Peristiwa

SOAL RENTETAN GEMPA DI PAGAI SELATAN, Pakar dan BMKG Sebut Begini

×

SOAL RENTETAN GEMPA DI PAGAI SELATAN, Pakar dan BMKG Sebut Begini

Sebarkan artikel ini
Gempa
Gempa. Ilustrasi

PADANG, hantaran.co — Rentetan gempa dengan pusat di perairan Pagai Selatan, Mentawai, kembali berlanjut pada Selasa (20/10). Berbeda dibanding aktivitas gempa di episenter yang sama dalam beberapa hari sebelumnya, magnitudo gempa kali ini berkekuatan kecil dari 5,0 (M < 5.0). Pengamat menilai, rentetan gempa tersebut sulit dianggap sebagai gempa pembuka (fore shock) bagi kejadian gempa utama (main shock).

Kepala Seksi Informasi dan Data BMKG Stasiun Minangkabau, Mamuri, menerangkan, sepanjang Selasa kemarin setidaknya terjadi dua kali gempa dengan pusat dan jenis yang sama dengan kejadian gempa dalam dua pekan terakhir. Gempa pertama berkekuatan M = 4.7 dengan lokasi 137 km Barat Daya Muko-Muko Bengkulu di pukul 00.41 waktu GMT, sedangkan gempa kedua berkekuaran M = 4.2 pada pukul 01:52 waktu GMT di 56 km Barat Daya Pagai Selatan Kepulauan Mentawai.

“Memang terjadi peningkatan aktivitas gempa tektonik di wilayah Pagai Selatan sejak Kamis (15/10) lalu. Hingga hari ini, BMKG Stasiun Minangkabau sudah mencatat total 16 gempa mengguncang wilayah tersebut, di mana 6 di antaranya dirasakan getarannya oleh warga,” kata Mamuri kepada Haluan Selasa (20/10/2020).

Rentetan gempa tersebut, kata Mamuri lagi, adalah gempa jenis dangkal yang terjadi karena subduksi lempeng di zona megathrust Mentawai-Pagai. Hasil analisis BMKG juga menunjukkan, gempa tersebut memiliki mekanisme pergerakan naik. “Itu dengan memperhatikan lokasi dan kedalaman hiposenternya, gempa ini jenis dangkal dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault),” sambungnya.

Oleh karena itu, Mamuri mengimbau agar warga tetap tenang dan selalu mewaspadai terhadap potensi ancaman Mentawai Megatrust. Namun apakah rentetan gempa di Pagai Selatan merupakan gempa pembuka (fore shock) sebelum terjadinya gempa utama (main shock), Mamuri menilai hal itu sulit dipastikan.

Sementara itu, Pakar Gempa yang juga akademisi Universitas Andalas (Unand), Badrul Mustafa Kemal, menyebutkan, rentetan gempa yang terjadi dan terpusat di Pagai Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai yang mulai aktif sejak 15 Oktober 2020 lalu, sulit disebut sebagau gempa pembuka (fore shock).

“Tidak ada pola yang bisa dipedomani terkait frekuensi gempa pendahuluan atau pembuka terhadap gempa utama. Tapi, InsyaAllah rentetan gempa ini bukan fore shock, karena butuh energi yang besar untuk itu,” kata Badrul kepada Haluan, Selasa (20/10).

Lebih lanjut ia menyebutkan, sangat kecil kemungkinan muncul gempa berkekuatan di atas M=7 di lokasi Pagai Selatan. “Saya yakin di segmen ini sangat kecil kemungkinan muncul gempa berkekuatan di atas 7 Skalarichter (SR). Sebab, untuk bisa menghasilkan gempa kuat, apalagi sangat kuat, butuh waktu cukup lama untuk mengakumulasi energi,” katanya lagi.

Menirut Badrul, berdasarkan hasil penelitian Prof. Kerry Sieh dan Danny Hilman di segmen Pagai Selatan, diperlukan sedikitnya 200 tahun untuk segmen ini mengumpulkan energi dalam jumlah besar. “Seperti saya katakan sebelumnya, untuk segmen Sipora-Pagai ini dapat dikatakan aman. Sebab, periode ulang 200-an tahun gempa besar di segmen ini sudah terjadi, pada 12 September 2007 (M=8,4), 13 Sepmtber 2007 dua kali (M=7,9 dan M=7,4), dan terakhir 25 Oktober 2010 (M=7,4). Di segmen ini secara saintifik, gempa besar akan terulang lagi 200-an tahun berikutnya,” katanya menutup. (*)

Yesi/hantaran.co