Pendidikan Seks Untuk Anak Sekolah Dasar Melalui Permainan Kartu (Index Card Match)

Pendidikan

Dessy Syofiyanti, Program Doktor Ilmu Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Padang. IST

Dessy Syofiyanti, Program Doktor Ilmu Pendidikan

 Pascasarjana Universitas Negeri Padang

Di Indonesia maraknya kasus kekerasan dan pemerkosaan anak di bawah umur. Kekerasan seksual anak ini mulai mendapat perhatian Pemerintah pada masa Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, melalui Instruksi peraturan Presiden No. 5 tahun 2014, tentang gerakan nasional anti kekerasan terhadap anak dan juga pada tahun 2020 ditetapkannya PP Nomor 70 tahun 2020 yakni kasus kekerasan seksual terhadap anak tinggi, Presiden tetapkan PP Nomor 70 tahun 2020 tentang Kebiri Kimia (Kemen PPPA, 2021). Kekerasan seksual anak merupakan keterlibatan seorang anak pada segala aktivitas seksual yang terjadi sebelum anak mencapai batasan umur tertentu yang ditetapkan oleh hukum negara yang bersangkutan dimana orang dewasa atau anak lain yang usianya lebih tua atau orang yang dianggap memiliki pengetahuan memanfaatkannya untuk kesenangan seksualnya atau aktivitas seksual.

Adanya kejadian ini, membuat masa bahagia anak-anak yang penuh dengan imajinasi aktif, kreatif, menjadi mimpi buruk bagi anak karena perilaku bejat sebagian orang. Kasus pemerkosaan selalu menjadi sasaran objeknya adalah perempuan dan anak-anak, dengan alasan mereka dalam kategori “lemah”. Lemah yang dimaksud lemah dari segi fisik, tidak memiliki kemampuan menghindar, tidak mengetahui bahwa dirinya sedang mengalami bahaya, mudah mengambil perhatiannya, “bujukan” sehingga anak mudah terjerat menjadi korban pemerkosaan, lemah secara mental, mudah ditakut-takuti, mudah dibohongi. Kasus kekerasan seksual sangat memprihatinkan dan jelas merupakan tindakan pelanggaran hak anak, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya penyebabnya adalah ketidaktahuan anak akan adanya bahaya kekerasan seksual yang mengancam mereka. Pelaku sering menutupi perilakunya dengan manis dan seolah-olah itu merupakan bagian dari kasih sayangnya yang ditumpahkan kepada anak-anak.

Oleh karenanya penting sekali pemberian pendidikan seks kepada anak sejak dini, salah satunya di sekolah, yakni dengan memberikan informasi pengetahuan perkembangan serta fungsi organ reproduksi manusia serta bagaimana cara menjaga, memeliharanya, sehingga anak mampu memahami perkembangan diri mereka, mampu menjaga diri dan lebih pentingnya lagi anak mengetahui jika sedang dalam keadaan bahaya atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tujuan pendidikan seks adalah upaya untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual terhadap anak dan juga mencegah terjadinya perilaku seks menyimpang yang berdampak negatif pada anak ketika masa remaja, seperti kehamilan yang tidak diharapkan, penyakit menular seksual, depresi dan lainnya. Tentunya diharapkan setiap sekolah menerapkan pendidikan seks untuk anak sejak dini salah satunya pada tingkat Sekolah Dasar.

Pendidikan seks menyangkut dengan segala sesuatu tentang bagaimana merawat kebersihan dan menjaga kesehatan organ vital, memahami identitas peran jenis, perasaan terhadap lawan jenis, serta cara manusia menjalankan fungsinya sebagai makhluk seksual dan juga hubungan antar manusia tentunya memunculkan sudut pandang yang berbeda tentang seksualitas itu sendiri. Selain itu lingkungan juga berpengaruh dalam membentuk pilihan perilaku seks, dan dari segi keagamaan bahwa materi pendidikan seks harus sesuai dengan kultur agama sehingga tentunya materi pendidikan seks mengarahkan anak dalam pelaksanaan ibadah.

Seperti pada Agama Islam ketika anak mulai Baliq anak laki-laki harus sunat, ketika anak laki-laki mimpi basah anak diwajibkan mandi wajib dan ketika anak perempuan mengalami haid juga dijelaskan baik bagaimana tata cara membersihkan dan juga tata cara mandi wajib sesuai haid, pemisahan tidur bagi anak laki-laki dan perempuan dan juga mandi yang juga tidak boleh bercampur antara laki-laki dan perempuan sekalipun saudara kandung. Ada beberapa materi pendidikan seks untuk anak yang harus diperhatikan yakni pertama: Pentingnya pengenalan identitas, organ seksual dan aktivitas seksual secara berjenjang sesuai porsinya dengan tahap usia dan dengan cara yang ilmiah dan sesuai dengan perkembangan anak. Kedua: Pengenalan tentang norma-norma agama dan norma sosial sejak dini (misalnya konsep aurat, mana yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan) sesuai usia serta tahap perkembangan kognitif dan perkembangan moral anak. Ketiga: Perlunya mengenalkan hal-hal yang harus diwaspadai di lingkungan, katakan kepada anak bahwa dia harus berani bercerita ketika ada orang yang melakukan pelecehan.

Pemberian materi pendidikan seks untuk anak, salah satunya pada anak sekolah dasar tentunya harus dibarengi dengan media yang menarik dan menyenangkan. Sehingga kesan tabu pendidikan seks bagi sebagian orang bisa atasi, salah satunya dengan pendekatan index card match (permainan kartu). Pendekatan Index card match adalah suatu model pembelajaran dimana siswa aktif belajar serta bertujuan agar siswa mempunyai jiwa kemandirian, menumbuhkan daya kreatifitasnya. Index card match juga berhubungan dengan cara-cara untuk mengingatkan kembali apa yang telah siswa pelajari dan menguji pengetahuan serta kemampuan mereka terkait materi yang diberikan oleh guru sebelumnya, dengan cara mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau topik materi dengan suasana yang menyenangkan. metode ini merupakan pemecahan masalah dan juga mampu meningkatkan aktivitas belajar maupun hasil belajar siswa.

Melalui penelitian yang telah dilakukan serta didukung pendapat dari para ahli, model pendidikan seks untuk anak layak digunakan untuk meningkatkan pemahaman anak sekolah dasar dalam memahami materi pendidikan seks untuk anak. Hal ini dibuktikan oleh pengamatan yang penulis lakukan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran pendidikan seks. Melalui pengamatan yang dilakukan diperoleh informasi bahwa model pendidikan seks dapat membuat siswa memahami materi pendidikan seks untuk anak, meningkatkanya pemahaman belajar dengan media yang menarik yakni index card match. Selanjutnya, model pendidikan seks untuk anak dengan pendekatan index card match yang dinyatakan valid oleh para ahli yang menjadi penilai dari model tersebut. Hasil akhir yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks untuk anak dengan pendekatan index card match efektif untuk digunakan.

Pendidikan seks untuk anak dengan pendekatan index card match memuat materi yang terdiri; dimensi biologis yang memuat bagian: aku dan tubuhku, pengenalan ciri dan fungsi anggota tubuh. Dimensi psikologis yang memuat bagian: aku dan masa pubertas, aku pintar kelola emosiku, aku terampil bersihkan dan rawat tubuhku dan index card match. Dimensi sosiologis memuat materi; aku dan keluargaku, aku dan teman bermainku, aku dan orang sekitar jaga diri jaga sentuhan, ingat TKP (Tubuhmu, Keluarga, Pribadi yang sehat). Model ini sudah diterapkan pada anak kelas 5 sekolah dasar disalah satu sekolah negeri yang ada di Indragiri Hulu, dan dapat disimpulkan bahwa model pendidikan seks untuk anak dengan pendekatan index card match di sekolah dasar, valid, praktis serta efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang materi pendidikan seks serta meningkatnya aktivitas belajar dengan media yang menarik (index card match)

Artikel ini ditulis berdasarkan Disertasi untuk penyelesaian S3 penulis pada Program studi Ilmu Pendidikan Pascasarjana, Universitas Negeri Padang, dengan Tim Promotor: (1) Prof. Dr. Mudjiran M.S., Kons., (2) Prof. Dr. Mega Iswari Biran Asnah, M.Pd. (3) Dr. Jasrial, M.Pd.

 

 

 

Exit mobile version