PADANG, hantaran.co — Dari 13 Pilkada kabupaten/kota di Sumbar yang tiga pekan lagi masuk agenda pencoblosan, diyakini hanya segelintir pasangan calon (paslon) yang telah unggul jauh dari sisi elektabilitas. Sementara itu, meski karakter pemilih di setiap kabupaten/kota berbeda, faktor figur dinilai tetap paling menentukan tingkat keterpilihan.
Koordinator Lembaga Survei Indonesia (LSI) Wilayah III, Edi Indrizal, menilai, setiap daerah di Sumbar memang memiliki karekteristik pemilih yang berbeda-beda. Menurutnya, pemilih di beberapa daerah juga mempertimbangkan aspek geopolitik dan etnisitas saat memilih.
“Seperti di Dharmasraya, secara etnik ada Minangkabau dan Jawa. Karakteristik pemilih Jawa lebih cenderung ke kandidat keturunan kerajaan. Seperti terjadi lima tahun lalu, di mana petahana yang juga maju sekarang itu, bisa menang di Pilkada Dharmasraya,” kata Edi, Senin (15/11/2020) kepada Haluan.
Begitu juga dengan Pilkada Solok Selatan, lanjut Edi, berkaca dari pengalaman, Solok Selatan terdiri dari dua basis suara yang besar dan sama-sama menentukan. Dua basis itu antara lain, Muaro Labuah dan Sangir.
“Pengalaman yang sudah-sudah, pemenang Pilkada di sana adalah kandidat atau pasangan yang merupakan perwakilan atau kombinasi Muaro Labuah dan Sangir. Jadi, Pilkada Kabupaten Solok Selatan akan ketat. Sebab, tiga paslon sama-sama kombinasi dua daerah itu,” kata Dosen Fisip Universitas Andalas itu lagi.
Sementara itu faktor geopolitik di Kabupaten Pasaman, kata Edi lagi, juga akan memghadirkan kontestasi menarik. Sebab selain masyarakat Minangkabau, di Pasaman juga terdapat masyarakat bersuku Mandailing. “Sama dengan Solok Selatan, biasanya yang dapat memenangkan Pilkada Pasaman, adalah kombinasi Minangkabau dan Mandailing,” ucapnya.
Akan tetapi bagaimana pun, Edi menilai faktor figuritas kandidat mulai dari popularitas hingga profil setiap kandidat tetap menjadi penentu utama untuk meraih kemenangan. Selain itu, debat paslon juga akan dapat mempengaruhi keterpilihan, meski sangat kecil karena jangkauan debat yang relatif terbatas untuk disaksikan masyarakat luas.
“Selain itu, durasi debat juga sangat pendek sehingga tidak memadai bagi paslon dalam menyampaikan visi dan misi. Oleh karena itu, yang mesti dimaksimalkan kandidat adalah sosialisasi atau bertemu langsung dengan masyarakat,” kata Edi menutup. (*)
Riga/hantaran.co
Komentar