Gaya HidupPolitikSumbar

Sosok Hendrajoni Mulai Dirindukan Masyarakat, Ini Kata Tokoh Masyarakat Pessel 

5
×

Sosok Hendrajoni Mulai Dirindukan Masyarakat, Ini Kata Tokoh Masyarakat Pessel 

Sebarkan artikel ini

PESSEL, hantaran.co – Sebagian besar masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, agaknya mulai merindukan sosok mantan Bupati Hendrajoni periode 2016-2021.

Dari cerita masyarakat warung ke warung, kerinduan mereka terhadap Hendrajoni bukan tanpa alasan, melainkan gerak pembangunan yang cekatan dilakukannya semasa menjabat sebagai orang nomor satu di daerah berjuluk Negeri Sejuta Pesona itu.

Salah satu tokoh masyarakat Pessel, Novrial Bahrun mengatakan, memang semasa kepemimpinan Hendrajoni banyak pembangunan infrastruktur yang meggeliat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Selain itu, Hendrajoni juga memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah pusat, sehingga mampu menggaet triliunan dana APBN ke daerah.

“Ungkapan ini saya sampaikan bukan berarti saya pendukung Hendrajoni. Namun, hal ini sebagai bentuk ucapan tulus dan jujur dari lubuk hati yang paling dalam bahwa pembangunan tersebut memang nyata semasa kepemimpinan Hendrajoni,” kata Novrial Bahrun saat bincang-bincang dengan wartawan di Painan, Rabu (20/7/2022).

Tak bisa dipungkiri, kata Novrial, hal tersebut tentu juga dirasakan oleh sebagian besar masyarakat lainnya di Kabupaten Pesisir Selatan.

“Jika dibandingkan dengan kepemimpinan bupati sekarang, wajar masyarakat merindukan sosok Hendrajoni tentang pembangunan tersebut. Sebab, kala itu masyarakat merasakannya secara langsung. Menurut saya, pembangunan ini rasanya belum selesai dan masih perlu dilanjutkan,” ucapnya lagi.

Sebagai masyarakat yang merindukan geliat pembangunan di Kabupaten Pesisir Selatan, Novrial Bahrun menyebut, sosok Hendrajoni dinilai sangat tepat melanjutkan sejumlah pekerjaan rumah yang sempat tertinggal.

“Ya, pembangunan sangat perlu dilanjutkan di daerah kita ini,” ujarnya.

Novrial Bahrun mendorong agar Hendrajoni yang dulunya pernah di cap sebagai Bapak Pembangunan itu kembali maju dan mencalonkan diri pada Pilkada 2024 mendatang. Wakil Ketua DPW Partai Ummat Sumatera Barat itu, meyakini bahwa sosok Hendrajoni masih dibutuhkan masyarakat, sehingga sangat perlu didorong demi kemajuan daerah kedepannya.

Hanya saja, kata Novrial Bahrun, jika memang Hendrajoni bernyali untuk maju di perhelatan Pilkada 2024 mendatang, ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikannya.

Pertama, kata dia, Hendrajoni harus merubah pola komunikasi dan style berbahasanya.

Menurutnya, selama ini gaya komunikasi Hendrajoni di depan publik kurang diminati masyarakat. Sikap tegas dan suara lantangnya kadang tidak semua orang menyukainya.

“Ya, pada intinya beliau harus merubah pola komunikasinya. Tegas boleh, tapi bukan berarti dengan nada suara yang keras pula. Menurut saya ketegasan itu merupakan sebuah kebijaksanaan seorang pemimpin. Saat bawahan kita mendengar dan melaksanakan apa yang kita perintahkan, itu juga bagian dari sebuah ketegasan,” tuturnya.

Jalan Juang Hendrajoni, dari Polisi ke Politisi

Bersua dan bercerita dengan Hendrajoni, ibarat disuguhi padang pemikiran yang luas. Sebagai seorang anak kampung yang besar di perantauan, pikirannya ditumbuhi semangat juang, harapan, dan kerja keras yang patut diacungi jempol. Hendrajoni punya cita-cita yang tinggi untuk kemajuan kampung halamannya. Ia ingin Kabupaten Pesisir Selatan terus bersolek ditangannya.

Hal tersebut tak sekadar isapan jempol belaka, selama menjabat sebagai Bupati Pesisir Selatan, satu per satu tangga kemajuan mampu terlewati. Kini ditangannya daerah berjuluk Negeri Sejuta Pesona itu, tak sekadar bangkit, namun tengah berlari kencang mengejar ketertinggalan.

Lalu apa yang membuatnya sedemikian keras dan gigih untuk membangun Kabupaten Pesisir Selatan? Jawabannya hanya satu, Hendrajoni ingin mengabdi membangun kampung halamannya. Ia ingin membayar tuntas segala hal yang sudah diberikan sanak saudaranya di kampung halaman.

“Bagi saya, kampung halaman adalah harga diri yang mesti dibayar lunas. Pesisir Selatan adalah tempat saya menunaikan janji sebagai anak perantauan. Tak ada hal yang lebih membahagiakan kecuali melihat kampung yang indah, damai, dan tertata dengan baik. Masyarakat hidup berkecukupan dalam kemakmuran. Ya, saya ingin hal itu terwujud,” ucapnya saat berdiskusi dengan penulis beberapa waktu lalu.

Ketika menjabat sebagai Bupati Pessel, Hendrajoni ibarat mesin pendorong dari segala bidang yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan. Putra Lengayang itu tak sekadar simbol semata, Hendrajoni bukan tipe pemimpin yang lebih memilih duduk manis di ruang kerja atau main perintah, dia anti semua itu. Hendrajoni adalah tipikal pekerja keras. Bagi dia, pemimpin harus berada di garda terdepan. Hendrajoni merupakan sosok pejuang yang ingin maju mendobrak liku-liku kehidupan yang penuh tantangan.

Selama menjabat sebagai orang nomor satu di Kabupaten Pesisir Selatan, Hendrajoni adalah seorang pemegang otoritas eksekutif bersama jajarannya dalam menentukan arah ke depan. Mantan Polisi berpangkat AKBP itu, mengerti persoalan konkret masyarakat dan merumuskannya kedalam program. Ia bersungguh-sungguh mengerjakan tugas dan kewajiban tanpa harus dibebani bermacam kepentingan selain publik. Hendrajoni adalah sosok pemimpin yang rela basah kuyup ditengah kegelisahan warganya, ia tak segan mengetuk satu per satu pintu rumah masyarakat, dan bertanya tentang apa yang dibutuhkan oleh warganya.

Meski demikian, jalan perjuangan yang ditempuh Hendrajoni sebenarnya sekaligus membunuh karirnya di kepolisian. Ketika memutuskan maju sebagai calon Bupati Pesisir Selatan, dia sedang berada di puncak karir. Kala itu, Hendrajoni punya nama baik menjabat sebagai Kasat II Psikotropika Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya. Bahkan, sederet gembong besar Narkoba ia penjarakan. Namanya harum di kepolisian dan ditakuti para mafia.

Selama di Jakarta, Hendrajoni sedang menikmati manisnya menjadi seorang Polisi berprestasi. Namun, saat itu pula panggilan untuk membangun kampung halaman tak bisa ditolaknya. Ia pulang meninggalkan segala kenyamanan yang dimilikinya, dan harus rela memulai langkah perjuangan dari nol untuk maju sebagai Bupati Pesisir Selatan. Padahal, jabatan ini sebelumnya tak pernah terpikir olehnya.

Semua bermula pada 2012. Kala itu, Hendrajoni dikunjungi orang kampungnya. Tak sedikit pula ia menyangka, jika pertemuan tersebut bakal menjadi titik awal pengabdiannya untuk Kabupaten Pesisir Selatan. Nostalgia indah tentang kampung halaman nan permai, masyarakat sejahtera, dan roda perekonomian yang bergerak maju, rupanya hanya ada di benaknya semata. Cerita orang yang datang menemuinya malah berbanding terbalik dengan apa yang terlintas dipikirannya. Kampung halaman yang dicintainya sepenuh hati, ternyata berada dalam keterpurukan. Perekonomian semakin lesu, kemiskinan menjadi-jadi, anak-anak putus sekolah. Bahkan, sejumlah pembangunan yang didanai dengan uang negara nyaris tak tepat sasaran.

“Hati saya terenyuh mendengar cerita dari kampung halaman. Sementara saya disini hidup tenang dan berkecukupan. Ternyata kampung halaman yang sudah memberikan saya segalanya kini penuh dengan derita. Orang-orang menjalani kehidupan dengan kepayahan, perekonomian semakin lesu, pembangunan nyaris tak berpedoman pada kesejahteraan masyarakat,” kata Hendrajoni.

Setelah pertemuan tersebut, Hendrajoni kembali melanjutkan rutinitasnya sebagai polisi. Namun, bayang-bayang kesengsaraan di kampung halaman tak pernah lepas dari benaknya. Tiap hari ia dilanda kegelisahan, hatinya getir. Hendrajoni serupa orang tak berdaya. Sementara niat ingin berbuat untuk kampung halaman tentu tak bisa dilakukan sepenuh hati. Sebab, tugasnya dikepolisian juga bejibun banyaknya.

“Hati siapa yang tak gelisah mendengar kabar yang penuh derita itu. Saya benar-benar dihantui rasa bersalah. Tapi apa daya, saya Polisi yang dinas jauh dari kampung halaman. Saya di perantauan memiliki tanggung jawab yang tak sedikit pula. Namun, dengan segala daya dan upaya saya tetap berupaya membantu orang-orang di kampung halaman,” ucap Hendrajoni seraya menghela nafas panjang mengenang pertemuan singkat dengan sejumlah orang kampung tersebut.

Setahun berlalu, orang-orang di Kabupaten Pesisir Selatan mulai riuh, karena Pilkada semakin dekat. Sejumlah nama mulai mengapung sebagai kandidat. Awalnya, tak ada nama Hendrajoni dalam list survei, karena waktu itu dia belum berniat dan belum memiliki dorongan yang kuat untuk bertarung di Pilkada. Namun akhirnya, sejumlah tokoh-tokoh Pessel mulai menemuinya ke Jakarta.

Dalam pertemuan tersebut, tanpa banyak basa-basi para tokoh mendesak Hendrajoni untuk maju di Pilkada Pessel sebagai Bupati. Dari sekian banyak kandidat yang muncul dan pertimbangan sejumlah tokoh saat itu, hanya Hendrajoni yang cocok memimpin Kabupaten Pesisir Selatan. Hendrajoni dipercaya bakal membawa daerah itu bersaing dengan kabupaten lain dengan kepala tegak. Hendrajoni dinilai mampu mendongkrak kemajuan disegala bidang, bukan sebagai daerah tertinggal yang tak diperhitungkan dalam banyak hal.

Sebelumnya permintaan pertama ditolak oleh Hendrajoni. Ia berpikir, jika pulang ke kampung halaman banyak hal yang bakal ditinggalkan. Terutama kehidupan Jakarta yang bertolak belakang dengan kehidupan di kampung. Tak hanya itu, Hendrajoni juga memikirkan nasib keluarganya. Ia perlu memikirkan jika pulang kampung dan terpilih sebagai bupati waktunya dipastikan banyak tersita. Tentunya bakal kehilangan golden time untuk berkumpul bersama keluarga.

“Waktu itu saya menolak dengan halus permintaan sejumlah tokoh tersebut. Sebab, banyak yang mesti saya pikirkan. Selain keluarga, juga kepercayaan diri yang belum tumbuh sepenuhnya. Saya takut nantinya tidak bisa memenuhi harapan masyarakat, khususnya orang-orang kampung saya,” ujar Hendrajoni Dt Bando Basau yang juga merupakan tokoh adat kaum Sikumbang di kampungnya.

Namun, desakan agar ia maju tidak datang sekali atau dua kali saja. Para tokoh berpantang surut. Hendrajoni kembali didesak untuk maju di perhelatan Pilkada. Karena terus didesak, akhirnya ia luruh juga. Hendrajoni akhirnya mulai meminta waktu untuk berpikir dan berdiskusi bersama keluarga.

“Ya, desakan para tokoh itulah yang menjadi awal kekuatan bagi saya. Apalagi melihat harapan yang begitu besar dan tinggi terhadap saya, akhirnya saya menjadi tidak tega menolaknya. Saya mulai mengatur strategi dan langkah apa yang mesti dilakukan untuk memecahkan sejumlah persoalan di kampung halaman,” katanya lagi.

Waktu terus berjalan, Hendrajoni akhirnya mengumpulkan keluarganya dan mulai berdiskusi terkait desakan sejumlah tokoh tersebut. Sebelumnya ia masih ragu bakal mendapat izin dari keluarga. Kalau saja tidak dapat dukungan tersebut, ia mengaku tidak bakal melanjutkan langkahnya maju sebagai calon Bupati Pessel. Tapi tak disangka, sang istri serta anak-anaknya malah mendukung penuh langkahnya. Seluruh keluarga ternyata mendorong niat baik Hendrajoni untuk mengabdi ke kampung halaman.

“Karena mendapat dukungan dari keluarga, tentunya saya ingin memastikan dan menanyakan apakah semuanya siap miskin? Apakah siap hidup susah dan menderita demi melayani masyarakat? Ternyata semuanya menjawab siap. Ya, saya didukung penuh oleh keluarga dan kerabat. Sejak saat itu, saya langsung membulatkan tekad untuk bertarung di perhelatan Pilkada Pessel,” ujarnya.

Langkah awal, Hendrajoni melepaskan statusnya sebagai anggota Polisi dan mengundurkan diri dari institusi Polri terhitung sejak 16 Oktober 2015.

“Sebenarnya masa pensiun saya tinggal lima tahun lagi. Namun, saat itu saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari Polri dan mengikuti pencalonan Bupati Pesisir Selatan,” ucap pria berkumis tipis kelahiran Padang, 8 November 1961 tersebut.

Waktu terus berjalan, Hendrajoni optimis maju dan bertarung pada perhelatan Pilkada Pessel. Sebab, dukungan dari masyarakat di kampung halaman dan keluarga adalah doa terbaik untuk memulai niat awalnya.

Padahal, politik merupakan dunia yang asing bagi Hendrajoni. Ia seorang Polisi yang menganut paham ilmu pasti. Sekolah hukum yang dijalaninya tidak berada pada garis abu-abu. Berbeda dengan dunia politik, yang semuanya samar dan tak ada kepastian. Sebagai langkah awal, Hendrajoni melakukan survei untuk mengukur langkah. Hasilnya ternyata sangat memuaskan. Nama Hendrajoni melejit dan harum di kampung halaman.

Setelah mendapatkan partai, pertarungan Pilkada pun dimulai. Hendrajoni yang berpasangan dengan Rusma Yul Anwar memperoleh suara tertinggi sebanyak 90.985 atau 46,68 persen. Ia mengalahkan pasangan Editiawarman-Bakri Bakar 59.237 suara atau 30,39 persen, Alirman Sori-Raswin 31.808 suara atau 16,32 persen, dan Burhanuddin-Novril Anas 12.903 suara atau 6,62 persen.

Hendrajoni akhirnya memulai perjalanan barunya sebagai Bupati di Kabupaten Pesisir Selatan. Setelah dilantik pada 17 Januari 2016 oleh Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, ia langsung tancap gas. Seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkab Pessel ia kumpulkan, tujuannya untuk menyamakan visi dan misi.

Langkah awal tersebut, juga sebagai upaya menyamakan persepsi dengan seluruh pejabat. Meskipun ia tahu, saat Pilkada mereka memiliki pilihan masing-masing. Hendrajoni paham betul ada sejumlah pejabat yang tidak mendukungnya waktu Pilkada. Namun, hal itu tidak jadi alasan baginya untuk memupuk rasa dendam. Ia tetap merangkul seluruhnya dengan niat awal ingin menjadikan Kabupaten Pesisir Selatan, Mandiri, Unggul, Agamais, dan Sejahtera (MUAS).

“Bagi saya pertarungan Pilkada itu sudah selesai. Tak perlu di bawa-bawa lagi ke dunia kerja. Makanya saya kumpulkan mereka untuk menyamakan persepsi. Tak ada pejabat yang saya buang atas dasar dendam. Semuanya terseleksi dengan baik sesuai kapasitasnya,” ucap Hendrajoni.

Setelah upaya pengumpulan ASN dilakukan, Hendrajoni mulai membangun mimpinya untuk memajukan kampung halamannya. Segalanya dirumuskan dengan baik dan matang. Hendrajoni bukan tipikal pemimpin yang menggunakan kekuasaannya demi menyalurkan kepentingan pribadi. Ia orang yang secara nyata mengorbankan kepentingan egosentrismenya, demi kesejahteraan masyarakat banyak.

Hendrajoni tak takut miskin atau kehilangan kepopulerannya, bahkan ia berada pada garis depan dalam menjaga setiap jengkal tanah Pesisir Selatan dari keserakahan para penguasa. Hendrajoni bukan tipe pemimpin yang menggelar pesta di atas penderitaan masyarakat atau memakai baju demokrasi terbalik, dimana lebih mendahulukan kepentingan lapis tipis oligarki penguasa, ketimbang kepentingan rakyat secara luas.

“Ya, bagi saya ini adalah amanah yang tak hanya dijalani begitu saja. Tapi mesti diperjuangkan dengan tulus dan sepenuh hati,” katanya lagi.

Gaya kepemimpinan di kepolisian yang disiplin dan cekatan memang tak bisa ia tinggalkan. Hendrajoni petarung yang tak takut kepopulerannya hilang demi memperjuangkan apa yang diyakininya benar. Berpuluh tahun mengabdi di kepolisian dengan pangkat terakhir Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP), membuatnya keras secara prinsip. Jika dulu ia bekerja sesuai perintah atasan, sekarang Hendrajoni bekerja atas dasar kepentingan masyarakat luas.

Dengan segala ketegasan dan kekerasan hati memperjuangkan hak masyarakat, Hendrajoni juga tidak kehilangan sisi religiusnya. Malahan setiap langkahnya, selalu berpedoman pada salah dan benar menurut agama dan hukum yang berlaku di negara. Ia memiliki niat dan kemauan dalam memperekat kehidupan. Dengan sifat-sifat religius itu, Hendrajoni tidak ditenggelamkan oleh gejolak kehidupan dunia materi. Justru nilai-nilai religius itulah yang dikembangkannya untuk menata kehidupan ke arah yang lebih baik.

Menurutnya, dunia material hanya dijadikan sebagai sarana untuk mewujudkan nilai-nilai religius dalam kehidupan sehari-hari. Bukan sebaliknya harus tenggelam oleh gejolak dunia material.

“Bagi saya setiap langkah itu mesti dijaga. Selagi kita berjalan di atas kebenaran, maka masyarakat bersama kita,” ucapnya.

Hendrajoni memiliki sifat tegas, ia tak lari ketika masyarakatnya terkena musibah. Ia tipikal pemimpin yang selalu mau luka demi membela masyarakat dari hal-hal yang merugikan. Hendrajoni adalah pendobrak yang tetap melangkah maju demi melunasi janji-janjinya semasa kampanye.

“Sebenarnya apa yang sekarang saya kerjakan, adalah bagian dari melunasi hutang. Bagi saya, segala yang terucap mesti dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat. Hal itu saya dapatkan selama jadi Polisi,” tuturnya.

Saat menjabat sebagai Bupati, ia memiliki visi dan misi yang jelas. Hendrajoni memiliki impian yang sangat besar untuk kemajuan Kabupaten Pesisir Selatan. Impian itulah yang dijadikannya semangat untuk tetap optimis melangkah kedepan.

Dalam penerapannya, ia tak sendiri. Hendrajoni tetap bekerja secara tim. Ia tidak melimpahkan begitu saja pekerjaan kepada bawahannya. Program yang digencarkannya ibarat sumber energi yang melimpah ruah bagi masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan. Semakin kuat alirannya, maka energi yang keluar semakin kuat pula mengisi ruang imajinasi individu masyarakat yang memiliki ceruk yang sama dalam kehidupan.

Dimasa kepemimpinan Hendrajoni hasilnya mulai nampak. Kabupaten Pesisir Selatan laksana kuda jantan yang melaju kencang. Sentuhan pembangunan hampir merata ke seluruh pelosok negeri. Pessel berubah drastis, dari daerah yang dulunya dipandang sebelah mata, kini menjadi daerah yang diperhitungkan ditingkat provinsi maupun nasional. Hendrajoni walau belum di ujung kekuasaannya, namun sudah melunasi sebagian janji-janjinya kepada masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan.

hantaran/*