SOLOK, hantaran.co–Sudah berjalan dua tahun lebih Epyardi Asda menjabat sebagai Bupati Solok. Banyak liku, dan fenomena yang muncul selama ia menjabat. Dibalik gayanya lugas, dan tegas ternyata menyimpan beban yang tidak ringan.
Hal ini terungkap ketika anak sulungnya Athari Gauthi Ardi yang merupakan anggota DPR RI mengaku sudah memahami ayahnya ketika membahas tentang kebutuhan masyarakatnya.
“Sudah menjadi kebiasaan kami ketika pagi jika sudah di meja makan. Kalau bukan saya yang mendatangi ayah atau ayah yang mendatangi saya ketika di meja makan. Nah ini kadang-kadang ketika baru bangun eh bukan nanya kondisi saya malah nanya masyarakat butuh ini, butuh itu tolong kamu bantu bla..blaa..blaa…Padahal sarapan saja belum. Ya dikasih jeda sarapan dulu lah,”ucap Athari sambil ketawa pada saat bertemu dengan masyarakat di Nagari Cupak beberapa waktu lalu.
Meski begitu ia mengaku memahami sosok ayahnya itu memang tegas kalau sudah berurusan dengan kebutuhan masyarakat. Sang ayah tak ingin dianggap mencari keuntungan pribadi dengan melupakan janjinya kepada masyarakat.
“Ayah adalah idola saya sebagai pemimpin yang benar-benar bekerja untuk masyarakat. Sebagai anak saya tentu kenal betul beliau,”ujarnya.
Diungkap Athari banyak hal yang ia rasakan saat Epyardi menjadi Bupati Solok, terutama ketika berkerja sama membantu pembangunan untuk Kabupaten Solok.
“Saat saya baru duduk di DPR RI komisi V saya sempat bawa anggaran untuk Kabupaten Solok tapi pada saat itu saya tidak dukung oleh pejabat (bupati) yang lama. Akhirnya anggaran itu dialihkan ke daerah lain. Di zaman Bupati Solok Epyardi Asda ini saya langsung berkolaborasi. Batang Lembang dengan anggaran pusat akhirnya terealisasi, bedah rumah, irigasi dan lainnya berjalan di Kabupaten Solok,”kata Athari.
Bagi Epyardi, menjadi bupati adalah pengabdian. Jalan itu ia tempuh sebagai bentuk pengorbanan untuk kampung halamannya. Meski begitu ia hanya manusia biasa. Beban besar harus ia jalani.
Dalam beberapa kali pertemuan dengan masyarakat, Epyardi sempat ditanya oleh warga terkait tentang beratnya kerja sebagai kepala daerah.
Dan Epyardi pun sempat mengakui pekerjaanya sebagai bupati memang tidak mudah. Bahkan ia harus mengorbankan banyak hal termasuk waktu dengan keluarga. Bahkan ada lawan politiknya yang menyerang pribadinya. Meski begitu ia sudah berjanji menjalankan amanah dari masyarakat.
“Memang berbeda, apalagi kita semua tahu ketika saya menjabat itu masih covid-19. Dan kondisi Kabupaten Solok jauh terpuruk dari berbagai lini. Nah ini kan butuh gebrakan butuh tenaga yang besar untuk mengubah keadaan ini. Meski ada konsekuensinya, seperti adanya sekelompok orang yang gusar karena selama ini di zona nyaman makan duit rakyat, maka di zaman saya kini tak berkutik lagi,”ucap Epyardi.
Sosok Epyardi memang dikenal fenomenal. Ia tak segan melawan orang-orang yang dianggap menyengsarakan warganya. Tak jarang ia tampil di depan membela masyarakat. Beberapa videonya bahkan viral ketika membela hak-hak warganya.
Namun, tak dipungkiri Kabupaten Solok kini bergerak. Berbagai prestasi mulai dirasakan. Mulai dari stuting, angka pelayanan masyarakat, hingga pertumbuhan ekonomi yang menanjak. Semua tentu berdasarkan data yang dikeluarkan oleh lembaga berkompeten.
Kini Kabupaten Solok menjadi perhatian dari berbagai pihak. Sektor pariwisata dilirik wisatawan dan investor. Sektor pertanian terus naik. Infrastruktur terus dibenahi. Jalan yang dulunya selama belasan tahun tak tersentuh kini mulai diperbaiki.
Terbaru, jalan di Kecamatan Tigo Lurah yang menghubungkan Sungai Nanam dengan Rangkiang Luluih (via Kapujan) mendapat bantuan bangun jalan sebesar Rp36 miliar dari Kementerian PUPR tentunya setelah kerja sama Epyardi dengan Athari.
(Dafit/Hantaran.co)