Kesehatan

RS Covid-19 di Sumbar Rawan Kolaps

7
×

RS Covid-19 di Sumbar Rawan Kolaps

Sebarkan artikel ini
Masyarakat
Sejumlah pasien positif Covid-19 sedang mengikuti kegiatan pemugaran fisik di pusat karantina perumahan nelayan, di Jalan Flamboyan, Padang Selasa (6/7). Jumlah kasus aktif di Sumbar terus mengalami peningkatan dan menembus angka 4.000. TIO FURQAN

Seperti yang kita tahu, karena terjadinya lonjakan kasus, beberapa RS di Jawa sudah kolaps. Coba bayangkan jika di Sumbar kasus juga meledak, sementara fasilitas kesehatannya tidak merata.

Dr. Andani Eka Putra

Staf Ahli Menkes RI/Kepala Lab FK Unand

PADANG, hantaran.co — Satgas Nasional mencatat tingkat keterisian atau Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit (RS) khusus Covid-19 di Sumbar sudah di atas 60 persen. Hal yang lebih mengkhawatirkan dari itu, bahwa rumah sakit di Sumbar lebih rawan mengalami kolaps ketimbang rumah sakit di Pulau Jawa yang cenderung lebih siap dalam hal ketersediaan tenaga kesehatan (nakes) dan peralatan kesehatan (alkes).

Kekhawatiran itu diutarakan Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (FK Unand), Dr. Andani Eka Putra. Menurutnya, rumah sakit di Pulau Jawa lebih siap dan memadai untuk menghadapi potensi ledakan kasus Covid-19 ke depan.

“Jika berbicara soal indikasi, apakah rumah sakit di Sumbar bisa kolaps seperti di Jawa. Tentu potensi Sumbar lebih besar, karena rumah sakit di Jawa itu alat dan tenaga kesehatan mereka jauh lebih siap. Tapi, seperti yang kita tahu, karena terjadinya lonjakan kasus, beberapa RS di Jawa sudah kolaps. Coba bayangkan jika di Sumbar kasus juga meledak, sementara fasilitas kesehatannya tidak merata,” ujarnya.

Terlebih, kata Andani, kondisi penularan Covid-19 di Sumbar saat ini berada pada posisi tidak terkendali. Hal ini terlihat dari tingkat Positivity Rate (PR) yangsudah mencapai 20 persen, dan jauh di atas ambang aman Badan Kesehatan Dunia atau WHO, yaitu 5 persen. Menurut Andani, kondisi ini menunjukkan bahwa kepadatan infeksi penularan virus corona di Sumbar cukup tinggi.

Oleh karena itu, Staf Ahli Kementerian Kesehatan itu mendorong agar Pemerintah Daerah (Pemda) di Sumbar segera memberlakukan pembatasan ketat atau bahkan darurat guna menekan laju pertumbuhan kasus. Sebab, lonjakan kasus yang saat ini terjadi ikut dipicu oleh tingkat kesadaran masyarakat yang rendah dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes).

Kesiapan RS Utama

Sementara itu, rumah sakit rujukan Covid-19 di Sumbar tetao bersiap menghadapi potensi penambahan pasien seiring lonjakan kasus yang masih terjadi. Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil, saat ini tingkat keterisian tempat tidur untuk pasien Covid-19 sudah mencapai 60 persen.

“Dari 255 tempat tidur yang tersedia, 60 persen di antaranya sudah terisi oleh pasien Covid-19. Kondisinya masih bisa dikatakan terkendali. Ketersediaan oksigen dan tenaga kesehatan semua aman dan stand by. Jadi, masih bisa memenuhi kebutuhan pasien,” ujar Direktur Utama RSUP M Djamil Padang, Yusirwan, Senin (5/7/2021).

Selain itu, kata Yusirwan, pihaknya juga telah menyiapkan 84 kamar cadangan sebagai sarana isolasi saat nanti terjadi penambahan kasus. Meski demikian, RSUP M Djamil memang masih terkendala dengan kurangnya ventilator jika sewaktu-waktu terjadi penambahan pasien dengan gejala berat.

“Untuk penambahan ruang ICU, tentu membutuhkan tambahan ventilator. Jika ada penambahan pasien dengan kondisi berat, ini yang jadi kendala bagi kita. Ventilator sangat terbatas. Jika pun uang atau dananya ada untuk pengadaan, tapi saat ini sulit untuk mendapatkannya,” ujarnya.

Sementara itu, di Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi, sebanyak 37 kamar dari 40 kamar untuk pasien Covid-19 sudah terisi. Namun, pihak rumah sakit sudah menyiapkan 100 tempat tidur tambahan untuk mengantisipasi jika terjadi lonjakan kasus.

“Kami menyiapkan 100 tempat tidur untuk perawatan pasien Covid-19. Namun, karena keterbatasan tenaga kesehatan, hanya 40 yang bisa digunakan. Kami bisa saja memfungsikan semuanya jika ada bantuan tenaga kesehatan,” ujar Direktur Utama RSAM Bukittinggi Khairul, Senin (5/7).

Khairul menyatakan, untuk penanganan pasien Covid-19 di RSAM, saat ini masih terkendali. Sebab, mayoritas pasien yang dirawat dalam kondisi gejala sedang. Selain itu, pihaknya juga masih memiliki ketersediaan oksigen medis yang mencukupi untuk perawatan.

“Kendalanya memang di tenaga kesehatan ya. Nah, jika memang ada bantuan tenaga kesehatan dari pemerintah atau BPBD, tentu fasilitas di sini bisa difungsikan secara optimal. Kendalanya hanya di ketersediaan SDM saja,” katanya menutup.

Awas Sumbar!

Sementara itu, Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Nasional Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah, mengungkapkan, 20 provinsi memiliki tingkat keterisian rumah sakit di atas 50 persen. Termasuk salah satunya Sumbar dengan tingkat keterisian 62,16 persen. Sementara itu Provinsi Banten menjadi daerah dengan BOR paling tinggi yaitu di atas 90 persen.

“Terkait keterisian rumah sakit, saat ini 11 provinsi mengalami BOR di atas 70 persen, bahkan ada yang lebih dari 90 persen. Lalu, sembilan provinsi dengan BOR 50-70 persen dan hanya 14 provinsi di bawah 50 persen,” ujar Dewi dalam rapat koordinasi (rakor) virtual Satgas Covid-19 Nasional, Senin (5/7).

Dewi menyebutkan, tingkat keterisian rumah sakit yang mengalami peningkatan terpantau di Pulau Jawa yang sudah berada di atas 80 persen, seperti di Jawa Barat 89,33 persen, DI Yogyakarta 89,48 persen, DKI Jakarta 87,51 persen, Jawa Tengah 86,66 persen, dan Jawa Timur 81,58 persen. Angka tersebut sudah melampaui batas standar aman dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 60 persen.

Dalam paparannya, Dewi juga memperlihatkan lebih detail tingkat keterisian ruang isolasi dan ruang Intensive Care Unit (ICU). Untuk Sumbar, BOR ICU sudah mencapai 51,85 persen dan BOR isolasi 63,40 persen. Provinsi Banten tercatat sebagai daerah dengan BOR ICU tertinggi dengan 96,67 persen dan BOR isolasi 90,89 persen.

Kondisiketerisian rumah sakit saat ini, kata Dewi, harus menjadi pengingat, terutama di wilayah yang keterisian rumah sakitnya di atas 90 persen. Satgas meminta agar setiap kepala daerah menyiapkan upaya preventif dengan penguatan sistem fasilitas pelayanan kesehatan. Termasuk, pihak rumah sakit untuk menyiapkan tenaga kesehatan beserta alat kesehatan agar tidak keteteran saat terjadi lonjakan kasus. (*)

Riga/hantaran.co