Sawahlunto,hantaran.Co–Dengan semangat pengabdian dan visi membangun dari tingkat bawah, Sri Adianto Kepala Desa Santur Kecamatan Barangin menjadi salah satu sosok kepala desa inspiratif di Kota Sawahlunto.
Tidak hanya memimpin desanya, Sri Adianto juga dipercaya sebagai pengurus Asosiasi Pemerintahan Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Pusat pada Departemen Pengembangan Pertanian, Perikanan, dan Kelautan.
Posisi strategis tersebut dimanfaatkannya untuk memperluas jaringan serta membawa inovasi ke Desa Santur, termasuk mempercepat respons terhadap keluhan pemerintahan desa di Sawahlunto.
Pak De Adi, sapaan akrabnya, memulai karier di pemerintahan sebagai Kepala Dusun Kampung Baru Desa Santur. Ia aktif dalam berbagai kelembagaan desa seperti Karang Taruna dan kelompok tani.
Setelah menjabat sebagai Kepala Desa, ia bergerak cepat membenahi pelayanan publik melalui program “Jumat Curhat Desa” yang membuka ruang bagi warga menyampaikan aspirasi dan keluhan secara langsung.
Sejak awal kepemimpinannya, ia fokus melakukan pembenahan tata kelola pemerintahan desa.
Mulai dari memperjelas pembagian tugas perangkat, menegakkan disiplin kerja, hingga menanamkan nilai transparansi dan akuntabilitas.
Sri Adianto juga memperkuat BUMDes sebagai motor penggerak ekonomi lokal, dengan fokus pada sektor pertanian, peternakan, dan UMKM. Selain itu, ia memperbaiki infrastruktur dasar seperti jalan desa, drainase, dan fasilitas umum.
“Perubahan tidak akan datang dari luar. Ia lahir dari kemauan bersama, dari masyarakat yang percaya dan mau bergerak,” ujarnya penuh keyakinan.
Ia menyebut tiga sosok yang sangat menginspirasi kepemimpinan dan perjalanan hidupnya, yakni kedua orang tua, Nabi Muhammad SAW, dan Presiden pertama RI Soekarno.
Bagi Sri Adianto, kepercayaan masyarakat adalah modal terbesar dalam memimpin. Karena itu, ia menekankan transparansi penggunaan dana desa, membuka ruang komunikasi dua arah, serta hadir langsung di tengah masyarakat. Sistem pelayanan digital juga diterapkan untuk mempercepat layanan administrasi desa.
“Pemimpin harus hadir, bukan hanya memberi perintah. Ketika masyarakat melihat kepala desanya turun langsung, kepercayaan itu tumbuh,” ujarnya.
Dalam membangun Desa Santur, ia mengutamakan pendekatan partisipatif dan pemberdayaan inklusif.
Pemuda dan perempuan dilibatkan aktif dalam perencanaan pembangunan melalui forum Musyawarah Pemuda dan Forum Perempuan Desa.
Berbagai pelatihan keterampilan, pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUBE), serta unit BUMDes juga digagas untuk mendorong kemandirian ekonomi mereka.
Kelompok rentan seperti lansia, penyandang disabilitas, dan keluarga miskin mendapat perhatian melalui program perlindungan sosial dan keberadaan Pos Perlindungan Anak Desa (PPAD).
“Pembangunan harus menyentuh semua lapisan. Tidak boleh ada yang tertinggal,” tegasnya.
Selama masa kepemimpinannya, masyarakat Santur merasakan banyak perubahan positif. Di antaranya peningkatan signifikan infrastruktur desa, pelayanan publik yang lebih cepat dan tertib, program pemberdayaan ekonomi dan UMKM, bantuan sosial yang tepat sasaran, serta meningkatnya keterlibatan pemuda dan perempuan dalam kegiatan sosial, olahraga, hingga ekonomi kreatif. Tradisi gotong royong pun kembali hidup di tengah masyarakat.
Bagi Sri Adianto, kepemimpinan merupakan amanah, bukan kekuasaan. Ia meyakini pemimpin harus menjadi teladan, mau mendengar, dan membangun bersama masyarakat. Setiap kebijakan yang ia ambil selalu berorientasi pada manfaat nyata bagi warga.
Kepada generasi muda, Sri Adianto berpesan agar tidak hanya menjadi penonton dalam pembangunan desa.
“Desa akan maju jika pemudanya kreatif, peduli, dan mau bergerak. Mulailah dari hal kecil ikut kegiatan sosial, jaga lingkungan, berinovasi di bidang ekonomi dan teknologi,” pungkasnya.






