Pengembangan Model Pembelajaran Koreografi Berbasis Kreatif Produktif di Sendratasik UNP

Mahasiswa

HAMSIDAR (Mahasiswa Program Doktor Pascasarjana Universitas Negeri Padang)

HAMSIDAR

Mahasiswa Program Doktor Pascasarjana Universitas Negeri Padang

Realitas yang tampak di kelas koreografi yang terjadi di Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa Seni Universitas Negeri Padang yakni input mahasiswa dari lulusan SMA dan MAN, dan sebagian kecil yang datang dari lulusan sekolah kejuruan seni seperti SMK (SMKI). Oleh sebab itu, dalam proses perkuliahan hal ini juga terkotak-kotak di dalam kelas, yaitu antara respon mahasiswa dari alumni SMK dengan mahasiswa alumni SMA. Secara realitas respon ini menjadi beban kerja bagi dosen di dalam mentransfer pengetahuan dan keterampilan koreografi.

Dengan demikian dosen harus menggunakan model pembelajaran yaitu model pembelajaran koreografi yang baru, untuk menggiring mahasiswa tersebut pada kreativitas dan produktivitas yang merata di dalam ketrampilan, sehingga tidak ada jurang prestasi dalam perkuliahan koreografi yang terlalu jauh antara mahasiswa infut dari alumni SMK dengan yang berasal dari SMA. Salah satunya dengan merubah dan mengembangkan strateginya melaui model pembelajaran koreografi yang baru. Karena koreografi tersebut adalah bukan saja membahas masalah ketrampilan tetapi juga masalah pengetahuan, yaitu memadukan antara ide, konsep, dan disain dengan managerial serta ketrampilan penguasaan gerak dan ruang serta ekspresi. Hal ini perlu dukungan dari model pembelajaran yang mampu merangsang kreativitas mahasiswa.

Sebagai mata kuliah wajib, koreografi memiliki peran yang penting di dalam kurikulum Program Studi Pendidikan Sendratasik dalam keahlian tari, sebab mata kuliah koreografi merupakan mata kuliah utama di dalam keahlian tari. Karena itu, setiap mahasiswa juga diharapkan mempunyai fisik yang kuat sebab sejumlah gerakan yang dibuat memerlukan tenaga. Soemar Yatmi (2010:59) menegasan bahwa mata kuliah koreografi membekali mahasiswa dengan sejumlah teknik serta tahap demi tahap dalam menghasilkan sebuah tari yang kreatif dan inovatif. Disamping itu, koreografi menuntut kemampuan keterampilan dari mahasiswa pada tingkat kreativitas dan tingkat gagasan serta rancangan. Semakin tinggi tingkat kreativitas, aktual gagasan, dan semakin berkualitas dan komplit rancangannya, maka karya koreografi mahasasiswa tersebut semakin berkualitas.

Hakikatnya mata kuliah koreografi tersebut adalah sebagaimana tercantum dalam silabus Prodi Pendidikan Sendratasik tahun 2019, yaitu agar mahasiswa memiliki kepekaan imajiner, dan memiliki rangsangan kreativitas di dalam menyusun gerak tari yang berdasarkan pada disain yang telah dirancang sebelumnya. Pada akhirnya karya tersebut memiliki nilai estetis dan artistik serta dapat dinikmati atau digunakan oleh penikmat.

Agar tujuan dari matakuliah koreografi dapat tercapai, maka perlu sebuah model pembelajaran yang membantu mahasiswa untuk mendapatkan hasil yang sangat baik dalam bidang akademik, dengan model pembelajaran juga dapat mengajarkan mahasiswa bagaimana belajar dengan cara yang tepat dan holistik, kreatif, inovati dan produktif. Pada hakikatnya model pembelajaran dalam menyampaiakan program materi perkuliahan sangat dibutuhkan, untuk mencapai tujuan perkuliahan koreografi.

Diperlukan suatu proses kreativitas yang didahului oleh rangsangan imajinasi di dalam melahirkan ide-ide baik tentang konsep garapan, tema, pola garap, dan ide tentang gerak dan bentuk pertunjukannya. Dengan demikian diperlukan seorang dosen yang mampu membangun rangsangan instuisif, imajinatif yang mampu menghasilkan daya kreatif di dalam melahirkan ide-ide tersebut. Untuk mensikronisasikan proses perkuliahan dengan kemampuan mahasiswa dalam melahirkan ide-ide tersebut, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan matakuliah koreografi, dengan sasaran capaiannya yaitu kreativitas dan inovasi tersebut.

Koreografi juga terus berkembang di sekolah menengah seni Indonesia (SMKI), artinya koregrafi bukan sja dipelajari di tingkat perguruan tinggi atau akademi, tetapi juga dipelajari di Sekolah Menengah Seni Indonesia. Sehingga pada decade tahun 1980-an pengetahuan koreografi terus mencapai puncaknya, sehingga lahir berbagai diskusi, seminar dan festival mengenai karya tari hasil produk koreografi dari dosen dan mahasiswa dari berbagai akademi seni dan sekolah menengah snei di Indonsesia, yang dikenal dengan Pekan Koreografi, yang diselenggarakan oleh LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta). Kegiatan ini boleh dikatakan dilaksanakan setiap tahun di Taman Ismail Marzuki Jakarta.

Koreografi adalah pengetahuan penyusunan tari dan berfungsi untuk menyebutkan hasil susunan tari dari seorang penata tari, sehingga dapat diketahui bentuk dan gaya tari yang diciptakan. Bentuk dan gaya tari tersebut mengikuti kreativitas dari masing-masing penata tari atau koreografer dalam menciptakan suatu karya seni tari (Jazuli,2008: 69). Koreografi merupakan suatu keterampilan tentang tari yang meliputi ragam gerakan dan pola lantai sebuah tarian (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1997). Koreografi adalah suatu proses penyeleksian dalam membentuk gerakan dan merencanakan gerak guna memenuhi tujuan tertentu dalam sebuah tarian (Hadi 2011:70). Suatu koreografi membutuhkan pengalaman yang yang kreatif untuk mendapatkan hasil koreografi sesuai dengan tujuan.

Menurut Indrayuda (2013) tari merupakan sebuah karya kreatif yang dilakukan oleh manusia, yang berangkat dari ide-ide. Dimana unsur utama dari tari adalah gerak tubuh manusia yang merencana dan memiliki tujuan tertentu, yang ditunjang oleh ekspresi sebagai ungkapan dari is karya tari tersbeut. Untuk melengkapi pertunjukan tari dimaksud maka unsur penunjang dari tarian tersebut adalah musik, kostum dan rias wajah.

Sebagaimana Susmiarti mengatakan (2011) bahwa pentaan tari atau penciptaan tari memerlukan ilmu dan pengetahuan koreografi. Dengan pengetahuan koreografi para seniman mampu menyusun tari mulai dari ide, pengembagan motif, sampai pada menyusun motif, dan merangkai motif sehingga terbentuk sebuah karya tari yang utuh, perlu dilakukan dengan penguasaan pengetahuan koreografi.

Tari menurut Indrayuda (2012) memiliki irama, yang dimaksud irama tersebut adalah irama atau ritme yang dilakukan penarai ketika menggerakan tubuhnya. Setiap tari memiliki irama, ada yang terstruktur seperti mengalir dan ada yang patah-patah atau stakato, dan waktu yang dibutuhkan dalam irama disebut tempo. Karya tari ini ditata dengan menggunakan sebuah pendekatan keilmuan, yang saat ini dikenal dengan koreografi.

Dengan demikian menurut Mansyur (2010) koreografi merupakan suatu pengetahuan yang mampu membantu seniman atau penata tari untuk merencanakan ide, disain, struktur, corak dan gaya garapan tari, serta bagaimana mencari sumber garapan, dan mengembangkannya dalam bentuk baru, merangkai atau menyusun bagian-per bagian gerak dalam satu frase sehingga terbentuk suatu tarian yang siap untuk disajikan.

Sebagaimana juga Mansyur (2010) mengatakan bahwa koreografi memproduk karya tari. Artinya karya tari diproduk dengan menggunakan ilmu dan pengetahuan koreografi. Oleh sebab itu, setiap penata tari atau calon penata tari harus terlebih dahulu memahami ilmu dan pengetahuan koreografi tersebut. Apalgi seorang mahasiswa di perguruan tinggi seni ataupun guru tari di sebuah lembaga, perlu dengan cermat memahami pengetahuan koreografi dengan baik. Tari merupakan salah  satu cara manusia dalam mengungkapkan ide sarrta gagasan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk gerak yang indah. (Sumaryono 2011:5-13).

Berdasarkan hasil pengembangan, Model Pembelajaran Koreografi berbasis Kreatif Produktif sudah teruji dari segi validitas, praktikalitas, dan efektivitas. Tingkat validitas Buku Model Pembelajaran Koreografi berbasis Kreatif Produktif yaitu 0,72 dan berkategori valid. Tingkat validitas Buku Dosen Pembelajaran Koreografi berbasis Kreatif Produktif 0,82 dan berkategori sangat valid. Tingkat validitas Buku Mahasiswa Pembelajaran Koreografi berbasis Kreatif Produktif yaitu 0,76 dan berkategori valid. Tingkat praktikalitas dari Buku Model, Buku Dosen dan Buku Mahasiswa Pembelajaran Koreografi berbasis Kreatif Produktif rerata k = 0,78 dan berkategori praktis.

Tingkat efektivitas Model Pembelajaran Koreografi berbasis Kreatif Produktif yang diperoleh dari hasil pembelajaran berkategori efektif dengan nilai 82,22. Hasil tersebut menujukkan tingkat konsistensi produk Pembelajaran Koreografi berbasis Kreatif Produktif berada pada kategori sangat efektif.  Setelah dilakukan uji t terhadap hasil pembelajaran diperoleh simpulan bahwa hasil belajar siswa pada Pembelajaran Koreografi berbasis Kreatif Produktif yang diajar dengan Model Pembelajaran Koreografi berbasis Kreatif Produktif lebih tinggi daripada hasil belajar siswa sebelum diberi Pembelajaran Koreografi berbasis Kreatif Produktif.

Berdasarkan pembahasan Pengembangan Model Pembelajaran Koreografi berbasis Kreatif Produktif, maka disarankan kepada dosen di Bidang Koreografi agar menggunakan model Pembelajaran Koreografi berbasis Kreatif Produktif sebagai alternatif dalam mengelola kegiatan Pembelajaran Koreografi berbasis Kreatif Produktif. 

Artikel ini ditulis berdasarkan disertasi untuk menamatkan Program Doktor Pascasarjana UNP, Hamsidar, dengan Promotor 1) Prof. Dr. Agusti Efi, dan 2)  Indrayuda, M.Pd., Ph.D.

 

Exit mobile version