Djohermansyah Djohan
(Guru Besar IPDN)
Pamong tak pernah “mati”. Ada-ada saja kesibukannya sehari-hari. Begitulah “kurenah” pamong sejati.
Selepas pensiun 15 tahun lalu dari jabatan terakhir Rusdi Lubis sebagai Sekda Provinsi Sumbar, setelah malang melintang di jagad Pemda, Bang Rusdi, begitu saya menyapanya, tetap tidak henti mengisi hari. Ia produksi terus kebaikan. Tidak saja untuk kemaslahatan diri sendiri, keluarga, atau kampungnya, tapi juga bagi orang banyak di mana pun mereka berada.
Senam pagi bersama teman-teman pesenam di GOR H. Agus Salim Padang jarang dilewatkan. Biasanya, sesudah senam ditutup dengan sarapan pagi lontong sayur Padang, langganan untuk have fun.
Kalau pun lagi di luar kota, jalan pagi tidak pernah dilupakan. Sambil potret kanan kiri yang kemudian ditayangkan di laman FB-nya, dan seakan memotivasi kita untuk hidup sehat dan membagi informasi kondisi lokasi yang dilewati. Makanya, beliau walau sudah berumur 3/4 abad, tapi tetap sehat dan terlihat awet muda.
Bersilaturahmi juga kebiasaannya. Tidak saja menghadiri acara resepsi pernikahan kerabat dan handai tolan, melayat orang wafat, tetapi juga menyambangi kawan-kawan sepermainan, kolega, mantan atasan, dan sanak famili ke kediaman. Menghibur yang sedang sakit, atau sekedar berbincang-bincang nostalgia masa lalu, membuat wajah Bang Rusdi selalu tampak ceria. Mungkin adrenalinenya naik sehabis bersilaturahmi.
Kumpul keluarga dan traveling bersama istri tercinta merupakan hobinya. Pandemi sekalipun tidak menghalanginya. Ke Jakarta, Bandung, dan Simpang Empat untuk menengok anak cucu dan sanak saudara, rutin dilakukannya. Rekreasi dan makan bareng anak cucu telah menambah imun almarhum.
Pada awal wabah corona melanda, saya kaget melihat beliau berwisata ke Mesir “visiting mesir sudah terjadwal lama… sulit dibatalkan,” ujarnya. Ketika saya tanya, Alhamdulillah beliau aman-aman saja.
Berkunjung ke kampung halaman, Ujung Gading, Pasaman Barat, adalah kesukaannya. “Otw ke Simpang Empat,” tulisnya pada dinding facebook, dilengkapi emoticon tersenyum. Pemandangan bukit dan gunung, sawah dan ladang, rumah tempat dilahirkan, kemudian menyusul sebagai backrgound yang “on the screen“. Barangkali dengan pulang kampung, energi Bang Rusdi meningkat berlipat-lipat.
Di atas semua keaktifannya di lingkungan masyarakat dan kepedulian pada pemerintahan, patut kita teladani mulai hal-hal kecil dari Bang Rusdi, seperti membagikan isi kutbah yang dihadirinya, menulis kasus-kasus ketika mengurus pemerintahan dulu, menjadi ketua Sekolah Tinggi Administrasi Negara Adabiyah, Penasihat Ikatan Alumni Sekolah Pamong, pemimpin Paguyuban Pamong Senior Sumbar, Ketua PWRI Sumbar, Anggota Pansel JPT Pratama Provinsi dan hampir semua Kabupaten/Kota di Sumbar, Tenaga Ahli DPRD Provinsi Sumbar, dan sebagainya. Bahkan, sempat-sempatnya memasrahkan diri maju sebagai Calon Wagub Sumbar kendati pun gagal memenangi kontestasi. Semua aktivitasnya ini, membuat hidupnya berarti dan diberkahi Illahi.
Walaupun Bang Rusdi telah tiada, wafat di bulan puasa Selasa kemarin, teks digitalnya tetap ada untuk pedoman hidup bagi kita semua. Khusus buat saya pribadi, mahasiswanya dulu pada tahun 1970-an di APDN Bukittinggi, ada amanah dari beliau supaya tetap konsisten mengawal Pemda dan Otonomi Daerah, agar berada di garis yang benar (Djohan & Rizal, Koki Otonomi, hal.461). “Semoga bahagia berjumpa dengan Sang Khalik, bang. InsyaAllah saya akan tunaikan amanah ini…” (*)