Ekonomi

UMKM di Sumbar Dituntut Kuasai Pasar Digital, Ini Kata Wagub Audy  

12
×

UMKM di Sumbar Dituntut Kuasai Pasar Digital, Ini Kata Wagub Audy  

Sebarkan artikel ini
UMKM
EKONOMI KREATIF—Aktivitas di salah satu gerai sablon baju di kawasan Dadok Tunggul Hitam, Kota Padang, Selasa (15/6). Pendampingan usaha sangat dibutuhkan para pelaku UMKM agar usaha yang dijalankan dapat berkembang secara kualitas dan kuantitas. IRHAM

PADANG, hantaran.co — Kemajuan teknologi informasi yang amat pesat dalam satu dekade terakhir harus bisa dimanfaatkan oleh berbagai pihak, tak terkecuali pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Agar bisa terus bersaing, pelaku UMKM dituntut mesti bisa menguasai pasar digital, yang semakin potensial seiring berkembangnya teknologi.

Wakil Gubernur Sumatra Barat, Audy Joinaldy, menyebutkan, sektor UMKM merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi masyarakat Sumbar. Tercatat sekitar 89 persen perekonomian masyarakat Sumbar bergerak di sektor UMKM.

Namun, pada masa pandemi Covid-19, UMKM menjadi salah satu sektor yang sangat terdampak. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku UMKM pada masa pandemi adalah menurunnya pelanggan dan permintaan pasar.

Audy mengatakan, salah satu upaya untuk mengembangkan kembali sektor UMKM di masa pandemi adalah dengan melakukan peningkatan inovasi, kreasi, adaptasi, dan keterampilan para pelaku UMKM. Bukan saja dengan berjualan maupun melakukan pembayaran secara dalam jaringan (daring), tetapi juga menciptakan produk yang kreatif dan berdaya saing sehingga bisnis bisa terus berkembang secara berrkesinambungan.

“Tantangan pandemi menyadarkan kita bahwa pelaku UMKM harus mampu terlibat aktif dalam pasar digital melalui akselerasi pemanfaatan teknologi digital, dan harus cepat bisa membuka diri terhadap informasi yang dapat membantu pengembangan usaha pelaku UMKM itu sendiri,” kata Audy pada acara Opening Ceremony MinangKabau Creative Econommy Festival di Kantor Perwakilan BI Sumbar, Selasa (16/11/2021).

Ia mengatakan, baru-baru ini ada beberapa fasilitasi kepada pelaku UMKM dalam menembus pasar global. Beberapa di antaranya melalui program Kreasi Nusantara: From Local to Global, yang memfasilitasi penjualan produk lokal ke Malaysia dan Singapura. Lalu, program Buka Global, yang memfasilitasi pembelian produk lokal oleh para pelanggan dari Malaysia, Singapura, Brunei, Hongkong, dan Taiwan. Berikutnya, program ASEAN Online Sale Day, yang betujuan meningkatkan transaksi lintas batas e-commerce di kawasan Asia Tenggara.

“Pelaku UMKM harus dapat memanfaatkan peluang fasilitasi pemasaran ini melalui tekhnologi digital. Sehingga pemasaran produk tidak hanya berskala nasional, tapi juga berskala regional, bahkan internasional dengan konsep dari lokal menjadi global,” tuturnya.

Audy menyebut, untuk mendukung pelaku UMKM mampu menembus pasar global, perlu ditingkatkan kolaborasi pemerintah daerah dengan seluruh pemangku kepentingan terkait, terutama dalam memfasilitasi para pelaku UMKM melalui kegiatan pembinaan peningkatan kemampuan penguasaan teknologi.

“Sehingga nantinya mereka bisa cepat beradaptasi dengan pasar global melalui digital sekaligus meningkatkan kreasi dan kualitas produk-produk UMKM,” ucapnya.

Lebih lanjut, Audy menjelaskan, pada 2020, jumlah UMKM di Sumbar sebanyak 593.100 unit, yang terdiri dari usaha mikro sebanyak 531.350 unit (89,59 persen), usaha kecil 53.431 unit (9,01 persen), usaha menengah 7.900 unit (1,33 persen), dan usaha besar sebanyak 419 unit (0,07 persen).

“Untuk itu, kami atas nama pemerintah daerah berharap pelaksanaan kegiatan Minangkabau Creative Economy Festival ini akan dapat mendorong seluruh pemangku kepentingan dalam memberikan nilai tambah serta dampak yang lebih besar dalam mendukung kemajuan UMKM dan industri kreatif pendukung pariwisata,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Koperasi dan UKM RI, Teten Masduki dalam sambutannya secara virtual menjelaskan, digitalisasi koperasi dan UMKM sejalan dengan tantangan era Revolusi lndustri 4.0 yang menuntut seluruh kegiatan ekonomi bergeser dari konvensional menjadi lebih modern.

“Dikarenakan pandemi Covid-19 UMKM turut tergeser. Sehingga kegiatan usaha dan ekonomi berubah dari yang semula offline menjadi online, dan penggunaan teknologi digital yang lebih masif,” katanya.

Menurut Teten, hingga hari ini setidaknya 25,6 persen atau sekitar 16,4 juta pelaku UMKM hadir pada ekosistem ekonomi digital. Termasuk juga 245 koperasi yang telah mengadopsi teknologi digital dalam kegiatan operasionalnya.

“Oleh karena itu, saya berharap melalui kegiatan ini para pemilik usaha di Sumbar bisa memiliki inovasi-inovasi baru dan melahirkan wirausaha muda produktif serta koperasi modern berbasis ekonomi digital,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Sumbar, Wahyu Purnama melaporkan, BI Sumbar saat ini memiliki 85 Wirausaha Bank Indonesia, 23 Industri Kreatif Syariah, serta tujuh klaster komoditas unggulan, yaitu kopi, padi organik, bawang merah, tenun minang, holtikultura, sulaman naras, dan sapi perah.

“Kami juga memiliki kegiatan Pemberdayaan Ekonomi Pesantren pada enam pondok pesantren untuk pengembangan usaha air minum, laundri, barber shop, fotokopi, bordir, serta fesyen syar’i. Alhamdulillah semua berjalan dengan baik,” kata Wahyu.

Inisiasi penyelenggaraan kegiatan Minang CreFt merupakan salah satu bentuk komitmen BI untuk mendorong ekonomi daerah, pengembangan industri kreatif, mengakselerasi transformasi UMKM digital, serta untuk mendukung dan mendorong UMKM go global.

Wahyu menjelaskan, kegiatan ini dilaksanakan pada 16-18 November 2021 secara hybrid (luring dan daring), dengan mempertimbangkan kondisi pandemi Covid-19 saat ini, dan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat selama penyelenggaraan acara. “Semoga acara ini bisa memberikan manfaat bagi para pelaku usaha di Sumbar,” tuturnya. (*)

Hamdani/hantaran.co