SBLF Riset : Basis Suara dan Milenial Kunci di Pilgub Sumbar, Mahyeldi-Audy Masih Unggul

Pengamat Politik yang juga Direktur SBLF Riset & Consultant, Edo Andrefson. IST

PADANG, hantaran.co — Faktor penguasaan basis suara dan potensi keberpihakan milenial diyakini jadi kunci kemenangan pada helat Pilgub Sumbar 2020. Terkait dua faktor itu, Pengamat Politik yang juga Direktur SBLF Riset & Consultant Edo Andrefson menilai, sejauh ini Paslon nomor urut 4 Mahyeldi-Audy Joinaldy masih memimpin di “lintasan pacu”.

SBLF Riset & Consultant sendiri, kata Edo, bersama Blueprint Institute telah merangkum hasil survei terakhir sepanjang Oktober 2020, yang akan dirilis dalam waktu dekat. Namun, gambaran awal menunjukkan Paslon Mahyeldi-Audy Joinaldy dengan angka elektabilitas tertinggi, disusul paslon Mulyadi-Ali Mukhni, paslon Nasrul Abit-Indra Catri, dan terakhir paslon Fakhrizal-Genius Umar.

“Kita mulai bicara dari komposisi daerah. Kita tahu, pasangan nomor urut 1 Mulyadi-Ali Mukhni itu unggul di Sumbar 2. Sebelumnya ada 8 kabupaten/kota yang dikuasai, tapi akhir-akhir ini dari hasil survei kami, pasangan ini kehilangan dua daerah,” kata Edo, Jumat (6/11/2020).

Delapan daerah yang dimaksud, di antaranya Lima Puluh Kota, Agam, Kota Bukittinggi, Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, Padang Pariaman yang dipengaruhi faktor Ali Mukhni, serta dua daerah lagi yang dinilai telah lepas dari penguasaan Mulyadi-Ali Mukhni, yaitu Kota Pariaman dan Payakumbuh.

Sementara itu untuk paslon nomor urut 2 Nasrul Abit-Indra Catri, sambung Edo, survei menunjukkan dominasi di Kabupaten Pesisir Selatan, dan keunggulan di sebagian kecil daerah lain tetapi tak cukup signifikan. Ada pun Paslon nomor urut 3 Fakhrizal-Genius Umar, masih belum memperoleh basis yang kuat.

“Untuk Paslon Mahyeldi-Audy Joinaldy, setidaknya sudah mengamankan 70 persen suara di Kota Padang sebagai daerah dengan pemilih terbesar. Kemudian, juga mengamankan Padang Panjang, Tanah Datar, Dharmasraya, Sawahlunto, Sijunjung, dan Solok Raya karena faktor Audy Joinaldy, serta Kota Pariaman dan Payakumbuh yang sebelumnya jadi basis Mulyadi-Ali Mukhni,” kata Edo lagi.

Audy Direspons Kaum Muda

Faktor lain yang menjadi kunci dalam upaya pemenangan Pilgub Sumbar adalah penerimaan dari kalangan milenial terhadap kandidat. Dalam hal ini, kata Edo, Cawagub Audy Joinaldy jelas menjadi kandidat yang paling direspons kaum muda.

“Selain yang bersangkutan juga muda, baru 37 tahun, pebisnis ulung, perantau sukses, khatam soal pertanian, juga seorang datuk, ditambah lagi gaya komunikasinya yang cair dan “gaul” serta mudah diakses di berbagai platform media sosial termasuk youtube, dan instagram. Itu semua membuat Audy lebih menarik bagi milenial,” kata Edo.

Kecenderungan milenial, kata Edo, memang memberikan dukungan kepada kandidat yang dinilai mewakili kaum muda. Melihat potensi pemilih milenial di Sumbar yang mencapai 40 persen dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT), tentu paslon Mahyeldi-Audy lagi-lagi lebih unggul dalam hal ini.

“Realitanya, kandidat lain memang tidak maksimal seperti dalam bermedia sosial. Padahal, tren untuk hari ini, itu sangat penting,” ucap Edo.

Merespons Poltracking

Selain itu, menyimak hasil survei yang dirilis lembaga survei nasional Poltracking Indonesia beberapa hari lalu, Edo yang sebelumnya pernah menjabat Koordinator Wilayah (Korwil) Poltracking Sumbar-Jambi pada 2013-2015 punya beberapa catatan.

“Kita garis bawahi dulu. Lembaga survei itu belum akan rilis hasil jika jarak kliennya dengan kandidat lain masih tipis 2-5 persen. Melihat hasil survei Poltracking yang menempatkan elektabilitas Mulyadi-Ali Mukhni begitu tinggi hingga 49 persen, ya, jelas itu membangun opini dan bagian dari strategi pemenangan. Makanya angkanya bombastis begitu,” sebut Edo.

Hal yang patut diingat, kata Edo, ketiga paslon dan masing-masing kandidat telah aktif turun bersosialisasi sejak beberapa bulan terakhir, dan semakin intens sejak tahap kampanye dimulai. Namun, melihat survei Poltracking yang menempatkan tren elektabilitas paslon Mulyadi-Ali Mukhni meroket sedangkan tren 3 paslon lain menurun, Edo menganggapnya sebagai kejanggalan.

“Janggal saja, keempat paslon sama-sama turun, tapi yang naik cuma satu paslon. Selain itu saya tidak lihat ada sebaran survei per kota/kabupatennya. Padahal menurut saya ini penting untuk melihat apakah kesimpulan secara keseluruhan itu rasional atau tidak,” ucapnya menutup. (*)

Rilis/hantaran.co

Exit mobile version