SURVEI PAMUNGKAS PILGUB SUMBAR, SBLF dan Voxpol : Mahyeldi-Audy Unggul

Pilkada

Pilkada. Ilustrasi


PADANG, hantaran.co — Jelang akhir masa kampanye pada 5 Desember (hari ini, red), SBLF Riset dan Voxpol Center Research and Consulting merilis hasil survei pamungkas terkait elektabilitas empat pasangan calon (paslon) Pilgub Sumbar. Hasil survei menunjukkan paslon Mahyeldi-Audy Joinaldy nomor urut 4 mengungguli keterpilihan tiga paslon lain.

Direktur SBLF Riset, Edo Andrefson, memaparkan, elektabilitas Mahyeldi-Audy berada pada posisi 36,69 persen pada suvei terakhir Pilgub bulan November 2020. Sementara itu, Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago, merilis, Mahyeldi-Audy menjadi paslon paling layak dan mampu memimpin Sumbar, dengan raupan 61,9 persen persetujuan dari responden.

“Survei dilakukan terhadpa 2.000 sampel yang tersebar merata di 19 kota dan kabupaten di Sumbar. Survei menggunakan metodologi multistage random sampling dengan margin of error 2,1 persen,” kata Edo dalam keterangan tertulis yang kemudian dikonfirmasi kembali oleh Haluan, Jumat (4/12/2020).

Edo merincikan, dalam survei terakhir lembaga yang berdiri sejak 2014 dengan lebih 50 kali pengalaman survei itu, tingkat keterpilihan atau elektabilitas paslon Mahyeldi-Audy berada di angka 36,69%, mengungguli paslon Mulyadi-Ali Mukhni dengan raihan 28,79%, paslon Nasrul Abit-Indra Catri dengan 26,21%, serta paslon Fakhrizal-Genius dengan raihan 6,62%.

“Selain itu, ada 1,69 persen responden yang belum menentukan pilihan atau merahasiakan pilihan. Keunggulan Mahyeldi-Audy ini terus bertahan sejak tiga kali survei sebelumnya pada Agustus, September, dan November,” kata kandidat doktor Universitas Negeri Padang itu merincikan.

Edo menyebutkan, keunggulan paslon nomor urut 4 tersebut begitu kuat dari sisi penguasaan basis di kabupaten dan kota, yang tampak dominan ketimbang penguasaan basis para paslon lain. Basis di antaranya tersebar di Kota Padang, sebagai daerah dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) terbanyak.

Selain itu, kata Edo, basis utama terdapat di Kabupaten Agam sebagai tanah kelahiran Mahyeldi serta di dua daerah Luak Limopuluah (Payakumbuh-Limapuluh Kota), di mana Mahyeldi berstatus sebagai urang sumando. Belum lagi, dukungan penuh dari kepala daerah PKS seperti Prof. Irwan Prayitno dan Riza Falepi, ikut menggerek tingkat keterpilihan.

“Karakter pemilih kota sebagai basis PKS dan beberapa daerah yang tidak mengutus calon ikut mempengaruhi. Selain itu, tentu saja keberhasilan Mahyeldi sebagai Wali Kota Padang yang terus disorot, baik dalam hal tata kelola pemerintahan dan program-programnya,” ucap Edo lagi.

Bahkan baru-baru ini, penghargaan sebagai kepala daerah terbaik yang diperoleh Mahyeldi dari stasiun televisi Metro TV, serta tanggapan warga luar Kota Padang yang angkat jempol atas perkembangan sarana wisata di ibu kota provinsi, dinilai Edo ikut mempengaruhi keputusan masyarakat memilih Mahyeldi-Audy Joinaldy.

“Selain itu, latar belakang pendidikan dan kegiatan Mahyeldi dan Audy, yaitu di bidang pertanian, peternakan, dan kelautan, juga jadi alasan warga,” ucapnya lagi.

Faktor Audy Joinaldy, katanya lagi, juga berpengaruh besar. Sebab, Audy memiliki basis di Solok Raya sebagai satu-satunya utusan putra daerah. Selain itu, dukungan dari lebih 50 persen kaum milenial di Sumbar juga mengarah kepada Audy. Belum lagi dukungan dari sektor pengusaha UMKM yang melihat Audy sebagai sosok pengusaha sukses.

Voxpol : Paling Layak dan Mampu

Lembaga survei nasional Voxpol Centre and Consulting juga merilis hasil survei yang menempatkan paslon Mahyeldi-Audy sebagai calon paling diminati, dinilai layak, dan dinilai paling mampu memimpin Sumbar ke depan. Alasan kesederhanaan, religius, dan anti korupsi, menjadi alasan utama.

“Survei Voxpol sejak tanggal 2 sampai 12 November 2020 menunjukkan bahwa pemilih rasional di Pilkada Sumbar cukup tinggi, yakni 46,5 persen. Mereka menentukan pilihan atas pertimbangan prestasi, integritas, kapasitas, kompetensi , dan akseptabilitas,” kata Direks Voxpol Pangi Syarwi Chaniago, akhir November kemarin.

Selain itu, kata Pangi, rekam jejak kandidat menjadi preferensi utama dasar pertimbangan yang sangat penting bagi warga sebelum memutuskan pilihan gubernur dan wakil gubernur di Sumbar. Oleh karena itu, kandidat yang berprestasi menjadi pilihan paling objektif, dan kandidat dengan janji politik yang bersifat wacana, tidak dapat mempengaruhi pemilih.

“Pemilih lebih percaya bukti kerja nyata ketimbang janji politik. Temuan riset Voxpol Center menunjukkan pasangan Mahyeldi-Audy sebagai pemimpin paling layak dan berkemampuan memimpin Sumbar. Sebab, Mahyeldi ini kepala daerah yang punya segudang prestasi dan sudah diakui berbagai pihak,” kata Pangi lagi.

Pada konteks akseptabilitas, kata kandidat doktor ilmu politik Unair itu lagi, Voxpol mensimulasikan pertanyaan dalam bentuk kuesioner bagi responden terkait penerimaan terhadap empat paslon Gubenur dan Wakil Gubernur Sumbar. Hasilnya, paslon Mahyeldi-Audy disetujui 61,9 persen responden, tidak disetujui 17,8 persen, dan 20,4 persen responden menjawab tidak tahu.

Di belakang Mahyeldi-Audy, ada pasangan Mulyadi-Ali Mukhni dengan 59,4 persen responden setuju, tidak setuju 22,1 persen, dan tidak tahu/tidak menjawab 20,3 persen. Kemudian, paslon Nasrul Abit-Indra Catri disetujui 54,1 persen responden, tidak disetujui 26 persen, dan tidak tahu/tidak menjawab 19,9 persen.

“Terakhir itu ada paslon Fakhrizal-Genius yang disetujui 43,1 persen responden, tidak setuju 32,8 persen, dan tidak tahu/tidak menjawab sebesar 24,3 persen,” kata Pangi merincikan.

Oleh karena itu, Alumni Fisip Unand Padang itu menilai, bahwa prestasi dan penghargaan memiliki korelasi linear atau sejalan dengan indikator penilaian masyarakat soal konteks siapa yang paling layak dan berkemampuan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar ke depan.

“Prestasi dan penghargaan terbaru Wali Kota Padang nonaktif Mahyeldi sebagai wali kota terbaik se-Indonesia versi Metro TV, itu juga sangat berpengaruh,” ucap peraih master Ilmu Politik dari Universitas Indonesia itu lagi.
Survei yang dilakukan Voxpol Center, kata Pangi, memakai metode multistage random sampling dengan 800 responden dan margin of error 3,47 persen. Sementara itu level of confidence sebesar 95 persen dan quality control sebesar 20 persen. Teknik pengumpulan data sendiri dilakukan dengan wawancara tatap muka dan menggunakan kuesioner. (*)

HLN/hantaran.co

Exit mobile version