PolitikSumbarviral

Pilkada Pessel: Rusma Yul Anwar Dinilai Kalah karena Kinerjanya Tak Puaskan Masyarakat

×

Pilkada Pessel: Rusma Yul Anwar Dinilai Kalah karena Kinerjanya Tak Puaskan Masyarakat

Sebarkan artikel ini

Pesisir Selatan – Pengamat politik dari Universitas Andalas, Asrinaldi, menilai bahwa Rusma Yul Anwar kalah pada Pilkada Pesisir Selatan (Pessel) 2024 karena faktor kinerjanya sebagai bupati. Ia mengatakan bahwa mayoritas warga Pessel tidak puas terhadap kinerja Rusma dan menganggap bahwa prestasinya biasa-biasa saja.

“Masyarakat menilai dan membandingkan kinerja Rusma Yul Anwar sebagai bupati dengan kinerja Hendrajoni sebagai bupati,” ujar Asrinaldi pada wartawan, Rabu (4/12/2024).

Sebagai informasi, Rusma Yul Anwar merupakan bupati periode 2021-2024, sedangkan Hendrajoni merupakan bupati periode 2016-2021. Rusma mengalahkan Hendrajoni pada Pilkada Pessel 2020.

Guru besar ilmu politik Universitas Andalas itu menjelaskan bahwa prestasi yang biasa-biasa saja di mata masyarakat Pessel ialah prestasi pembangunan infrastruktur fisik. Ia melihat bahwa masyarakat merasakan kurangnya pembangunan infrastruktur ketika Rusma jadi bupati dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur sewaktu Hendrajoni menjadi bupati.

Menurut Asrinaldi, program pembangunan bagi masyarakat umum ialah pembangunan yang terlihat dan bermanfaat langsung bagi mereka. Ia mengatakan bahwa pembangunan yang mudah terlihat ialah pembangunan infrastruktur.

“Harapan masyarakat Pesisir Selatan kepada Rusma tidak terpenuhi ketika dia menjadi bupati. Akhirnya masyarakat kembali kepada Hendrajoni,” katanya.

Faktor lain yang berkontribusi terhadap kekalahan Rusma, menurut Asrinaldi, ialah tidak harmonisnya hubungan Rusma dengan wakilnya Rudi Hariyansyah. Asrinaldi berpandangan bahwa ketidakharmonisan tersebut menjadi penilaian masyarakat terhadap kepemimpinan Rusma, yang kemudian membuat masyarakat kecewa. Sebagai informasi, Rudi Hariyansyah mundur sebagai Wakil Bupati Pessel pada 2023 kemudian maju sebagai caleg DPR RI.

Asrinaldi menyimpulkan bahwa semua kekecewaan masyarakat Pessel terhadap Rusma bermuara pada keinginan akan pergantian bupati. Menurutnya, hal itu merupakan karakter perilaku memilih kelompok etnis Minangkabau, yang ingin selalu berubah dan menaruh harapan kepada yang baru.

Mengenai kinerja Rusma Yul Anwar menjadikan hampir 4.000 tenaga honorer sebagai pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK), Asrinaldi mengatakan bahwa masyarakat menilai PPPK adalah sebagai program pemerintah pusat. Ia menilai program PPPK tidak menarik minat masyarakat untuk dijual dalam kampanye.

“Di Padang, calon Wali Kota Hendri Septa juga mengampanyekan pengangkatan tenaga honorer menjadi PPPK, tetapi juga tidak menarik bagi masyarakat. Akibatnya, Hendri Septa juga kalah,” ucapnya lagi.

Asrinaldi juga menyebut bahwa Nasta Oktavian sebagai calon wakil bupati pendamping Rusma Yul Anwar tidak menarik minat masyarakat untuk memilihnya, meski Nasta diketahui sebagai kader Gerindra, partai Presiden Prabowo yang digadang-gadang membawa banyak pembangunan ke Pessel. Menurutnya, ketidaktertarikan masyarakat terhadap hal tersebut sebagai tanda bahwa masyarakat sudah mulai melek politik.

“Apa iya presidennya dari Gerindra akan memikirkan kadernya yang dari Gerindra saja? Presiden Prabowo adalah Presiden Republik Indonesia, yang tidak hanya memikirkan kepala daerah dari kader Gerindra. Jadi, isu ini sangat melekat dalam pikiran masyarakat. Buktinya, banyak kader Gerindra yang kalah dengan membawa nama Prabowo,” tuturnya.

Sebagai informasi, di Sumatera Barat ada sejumlah kader Gerindra yang kalah dalam Pilkada 2024 berdasarkan hitung cepat, antara lain, Nasta (Pessel), Mara Ondak (Pasaman), Deni Asra (Limapuluh Kota), Hidayat (Padang), Erman Safar (Bukittinggi), Heri Miheldi (Pasaman Barat).