Sumbar Wajib Protokol Kesehatan, Penjualan Masker Malah Sepi

masker

Ilustrasi penggunaan masker

PADANG, Hantaran.co – Pandemi covid-19 masih berlangsung di Indonesia, bahkan di Sumbar wajib pakai masker karena sudah ada Perda AKB. Namun, sejumlah pedagang masker mengaku penjualanya mulai lesu dan sepi pembeli.

Deni, salah seorang pedagang masker medis di Kota Padang menuturkan penjualan masker mulai sepi pembeli beberapa pekan terakhir.

“Mungkin karena masker yang sudah banjir (banyak beredar) di pasaran. Dimana-mana orang jualan masker, bukan saya saja. Saya juga menduga sejak ada berita di Jakarta harus pakai masker medis, orang di daerah langsung beli. Di stok untuk di ecer di toko-toko. Makanya sekarang saat toko sudah sedia stok banyak, penjualan jadi lambat,” kata Deni.

Tidak seperti awal-awal pandemi, ia mengaku penjualan masker turun drastis hingga pedagang harus menurunkan harga dari harga sebelumnya.

“Kalau dulu pas di awal-awal pandemi saat masker langka, harganya bisa Rp150.000 per box sekarang saya jual Rp75.000 per box,” jelasnya.

Saat ini ia mengaku masih punya banyak stok masker yang belum terjual.

“Tapi masih banyak yang belum terjual, padahal harganya sudah turun,” ungkap mantan karyawan swasta ini.

Hal senada juga diungkapkan Mega (23) salah seorang pedagang masker jenis kain dan scuba.

“Iya agak turun sih. Apalagi masker scuba, dulu primadona sekarang tidak lagi. Tidak tau juga kenapa lah tu. Mungkin karena masih banyak orang yang tidak percaya korona (virus covid-19) itu ada, mungkin karena tidak pernah kena razia, mungkin karena jalanan lengang, sehingga orang-orang yang beli ke pedagang di pinggir jalan ini juga tidak seberapa, atau karena sudah punya atau dapat masker bantuan, itu saja yang digunakan terus,” jelasnya.

Ia juga mengaku mulai menjual masker dengan harga miring agar dagangannya cepat habis.

“Agak diturunkan harganya sedikit. Sebelumnya bermacam-macam, ada yang Rp5.000 satunya, ada yang Rp7.000, ada yang Rp10.000. Sekarang ada yang 3 Rp10.000 kalau ada orang yang menawar kita beri juga,” ungkapnya.

Disisi lain, pedagang masker yang mulai berinovasi dan memanfaatkan teknologi mengaku masker jualannya masih cukup laris.

Chaca (26) Produsen masker yang merupakan alumni Universitas Andalas ini mengakui, masih banjir orderan hingga saat ini.

“Masih banyak yang beli kok, bahkan resellernya juga selalu repeat order (pesan ulang) karena produk yang kita tawarkan berbeda. Kita jual masker bermotif yang cantik-cantik dengan bahan katun jepang yang premium,” ungkap pengusaha muda ini.

Chaca menuturkan ia juga memanfaatkan media sosial dan situs belanja online untuk memasarkan produknya.

“Kita ikuti juga perkembangan zaman, kita mulai pasarkan lewat shoppe, instagram dan foto produknya bagus-bagus biar semakin menarik. Di shoppe orderan bahkan sampai ke pulau jawa, bali dan kota-kota lainnya,” ucapnya.

Produsen masker inovasi lainnya, Safira (24) menuturkan agar penjualan masker tidak stagnan penjual harus berani berkreasi.

“Tiap hari selalu ada orderan di shopee, karena Fira jualnya masker yang bermotif bunga-bunga, dan ada juga masker 2-3 lapis, bisa diselipkan tisu disitu. Meskipun masih fluktuatif (naik turun). Intinya pandai berkreasi, kalau mulai stag penjualan kita liat masalahnya dimana. Rasanya kalau pandemi masih berlangsung jualan masker masih cukup menjanjikanlah,” tuturnya.

(Yessi/Hantaran.co)

Exit mobile version