Sanggar Seni Sarasah Maimbau, Jaga Kesenian Minangkabau

Sanggar Seni Sarasah Maimbau

Ilustrasi tari tradisonal di Minangkabau

AGAM, Hantaran.co- Kesenian Minangkabau memiliki banyak keunikan yang perlu dilestarikan. Bahkan diperlukan pengembangan yang menyesuaikan perkembangan zaman.

Di Minangkabau sendiri, banyak kesenian yang mampu menarik perhatian wisawatan. Contohnya tari, silek, randai dan sebagainya. Hal inilah yang melatar belakangi Sanggar Seni Sarasah Maimbau yang terletak di Nagari Pagadih, Kecamatan Palupuh,Agam hadir.

Sanggar kesenian ini memiliki beberapa bidang kesenian, seperti bidang tari, musik, randai dan arsip. Seperti
diketahui, bahwa Minangkabau memiliki banyak tarian daerah, diantaranya tari piring, tari pasambahan dan tari salendang.

Menurut Ketua Sanggar Sarasah Maimbau, Madrid, untuk pelatih sanggar per bidang berasal dari Nagari Pagadih dan sesekali juga mendatangkan pelatih dari luar daerah pada kegiatan workshop. Untuk jadwal latihan rutin diadakan setiap Selasa dan Kamis.

Dikatakan Madrid, dibalik penampilan tari, tentunya membutuhkan alat musik guna memberikan tuntunan irama, ketukan dan tempo. Alat musik yang digunakan juga bermacam-macam,contohnya saluang, tambua, talempong dan sebagainya.

“Sanggar yang telah berdiri sejak tahun 2016 ini sudah tampil di berbagai event, seperti penampilan randai di pelataran Jam Gadang, randai di RRI Bukittinggi, randai dan tari di Puncak Lawang, dan yang terakhir tampil di Pekanbaru. Untuk bidang randai, sementara waktu ini
vakum karena terkendala dari pelatihnya. Kami belum menemukan pelatih yang sesuai, jadi dihentikan sampai ada pelatihnya,” ujar Madrid.

Ditambahkannya, selain bidang tersebut di atas, sanggar seni ini memiliki satu bidang terbaru, yaitu bidang arsip yang bertujuan untuk merefleksikan ingatan para anak nagari dengan belajar menulis serta wawancara bersama, tentang bagaimana sejarah serra respon anak muda terhadap
kedudukan rumah gadang di era sekarang ini.

“Saatnya anak muda yang bergerak untuk mendokumentasikan kegiatan guna arsip, serta menjaga eksistensinya di dunia nyata dan maya. Melihat semakin masifnya pemakaian smartphone dan media sosial dikalangan milenial. Setidaknya hal ini mampu mengendalikan pengoperasian smartphone agar berdaya guna positif,” tambahnya.

Madrid berharap,semoga sanggar yang dipimpinnya dapat menjadi media edukasi dan interaksi sosial antara pegiat seni dengan masyarakat Pagadih, serta dapat merangsang pikiran generasi milenial untuk peka terhadap isu kebudayaan lokalitas setempat.

Karena mengingat anggota sanggar ini berlatar belakang dari berbagai usia, yaitu anak-anak mulai dari usia 9 tahun sampai
usia 20 tahun keatas. Selama penyebaran virus covid-19 ini, lokasi penampilan juga dibatasi. Sementara waktu, ia dan
timnya hanya maping area yaitu di sekitar Nagari Pagadih atau salingka nagari.

Selain itu, untuk latihan maupun kegiatan di luar ia selalu mengingatkan anggota sanggarnya untuk patuhi protokoler kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak dan sering mencuci tangan.

(Yul/Sil/Hantaran.co)

Exit mobile version