DHARMASRAYA, HANTARAN.CO – Kabupaten Dharmasraya sudah beranjak dewasa, 20 tahun lebih bukanlah usia yang pendek. Sudah tiga kepala daerah definitif yang memimpin Ranah Cati Nan Tigo ini. Sutan Riska Tuanku Kerajaan, yang dilantik pada Februari 2016 pada waktu itu merupakan bupati termuda yang dipercaya oleh masyarakat Dharmasraya untuk memimpin Dharmasraya selama dua periode.
Tidak mudah memang, ia diremehkan dengan usia mudanya tanpa ada pengalaman sedikit pun, namun harapan masyarakat Dharmasraya tertumpang di pundak anak muda itu. Dengan beban yang cukup berat itu, ia yakin dan percaya dengan dukungan penuh dari masyarakat dan tokoh masyarakat, Rajo Koto Besar itu mampu memberikan bukti dan bangkit setiap tahunnya.
Dengan niat yang tulus dan ikhlas, ia mulai bangkit sebagai anak muda Dharmasraya. Dirinya bertekad untuk bisa menjadi pemimpin yang baik dan bisa berbuat untuk tanah kelahirannya.
Bahkan ia tidak mau mendapatkan data di atas kertas, ia turun ke tengahtengah masyarakat untuk dijadikan program prioritas pembangunan yang dirangkum dalam pembangunan infrastruktur, kesehatan, pendidikan dan sosial budaya.
Tanpa mengenal lelah, Sutan Riska menjalankan program-programnya tersebut dengan memanfaatkan potensi yang ada, baik dari dirinya maupun dari luar. Delapan tahun sudah Rajo Koto Besar itu menjadi orang nomor satu di Dharmasraya. Tidak sedikit pembuktian yang ditorehkannya.
Sebagai salah satu kader terbaik PDI Perjuangan, yang menjadi partai penguasa, ia tentu memanfaatkan orang-orang separtainya yang ada di pucuk pimpinan, termasuk Presiden Jokowi yang sangat memberikan perhatian khusus pada anak muda ini.
Di tahun 2018, di tangan dinginnya beberapa proyek strategis mulai muncul, mulai dari pembangunan jembatan kabel (cable stayed) sepanjang 185 meter dengan lebar 11 meter yang menelan anggaran Rp93 miliar, dibangun dengan multi year concep (MYC) dari tahun 2015-2018 dan diresmikan oleh Menteri PUPR pada tahun 2023.
Kemudian pembangunan jembatan Pulai dari tahun 2018 sampai tahun 2020 dengan panjang 200 meter dan lebar 8 meter. Jembatan tersebut dibangun dengan adanya transmigrasi yang hanya bisa dilalui kendaraan dengan berat 5 ton saja secara bergantian dengan menelan anggaran sebesar Rp35,678 miliar.