Preventif Postpartum Rage bagi Ibu Muda Melalui Bimbingan Keluarga Berbasis Meaning of Life dan Social Support System Anggota Keluarga

UNP

Miftahul Fikri [Mahasiswa Program Doktor Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang]

Miftahul Fikri

Mahasiswa Program Doktor Bimbingan dan Konseling

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Padang

Postpartum rage  dapat didefinisikan sebagai kondisi psikologis negatif atau ketidakberdayaan yang dialami oleh ibu setelah melahirkan dengan gejala insomnia, depresi, delusi, menangis tiba-tiba, stress, merasa sendiri, serta tidak mampu mengontrol emosi. Berbagai emosi negatif yang dirasakan saat depresi tentunya lebih intens, sehingga gejala marah yang ditunjukkan pun berbeda dari yang biasa dialami oleh ibu. Postpartum rage   mempengaruhi dari 10% sampai 15% perempuan setelah melahirkan dan terdiri dari tanggung jawab emosional. Para ahli sepakat postpartum rage   muncul sesudah kelahiran bayi, umumnya terjadi enam minggu hingga dua belas bulan paska melahirkan.

Pada hakikatnya, postpartum rage merupakan kondisi umum yang dialami hampir seluruh ibu setelah melahirkan, namun intensitasnya yang berbeda-beda. Perempuan yang mengalami kondisi psikologis postpartum rage menunjukkan tingkah laku negatif di mana mereka menjadi lebih sedih, lebih marah dan memiliki persepsi yang semakin rendah tentang dirinya (Ledesma Ortega, 2017; Macdonald et al., 2020). Hal ini akan menciptakan unsur-unsur lingkungan tidak kondusif pada perkembangan pribadi ibu dan perkembangan yang optimal bagi anak. Tinjauan sistematis saat ini menunjukkan bahwa kesehatan bayi dan anak sangat erat kaitannya dengan kesehatan ibu mereka. Selain itu, postpartum rage ibu yang parah atau kronis tampaknya menghadirkan risiko yang lebih tinggi terhadap perkembangan anak. Dengan demikian posrpartum rage ibu memiliki banyak efek negatif langsung dan tidak langsung pada perkembangan anak, termasuk kualitas lingkungan rumah yang lebih rendah.

Penelitian awal yang telah dilakukan pada 122 orang ibu muda (berumur kurang dari 30 tahun, memiliki 1-2 anak) di Kota Padang pada 28 Juni – 30 Agustus 2021, diperoleh data 72 orang (59,02 %) ibu muda mengalami postpartum rage dengan kategori tinggi dan 31 orang (25,41%) lainnya mengalami mengalami postpartum rage dengan kategori sedang. Lebih lanjut, studi yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya bagaimana upaya dukungan perempuan yang mengalami gejala depresi postpartum di tempat kerja melalui dukungan sosial, terutama dari rekan kerja dan supervisor, memiliki pengaruh positif terhadap skor gejala depresi postpartum (Ledesma Ortega, 2017). Selain itu, satu penelitian menemukan bahwa perempuan yang dianggap dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan menjadi ibu muda merasa tidak siap untuk kembali bekerja pada 18 minggu pasca persalin karena adanya kecenderungan gejala postpartum rage (Vujinović, 2014).

Penting untuk mendeteksi dan menangani postpartum rage sedini mungkin untuk menghindari konsekuensi yang berbahaya bagi ibu dan anak. Mengingat hal ini perlu dilakukan dalam menjalani kehidupan. Peran ibu sangat menentukan dalam kehidupan anak, ketika ibu banyak mengalami kondisi psikologis yang tidak diharapkan maka kehidupan yang dijalani oleh anak nantinya akan berbeda dengan apa yang seharusnya. Anak  sukses  bukan  hanya  tergantung  pada  lembaga  pendidikan formal,  melainkan  bisa  dimulai  dengan  memberikan  pendidikan  di  dalam keluarga  sejak  usia  dini (Uce, 2017). Tingginya kebutuhan untuk pengentasan kondisi postpartum rage tersebut juga ditujukan dari hasil penelitian Wulan Rahmadhani SST, (2020) menunjukkan prevalensi depresi postpartum masing-masing adalah 18,37%, 15,19%, dan 26,15% pada satu, dua dan tiga bulan. Skor rata-rata menggunakan skala meningkat secara signifikan selama 3 bulan pertama setelah melahirkan (Wulan Rahmadhani SST, 2020). Beberapa faktor prediksi yang mempengaruhi perubahan postpartum rage selama 3 bulan adalah stres perawatan anak, kepuasan perkawinan, stres hidup, dan tidak diterimanya jenis kelamin bayi (Çankaya & Alan Dikmen, 2020; Nurbaeti et al., 2018; Odinka et al., 2018).

Peran ibu sangat menentukan dalam kehidupan anak, ketika ibu banyak mengalami kondisi psikologis yang tidak diharapkan maka kehidupan yang dijalani oleh anak nantinya akan berbeda dengan apa yang seharusnya. Salah satu pihak terkait yang dapat membantu mencegah terjadinya postpartum rage  ibu muda adalah konselor. Konselor adalah individu yang memiliki keahlian khusus dalam hal ini bidang pengembangan keluarga, khususnya untuk membantu penyelesaian permasalahan yang terjadi pada kehidupan keluarga. Konselor  bertanggung jawab membantu memecahkan masalah klien dengan menemukan ketidakberfungsian hubungan melalui struktur  keluarga,  peran,  aturan,  batasan  dan  intervensi  untuk  perubahan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh konselor untuk mencegah postpartum rage  adalah dengan mengembangkan model bimbingan keluarga berbasis meaning of life  yang ada pada ibu muda, meaning of life  atau kebermaknaan hidup adalah suatu kondisi atau individu yang dianggap penting dan membawa perubahan positif pada kehidupan. Meaning of life  dapat juga diintegrasikan kepada social support system  yang ada pada keluarga. Tidak semua permasalahan yang terjadi itu menjadi masalah besar karena adanya social support system . Social support system  merupakan informasi atau umpan balik dari orang lain yang menunjukkan bahwa seseorang dicintai, diperhatikan, dihargai, dan dihormati serta dilibatkan dalam kelompok sosial dan adanya kewajiban timbal balik. Social support system  mengacu kepada kesenangan yang dirasakan, penghargaan akan kepeduliaan, atau menerima bantuan dari orang lain. Social support yang diterima selama kehamilan memiliki pengaruh yang besar terhadap periode postpartum rage.

Secara operasional yang dimaksud dengan model bimbingan keluarga berbasis meaning of life  dengan social support sytem dalam penelitian ini adalah sebuah prosedur/pedoman sistematis yang dapat digunakan oleh konselor keluarga dalam usaha membantu pencegahan postpartum rage  melalui aktifitas bimbingan keluarga dengan ibu muda, anggota keluarga. Untuk menghasilkan model yang baik dan teruji, telah dilakukan prosedur penelitian dan pengembangan yang terdiri atas lima langkah utama, yakni studi pendahuluan, perancangan model, uji kelayakan model, uji praktikalitas, dan uji efektivitas.

Model bimbingan keluarga berbasis meaning of life  dengan social support system  untuk pencegahan postpartum rage  ibu muda terdiri atas model dan panduan bimbingan keluarga berbasis meaning of life  dengan social support system  untuk pencegahan postpartum rage . Model umum terdiri dari rasional, tujuan, asumsi, karakteristik model, komponen model, materi pelaksanaan model. Panduan praktik terdiri dari deskripsi, karakteristik hubungan, setting layanan dan keterbatasan layanan.

Model bimbingan keluarga berbasis meaning of life  dengan social support system  untuk pencegahan postpartum rage  ibu muda efektif digunakan, yang dibuktikan dengan menurunnya postpartum rage  ibu muda setelah implementasi pelaksanaan model. Keefektifan penelitian ini tentunya tidak datang secara tiba-tiba melainkan melalui proses penelitian. Keberhasilan penelitian ini didukung oleh adanya studi kebutuhan (need assesment) terhadap kondisi postpartum rage  ibu muda.

Melalui studi pendahuluan yang sudah dilakukan, konselor memahami bahwa kegiatan bimbingan dan konseling khususnya bimbingan keluarga bukanlah kegiatan insedentil semata, yang hanya dilaksanakan/dilakukan jika ibu menghadapi masalah, akan tetapi jauh pada kegiatan yang memerlukan perencanaan yang matang dan melakukan studi/kajian tentang berbagai kebutuhan ibu muda dan studi terhadap berbagai kebutuhan ibu muda selama menjalani proses kehamilan hingga melahirkan, dan perlunya sosial support dari anggota keluarga dalam menjalani kehidupan setelah melahirkan.

Penelitian ini mampu meningkatkan peran dan keterlibatan anggota keluarga khususnya suami karena hubungan kolaboratif yang dibangun oleh konselor dengan ibu muda serta anggota keluarga berdasarkan pada komunikasi yang hangat, komitmen yang tinggi. Keberhasilan penelitian ini  dipengaruhi oleh adanya penyusunan rencana pelayanan program bimbingan keluarga berbasis meaning of life  dengan social support system  yang dilakukan konselor dengan  membina hubungan dengan ibu muda serta anggota keluarga untuk menciptakan kondisi yang nyaman, berkomitmen dengan hubungan, menyadari perbedaan individu, mengidentifikasi kemungkinan adanya hambatan/tantangan dalam rangka membantu ibu muda dalam mencegah terjadinya postpartum rage .

Disamping itu, kesuksesan kegiatan yang dilakukan oleh konselor dengan ibu muda dikarenakan setiap komponen merasa dilibatkan secara aktif dan merasa dibutuhkan satu sama lainnya. Beberapa ahli menyatakan bahwa bimbingan keluarga yang dilakukan antar konselor dengan ibu muda didasarkan pada sharing dan openess berbagai informasi yang ada untuk meningkatkan meaning of life  serta social support system  di dalam kehidupan keluarga. Selain itu, kegiatan bimbingan keluarga yang dilakukan oleh anggota keluarga akan optimal apabila masing-masing komponen dapat memahami keinginan dan tujuan bersama, saling menguntungkan, distribusi peran yang seimbang dan bertanggung jawab terhadap peran masing-masing.

Penelitian ini menunjukkan bahwa keikutsertaan anggota keluarga dalam menjalani fase setelah melahirkan memberikan dampak yang signifikan dalam kehidupan ibu muda. Keikutsertaan anggota keluarga tersebut dilakukan dalam aspek membina hubungan, memahami diri, ekplorasi, evaluasi dan tindak lanjut dari yang dilakukan. Berdasarkan pertimbangan teoritis dan empiris, maka model ini layak digunakan untuk membantu ibu muda dalam mencegah postpartum rage  ke arah yang lebih mantap dalam hal membina hubungan, memahami diri, ekplorasi, evaluasi dan tindak lanjut dari serangkaian kegiatan bimbingan keluarga.

Model ini pada prosedur penelitian diujicobakan keefektivannya pada ibu muda dengan kategori postpartum rage  sedang dan tinggi, Agar berhasil dengan optimal, pelaksanaan model ini memerlukan keseriusan ibu muda dan anggota keluarga dalam mengikuti, berkonsultasi dengan baik dan berkesinambungan. Pelaksana kegiatan, model ini dapat digunakan oleh konselor dan anggota keluarga secara bersama-sama dalam rangka membantu pengentasan postpartum rage. Konselor dan anggota perlu memperoleh pemahaman yang sama berkenaan dengan peran dan tanggung jawab masing-masing komponen dalam pelaksanaan model. Lebih lanjut, penelitian ini belum mengukur perbedaan karakteristik ibu muda anak pertama, kedua, atau ketiga sehingga model ini dapat digunakan oleh anggota keluarga dengan karakteristik yang berbeda.

Walaupun begitu, upaya pencegahan postpartum rage menggunakan model bimbingan keluarga berbasis meaning of life dengan social support system ini dapat diwujudkan melalui sinergi penyelenggara bimbingan keluarga  di BKKBN, Posyandu, Rumah Sakit Ibu dan Anak, Lembaga Perlindungan Anak, Lembaga Swadaya Masyarakat. Upaya ini dapat ditempuh melalui pemberian informasi pada pengguna model yang bertugas memberikan pemahaman terkait berbagai upaya pencegahan postpartum rage. Berikutnya dampak dari temuan penelitian ini berupa penelusuran lebih mendalam tentang kondisi postpartum rage sehingga penanganan kondisi yang lebih berat seperti depresi, stres akut atau tindakan kriminal seperti pembunuhan anak dapat dicegah dengan baik.

Beberapa hal penting yang disarankan dari hasil penelitian ini adalah (a)konselor untuk dapat memahami secara mendalam mengenai komponen model bimbingan keluarga berbasis meaning of life dengan social support system  sebagai untuk pencegahan postpartum rage ibu muda. (b) konselor untuk dapat memahami kehidupan keluarga yang bervariasi, agar pelaksanaan kegiatan bimbingan keluarga berbasis meaning of life dengan social support system tidak bersifat subjektif.(c) calon ibu muda, dapat memahami kondisi yang akan dijalani setelah menikah akan menjalani perubahan kehidupan salah satunya akan hamil dan memiliki anak, serta sebagai seorang suami perlu memahami peran suami ketika istri melahirkan dan menjalani fase perubahan.

 

Bagian dari hasil penelitian ini telah terima  pada International Journal Of Public Health Science (IJPHS) tahun 2022 dengan judul “      The Relationship Between Family Support System with Maternal Postpartum Rage dan pada Jurnal International Journal Of Research In Counseling And Education tahun 2022 dengan judul “The Analysis Contribution Family Guidance Based on Meaning of Life with Social Support System in Reducing Level Postpartum Rage Symptoms

 

Artikel ini ditulis berdasarkan Disertasi yang telah dipertahankan dalam Ujian Tertutup pada tanggal 30 Agustus 2022, dengan Promotor 1). Prof. Dr. Neviyarni S., M.S., Kons. 2) Dr. Afdal, M.Pd., Kons., serta Dewan Penguji 1) Prof. Drs Ganefri., M.Pd., Ph.D (Penyelia, Rektor), 2) Prof, Dr. Rusdinal, M.Pd (Ketua, Dekan FIP UNP) Prof Dr. Hadiyanto., M.Pd (Sekretaris, WD 1 FIP UNP), 3) Prof. Dr. Firman, M.S., Kons., (Penguji 1) 4)  Dr. Yeni Karneli, M.Pd., Kons., (Penguji 2)dan 5) Penguji luar institusi Associate Professor Dr. Noor Syamilah Zakaria, K.B., P.A.. dari Universiti Putra Malaysia (UPM)

Exit mobile version