JAKARTA, hantaran.co- Anggota Komisi II DPR RI Guspardi Gaus menilai, langkah sejumlah partai politik yang mulai terbuka menyampaikan simulasi bakal calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) patut diapresiasi karena menjadi bentuk keterbukaan partai terhadap publik.
Menurutnya, upaya partai politik menawarkan figur yang dinilai cocok diusung, merupakan bagian dari tranparansi dan tanggung jawab parpol terhadap konstituennya.
“Hal ini juga bentuk kesiapan parpol menghadapi Pilpres 2024, ujar Guspardi, Rabu (27/7).
“Penyampaian simulasi Capres-cawapres merupakan bentuk keterbukaan dan itu sesuatu yang positif untuk memperkenalkan. Sehingga publik bisa menilai layak tidaknya calon yang ditawarkan oleh partai politik,” jelas Politisi PAN ini menambahkan.
Legislator asal Sumatera Barat itu menekankan pemimpin yang terpilih tidak hanya dinilai dari prestasi yang ditorehkan. Tapi, harus dinilai dari berbagai aspek yang multidimensi atau mendekati figur sempurna. Tidak bisa menilainya dari prestasinya saja karena prestasi itu bisa saja tidak diketahui orang banyak. Calon yang berprestasi belum tentu layak menjadi pemimpin, sedangkan pemimpin yang terpilih nanti memang benar-benar terpilih dan harus memenuhi berbagai syarat dan mempunyai ke kelebihan dalam berbagai bidang (mulitdimensi).
“Oleh karena itu, partai politik kita tidak boleh bersikap apriori dan siapa pun yang diajukan harus direspons sebagai sesuatu yang positif. “Ini juga sebagai bentuk keterbukaan partai dalam memberikan pendidikan politik. Bentuk akuntabilitas agar tidak pilih kucing dalam karung,” pungkas Anggota Baleg DPR RI tersebut.
Sementara itu, Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, ketika menyoroti dinamika politik yang kerap membahas isu capres dan cawapres serta koalisi untuk Pilpres 2024, menegaskan bahwa sosok pemimpin harus memiliki prestasi.
Menurut Hasto, sebelum berbicara soal penjodohan capres – cawapres, harus mengetahui soal rekam jejak prestasi sosok pemimpin tersebut.
“Ada (yang)Â menjodoh-jodohkan (capres-cawapres), lalu kami bertanya mereka yang menjodohkan itu, harusnya juga memahami apa prestasinya,” kata Hasto. (*)