BeritaFokusPadangPendidikanSerbaSerbiSumbarviral

Presma Soroti Periode Kedua Rektor UIN Imam Bonjol Padang: Mahasiswa Tuntut Aksi Nyata, Bukan Janji Lama

11
×

Presma Soroti Periode Kedua Rektor UIN Imam Bonjol Padang: Mahasiswa Tuntut Aksi Nyata, Bukan Janji Lama

Sebarkan artikel ini

Padang, hantaran.co — Pelantikan kembali Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang untuk masa jabatan 2025–2030 menuai sorotan kritis dari Presiden Mahasiswa (Presma) UIN IB Padang, Hidayatul Fikri. Ia menegaskan bahwa periode kedua ini harus menjadi momentum aksi nyata, bukan sekadar pengulangan janji seperti lima tahun sebelumnya.

“Kami tidak sedang menyambut rektor baru, kami sedang menagih janji lama. Satu periode cukup untuk membaca masalah, sekarang waktunya untuk bertindak. Mahasiswa menunggu perubahan yang konkret dan terukur,” ujar Hidayatul dalam pernyataan tertulisnya kepada media, Kamis (31/7).

Dalam evaluasinya, Hidayatul menilai masih banyak persoalan mendasar yang belum tuntas selama periode pertama kepemimpinan rektor. Ia menyoroti lambannya birokrasi kampus, minimnya transparansi, serta terbatasnya ruang partisipasi mahasiswa dalam pengambilan kebijakan penting.

“Kampus ini tidak boleh dikelola secara eksklusif. Mahasiswa berhak tahu arah kebijakan, bagaimana anggaran dikelola, dan mengapa keputusan besar kerap diambil tanpa melibatkan kami,” katanya.

Ia menilai dukungan terhadap organisasi mahasiswa masih lemah. Dari itu, ia menuntut agar suara mahasiswa lebih dihargai dan diberi ruang dalam pembangunan kampus yang lebih demokratis dan sehat secara akademik.

“Kami tidak minta diistimewakan, kami minta dilibatkan. Mahasiswa bukan penggembira acara seremonial, tapi bagian penting dari kehidupan kampus. Kalau itu tidak dipahami, maka tidak ada gunanya dua periode,” tegasnya.

Ia menekankan bahwa amanah dua periode harus dijawab dengan kerja nyata dan perubahan yang dapat dirasakan langsung oleh seluruh sivitas akademika, khususnya mahasiswa.

“Kepemimpinan dua periode bukan sekadar jabatan yang diperpanjang, tapi kepercayaan yang harus dijawab dengan tanggung jawab dan hasil. Jika hanya stagnan, maka mahasiswa tidak akan tinggal diam,” pungkasnya.

Hidayatul menyatakan bahwa mahasiswa siap menjadi mitra yang kritis dan konstruktif, namun hal itu hanya mungkin terjadi jika ada ruang yang setara dan terbuka bagi mereka untuk berkontribusi.