Sekolah Tatap Muka di Sumbar Jangan Lengah dan Abai

Meningkat

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mewanti-wanti Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mewaspadai potensi peningkatan jumlah anak putus sekolah karena faktor pandemi. Berdasarkan data Dinas Pendidikan (Disdik) Sumbar, angka anak putus sekolah di Sumbar lebih kurang sebanyak 2 persen, dan akan terus ditekan dari waktu ke waktu. IST

PADANG, hantaran.co — Pemerintah daerah (Pemda) dinilai terlalu cepat membuka kembali sekolah untuk memberlakukan proses belajar mengajar (PBM) tatap muka, lantaran masih banyak celah potensi penularan Covid-19 di lingkungan sekolah. Catatan 54 siswa SMAN 1 Padang Panjang yang positif Covid-19 pada Minggu (12/9) lalu mesti jadi pelajaran berharga.

Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Sumbar, Defriman Djafri menyatakan, pemerintah harus berkaca pada peningkatan kasus Covid-19 pada Januari 2021 lalu, ketika pemerintah kembali membuka sekolah secara bertahap. Dari situ, tampak bahwa keputusan membuka lagi sekolah untuk saat ini terlalu dini.

“Januari lalu pembelajaran tatap muka dimulai bertahap, tetapi kemudian terjadi peningkatan kasus. Saat itu pengendalian di Sumbar juga jauh berbeda dengan yang terjadi belakangan, seperti kapasitas testing saat ini yang jauh lebih rendah ketimbang Januari. Jika testing sama, bolehlah agak percaya diri untuk kembali membuka sekolah,” kata Defriman kepada Haluan, Minggu (12/9).

Defriman mengamini, bahwa kasus penularan Covid-19 di Sumbar mulai melandai. Meski demikian, pemerintah harus tetap berhati-hati dan waspada akan potensi penularan Covid-19 di sekolah, karena masih banyak celah terjadinya penularan di sekolah, termasuk sekolah dengan sistem asrama.

Defriman juga mengatakan, meski angka fatalitas kasus pada anak atau remaja tidak begitu tinggi, tetapi siswa tetap berpotensi menjadi carier atau pembawa virus, dan bisa menularkan ke orang lain, termasuk kepada anggota keluarga mereka di rumah yang rentan bila terpapar.

“Dari data yang kami analisa, memang kematian pada anak usia sekolah di Sumbar itu kecil, tetapi saat anak ini tertular di lingkungan sekolah, mereka berpotensi pula menularkan ke orang di rumah, ke orang tua, nenek, dan lain-lain yang punya risiko lebih tinggi, terlebih jika punya komorbid,” katanya lagi.

Oleh karena itu, pemerintah daerah dan sekolah menurutnya harus siap sepenuhnya untuk memberlakukan pembelajaran tatap muka, mulai dari keberadaan fasilitas penunjang protokol kesehatan (prokes), hingga kesadaran dari seluruh sivitas sekolah dalam menjaga diri dari potensi tertular dan menularkan Covid-19.

Defriman berpendapat, kasus positif 54 siswa di SMAN 1 Padang Panjang pada Minggu 12 September lalu hampir sama dengan kasus penularan di salah satu sekolah asrama beberapa waktu lalu, di mana para murid dan guru menganggap sudah merasa aman karena tinggal di asrama dan menjalani berbagai pemeriksaan.

“Yang jadi masalah, bagaimana keamanan dengan guru, penjaga kantin, dan yang lain-lain yang tidak tinggal di asrama. Seperti kasus di salah satu sekolah asrama yang juga di Padang Panjang, dari penelitian yang kami lakukan, penyebaran itu berawal dari salah seorang guru yang tidak tinggal di asrama,” katanya lagi.

ISOLASI

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Padang Panjang, Nuryanuwar menyebutkan, pihaknya sudah bergerak cepat guna menekan potensi meluasnya penularan Covid-19 di SMAN 1 Padang Panjang. Salah satnya dengan mengisolasi kawasan sekolah dan asrama untuk beberapa waktu ke depan.

Ia menjelaskan, bahwa Dinkes Padang Panjang juga sudah melakukan pelacakan atas kontak erat pada siswa yang terpapar. Bagi yang dinyatakan positif, akan menjalankan isolasi mandiri di sekolah, sementara untuk siswa yang negatif, diminta untuk pulang ke rumah masing-masing.

“Tenaga kesehatan kami akan terus melakukan pemantauan intensif agar tidak menyebar kemana-mana, dan yang terkonfirmasi positif dapat menjalani isolasi dengan baik hingga terkonfirmasi negatif,” kata Nuryanuwar.

Sebelumnya diberitakan, sebanyak 54 siswa SMA N 1 Padang Panjang terkonfirmasi positif Covid-19 hasil dari tracking terhadap 369 orang siswa asrama beserta petugas asrama. Kasus ini berawal dari salah satu siswa yang mengalami deman sehingga dinyatakan positif terpapar virus corona.

Nuryanuwar menyebutkan, klaster penularan di SMAN 1 Padang Panjang tersebut menyebabkan kasus Covid-19 di Padang Panjang mengalami peningkatan signifikan. Padahal, sebelumnya kasus penularan di Kota Serambi Mekah itu sudah menunjukkan penurunan. (*)

Apiz/Riga/hantaran.co

Exit mobile version