakan, ABDSI sebagai asosiasi yang bergerak dalam
pembinaan UMKM di seluruh Indonesia mengapresiasi kolaborasi yang dilakukan bersama
Kementerian Perdagangan dan GRI.

“ABDSI akan terus berupaya memberikan fasilitasi dan pendampingan bagi UMKM untuk
meningkatkan kapasitas dan daya saing. Pada forum bisnis kali ini, akan lebih ditekankan pada
pengembangan strategi branding dan pemasaran UMKM yang berbasis prinsip sustainability,”
imbuh Cahyadi.

Isu keberlanjutan, lanjut Cahyadi, menjadi satu kebutuhan dalam beberapa waktu terakhir.
“Meskipun dalam konteks UMKM isu green business belum menjadi isu yang menarik secara
signifikan, keberlanjutan harus dimaknai jangka panjang. Bisnis harus bersama-sama menjaga
ekosistem agar tetap berkelanjutan, tidak hanya tujuan ekonomi tetapi juga tujuan lingkungan
dan sosial dengan menghubungkan kebutuhan global seperti memenuhi syarat negara tujuan
ekspor untuk green business,” imbuhnya.

GRI Country Program Manager Hendri Yulius Wijaya menambahkan, prinsip-prinsip sustainability
meliputi tiga aspek, yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Ketiga prinsip tersebut dapat
dilaksanakan dengan melakukan perubahan atau perbaikan internal maupun eksternal
perusahaan.

Beberapa contoh kegiatan sustainability, antara lain pelatihan dan pengembangan
karyawan, pengelolaan limbah produk atau kemasan, penghematan energi dan air di lokasi
pengolahan, penggunaan pemasok lokal, dan pelatihan masyarakat lokal untuk menjadi karyawan. (*)

hantaran.co