JAKARTA, hantaran.co – Para tersangka di kasus pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J perlahan mulai meninggalkan skenario yang dirancang oleh Ferdy Sambo selaku perancang dari pembunuhan tersebut.
Dikutip Kompas.com, pada awal kasus itu mencuat, skenario Ferdy Sambo terbukti ampuh mengelabui banyak pihak, yakni dengan menyatakan bahwa Brigadir J tewas dalam sebuah insiden baku tembak.
Berdasarkan skenario Ferdy Sambo, Brigadir J disebut menembak Bharada Richard Eliezer atau Bharada E setelah melecehkan Putri Candrawathi. Namun, tidak ada satupun tembakan yang mengenai Bharada E. Akhirnya, Bharada E pun melepaskan tembakan balasan. Skenario tersebut menyatakan semua tembakan Bharada E tepat sasaran sehingga mengenai Brigadir J dan tewas.
Namun, skenario Ferdy Sambo itu berhasil dibongkar oleh tim khusus (timsus) Polri. Bharada E menjadi salah satu tersangka yang melawan Sambo untuk membongkar apa yang terjadi terhadap Brigadir J.
Terbaru, Bripka Ricky Rizal atau Bripka RR turut ‘berbalik arah’ dari skenario Ferdy Sambo.
Bripka RR dan Bharada E tidak tahu Putri dilecehkan Brigadir J
Sebelumnya, Ferdy Sambo menuduh Brigadir J melakukan pelecehan seksual terhadap istrinya, Putri Chandrawathi. Bahkan, Putri sampai membuat laporan polisi (LP) palsu di Polres Metro Jakarta Selatan untuk melaporkan almarhum Brigadir J perihal pelecehan seksual yang dialami di Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Dari hasil penyidikan, terbukti bahwa Brigadir J tidak melakukan pelecehan seksual terhadap Putri. Polisi akhirnya menghentikan LP Putri dan menyatakan tidak ada peristiwa kekerasan seksual di rumah dinas Ferdy Sambo.
Usai laporannya gugur, kini Putri Chandrawathi mengaku dilecehkan Brigadir J di Magelang, Jawa Tengah. Baik Bripka RR maupun Bharada E tidak tahu kalau Putri dilecehkan Brigadir J.
“Kan di Saguling itu dipanggil. Dipanggil, dia tanya, ‘apa kejadian apa, ada kejadian apa di Magelang? Kamu tahu enggak?’. ‘Enggak tahu’. ‘Ini Ibu dilecehkan, pelecehan terhadap ibu’. Dan itu sambil nangis dan emosi. ‘Saya enggak tahu Pak’,” kata pengacara Bripka RR Erman Umar di Bareskrim Polri, Jakarta, Kamis (8/9/2022).
Menurut Erman, di ruangan itu juga ada Putri Chandrawathi. Putri saat itu juga mengatakan bahwa Brigadir J telah melakukan pelecehan terhadap dirinya.
Kemudian, saat itu Ferdy Sambo menanyakan langsung kepada Bripka Ricky kesanggupannya untuk menembak Brigadir J.
“Baru dilanjutin ‘Kamu berani nembak? Nembak Yosua?’ Dia bilang. ‘Saya enggak berani Pak, saya enggak kuat mental saya Pak, enggak berani, Pak’. ‘Ya sudah kalau begitu kamu panggil Richard’,” ujarnya.
Pengacara Bharada E, Ronny Talapessy, juga menegaskan kliennya itu tidak mengetahui pelecehan yang dilakukan Brigadir J di Magelang.
“Tidak, tidak tahu. Tidak tahu ya,” kata Ronny saat dihubungi Kompas.com, Minggu (14/8/2022).
Bripka RR tak ikuti skenario Ferdy Sambo
Bripka RR ikut menjadi tersangka lantaran diduga membantu dan menyaksikan pembunuhan Brigadir J.
Selain itu, Bripka RR selama ini juga memberi kesaksian berdasarkan skenario yang dirancang Ferdy Sambo.
Namun, Erman Umar menjelaskan, kini Bripka RR sudah memberikan keterangan yang berbeda dengan skenario pembunuhan Brigadir J yang dirancang oleh Ferdy Sambo.
“Berbalik arah dari BAP (berita acara pemeriksaan) skenario yang pernah di BAP Polres Jakarta Selatan (skenario Ferdy Sambo),” kata Erman, Minggu (11/9/2022).
Erman menyebut, Bripka RR sudah berani mengungkapkan fakta yang sebenarnya saat diperiksa.
Menurut Erman, Bripka RR sudah tidak lagi mengikuti skenario yang disusun Ferdy Sambo, yang tidak sesuai dengan kejadian sebenarnya.
“Dan saat ini RR belum menemukan tekanan atau intervensi dalam memberikan keterangan di BAP,” ucap Erman.
Peran istri di balik pengakuan Bripka RR
Bripka RR disebut mengubah keterangannya setelah dikunjungi keluarga beserta istrinya.
“Bukan (ancaman), dia takut. Makanya dalam rangka setelah saya masuk, setelah keluarganya dulu, mulai keluarganya masuk sudah mulai berani dia karena keluarganya,” ujar Erman Umar di Bareskrim Polri, Jakarta, Kamis (8/9/2022).
Erman menuturkan, kliennya memang sempat mengikuti skenario baku tembak yang dibuat Ferdy Sambo terkait kematian Brigadir J. Namun, setelah Bripka RR mendapat kunjungan dari keluarganya, ia mengubah keterangannya.
Erman Umar menyebut, Bripka RR awalnya juga takut terhadap Ferdy Sambo sehingga terpaksa mengikuti skenario baku tembak tersebut.
Namun, setelah keluarga memberikan penguatan, akhirnya Bripka RR mulai berani mengatakan yang sebenarnya.
“Nah itu, jadi yang pertama itu (skenario baku tembak). Dia berbalik arah itu setelah, mungkin dia didatangi keluarga, adik kandung sama isteri agar mereka minta bicara benar. Pada saat itu, dia sudah mulai bicara benar,” kata Erman.
Sekilas perlawanan Bharada E
Bharada E, sosok yang membunuh Brigadir J atas perintah Ferdy Sambo, melakukan perlawanan setelah ditetapkan sebagai tersangka.
Pasalnya, sejak awal, Bharada E dijanjikan uang dan penghentian kasus oleh Ferdy Sambo jika bersedia menembak Brigadir J. Namun, dua hal tersebut hanya janji belaka.
Alhasil, Bharada E melawan. Bharada E menyatakan kesiapannya untuk memberikan keterangan yang sebenar-benarnya terkait peristiwa penembakan Brigadir J ke pengacaranya saat itu, Deolipa Yumara.
“Oke kalau gitu mau cerita apa adanya?” tanya Deolipa ke kliennya.
“Mau, Bang,” jawab Eliezer seperti ditirukan Deolipa.
Diberi lah Eliezer empat lembar kertas beserta pulpen oleh Deolipa. Pengacara itu meminta kliennya menuliskan peristiwa secara terang benderang dalam kertas tersebut.
Deolipa meninggalkan Bharada E seorang diri di ruangan tersebut bersama empat carik kertas dan sebuah pena.
“Suka-suka kau, Richard. Tulis lah. Kamu punya pikiran tulis lah di kertas itu. Kamu punya pengalaman batin, pengalaman yang terjadi, yang tertekan-tertekan hilangkan. Pokoknya apa yang kamu lihat (tuliskan),” pinta Deolipa.
Dua jam berlalu, Deolipa kembali ke ruangan Bharada E. Ternyata, kliennya telah menulis empat halaman penuh.
Pada empat lembar kertas itu, tertulis rentetan peristiwa menjelang hari kematian Brigadir J, dimulai dari tanggal 2 Juli hingga 8 Juli 2022.
Tertulis pula siapa-siapa saja sosok yang terlibat dalam peristiwa berdarah tersebut.
Membaca tulisan itu, Deolipa meyakini Bharada E mengungkapkan suatu kebenaran. Dibawa lah tulisan tersebut ke penyidik Bareskrim.
Penyidik lantas menyelaraskan keterangan Bharada E dengan bukti-bukti dan keterangan saksi yang lain, dan terdapat kecocokan.
Akhirnya, keterangan Bharada E dituangkan dalam berita acara pemeriksaan (BAP) baru.
“Memang di BAP keluar semua (pengakuan Bharada E). Tuhan bekerja di pikiran dia sehingga semua data itu begitu jelas disampaikan,” tutur Deolipa.
Dalam pengakuan Bharada E, dirinya diperintahkan oleh Ferdy Sambo untuk menembak Brigadir J. Tidak hanya itu, Bharada E juga mengungkapkan Sambo ikut menembak Brigadir J.
Untuk perintah terhadap Bharada E, Sambo mengakui itu. Namun, terkait ikut menembak Brigadir J, hingga saat ini Sambo menepis hal tersebut.
hantaran/rel