PADANG, Hantaran.co – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, Arry Yuswandi mengatakan dari 1.060 unit tempat tidur rawatan pasien Covid-19 di Sumbar, kini hanya 20 persen yang terisi.
“Tempat tidur rawatan pasien yang tersedia bagi pasien Covid-19 ada sebanyak 1.060 unit, yang keterisiannya sekarang sekitar 20 persen. Kita lihat positive rate Covid-19 di Sumbar berada di angka 7.78 persen dengan kesembuhan 92.4 persen, bertolak belakang dengan angka nasional 19 persen dan kesembuhan nasional 85 persenan,” kata Arry, Kamis (7/1).
Dengan semakin menurunnya kasus positif Covid-19 di Sumbar selama satu bulan terakhir, hal tersebut juga berdampak pada dipangkasnya jumlah tempat karantina pasien Covid-19 yang sebelumnya ada 3 tempat menjadi 1 tempat.
“Tempat karantina di Sumbar yang dikelola provinsi dulu 3 sekarang tinggal 1. Per 1 Januari 2021 lalu, diputuskan hanya ada satu tempat karantina yaitu di Asrama haji Tabing. Sementara di Diklat Provinsi di Padang Besi, diklat PPSDM Kemendagri di Baso sekarang sudah kosong,” sambungnya.
Arry menyebut menurunnya kasus positif Covid-19 diharapkan bisa menjadi seceracah cahaya bagi Sumbar.
“Menurunnya Covid-19 di Sumbar karena kita dari awal cukup banyak melakukan tracing dan testing, sehingga sudah banyak yang terjaring. Memang sempat tinggi di oktober sekarang sudah menurun. Mudah-mudahan kondisi ini menjadi secercah cahaya sepanjang masyarakat Sumbar patuh terhadap protokol kesehatan,” sambung Arry.
Sementara itu, Direktur RSUD Dr. Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi, Khairul Said yang dihubungi melalui sambungan telepon mengatakan saat ini
“RSAM menyediakan 100 tempat tidur yang kini terisi sekitar 20 pasien. Untuk kasus Covid-19 di RSAM sekarang ada 17 pasien dari hasil pasien positif melaui tes PCR dan 3 positif dari rapid antigen,” ucapnya.
Dibandingkan kondisi sebelumnya, Khairul menilai positif Covid-19 sudah agak reda.
“Belum bisa dikatakan melandai tapi memang berkurang,” kata dia.
Menapaki tahun2021 dan akan dimulainya vaksinasi, ia berharap Covid-19 bisa diatasi.
“Harapannya kedepan kasusnya betul-betul melandai, kalau bisa habis. Diperhitungkan tidak hanya biaya yang tinggi, namun tenaga medis juga terlihat mulai kelelahan. Semoga bisa segera kembali ke situasi normal,” ucapnya lagi.
Tanggapan lain disampaikan, Pejabat Pemberi Informasi dan Dokumentasi (PPID) RSUP Dr. M. Djamil Padang, Gustavianof mengatakan dari 255 unit tempat tidur perawatan yang disediakan bagi pasien Covid-19, 60 hingga 70 persennya yang terisi.
“Jumlah tempat tidur khusus Covid-19 yang disediakan ada 255 unit. Terpakai sekitar 60 sampai 70 persennya. Namun perlu dijelaskan bahwa angka tersebut bukan berarti semuanya telah positif Covid-19. Karena khusus untuk Covid-19 Ruangannya dibagi menjadi ruangan yellow zone (Zona Kuning atau pasien yang berstatus masih abu-abu) dan red zone, kemudian ruang ICU,” kata Gustavianof.
Ruang yellow zone yang dipergunakan untuk menentukan pasien itu positif atau tidak juga ada pembagiaannya.
“Dalam arti kalau mau dilakukan operasi, pasien di skrining terlebih dahulu, dimasukkan ke ruangan yellow zone (masih abu-abu), fungsinya sebagai antisipasi agar pasien yang positif tidak menularkan ke pasien yang negatif. Kemudian ada ruang ICU Covid yang berbeda dengan ICU biasa.
Tapi kalau pasien sudah pasti positif, langsung masuk red zone, tidak boleh melalui yellow zone,” jelasnya.
Gustavianif menyebut membuat ruangan isolasi tidak gampang, namun ketersediaan ruangan khusus Covid-19 di RSUP M.Djamil dinilai sudah cukup luas.
“1 ruang ICU saja 60 ruang. Salah satu ruang ICU Covid terbanyak ada di RSUP M.Djamil. Ruang yellow ada juga 7 ruang. Jadi kalau seandainya terjadi lonjakan kasus, kapasitas yang tersedia masih terbilang cukup besar,”ucapnya.
Gustavianof juga terus mengimbau agar masyarat terus mematuhi protokol kesehatan.
“Kasus Covid, memang menurun. Kalau sekarang jumlah positif yang dirawat terbilang mendatar saja dalam seminggu-dua minggu belakang di RSUP M.Djamil, karena meruoakan RS rujukan, berat-berat dikirim ke sini. Tapi secara umum memang menurun, biasanya lebih dari 300 kasus sehari, sekarang dibawah 200 bahkan dibawah 100. Mudah-mudahan bisa dipertahankan, jangan kita lengah. Karena kejadian yang terjadi di provinsi lain bisa juga terjadi di kita. Antisipasinya penerapan protokol Covid dan 3M,” tuturnya.
(Yesi/Hantaran.co)