Pendidikan Kesehatan Dalam Peningkatan Perilaku Sehat Lanjut Usia

Mahasiswa

Melza Mutia. IST

LAPORAN : Melza Mutia

Mahasiswa Program Doktor Pascasarjana UNP

Lanjut Usia menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Problematika yang harus dihadapi orang-orang yang telah lanjut usia sangat khas. Mereka mengalami penurunan kondisi fisik dan juga masalah psikologis. Pada usia lanjut, seseorang tidak hanya harus menjaga kesehatan fisik tetapi juga menjaga agar kondisi mentalnya dapat menghadapi perubahan-perubahan yang mereka alami.

Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang. Proses menua (ageing process) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang dideritanya (Constantinides dalam Nugroho, 2002). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit.

Sehat di hari tua menurut Saemah (2008) diukur dari lima dimensi yaitu dimensi fisik, mental, sosial, rohani keagamaan dan emosi. Sedangkan bahagia dihari tua adalah bila orang lanjut usia dapat hidup sehat, aktif, produktif, sampai akhir hayatnya (SIB,2008). Sementara menurut Linda dan Richard Eyre (1996) bahagia dihari tua adalah semua anggota keluarga tidak mengalami stres, berbagi cerita untuk mengisi waktu, terdapat rasa aman, dan terjalin komunikasi yang terbuka dalam keluarga. Kemudian Depkes RI, (2005), mengemukakan bahwa usia lanjut menginginkan keadaan panjang umur, menghemat tenaga, tetap berperan sosial, mempertahankan hak dan hartanya, tetap berwibawa, meninggal secara terhormat, mati masuk  surga.

.Pendidikan kesehatan pada lanjut usia adalah salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan perilaku sehat pada lanjut usia. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyampaikan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang akan kesehatan dan menjaga kesehatan serta membuat seseorang mendapatkan informasi tentang pilihan dalam menjaga kesehatan, (Renityas, Sari, dan Wibisono; 2014).

Ciri-ciri Lanjut Usia, Kulit keriput dan kering karena kelenjar keringat dan kelenjar lemak sudah berkurang fungsinya. Gangguan penglihatan karena terjadinya proses kemunduran dari indera penglihatan. Gangguan pendengaran karena terjadinya proses kemunduran dari indera pendengaran.

Perubahan komposisi tubuh karena berkurangnya lemak dan cairan dalam tubuh.

Gangguan saluran cerna karena jumlah gigi berangsur-angsur berkurang, produksi cairan ludah berkurang sehingga mulut terasa kering, gangguan pada indera pengecap. Menurunnya daya ingat sehingga seringkali terjadi usia lanjut lupa meletakan barang atau nama tempat atau nama orang. Menurunnya fungsi hati sehingga harus hati-hati untuk pemberian obat.

Menurunnya fungsi ginjal mengakibatkan berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengeluarkan zat-zat berbahaya bagi tubuh. Perubahan pada sistem aliran darah, terjadi kekakuan pada pembuluh darah sehingga akan mengganggu aliran darah dan dapat menyebabkan meningkatnya aliran darah. Perubahan pada sistem pernapasan yang menyebabkan usia lanjut rentan terhadap infeksi saluran nafas.

Menurunnya sistem hormonal yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan fisik yaitu kerapuhan tulang. Gangguan pada jaringan otot dan rangka, menyebabkan terjadinya penyakit rematik, penyakit otot yang akan mempengaruhi aktivitas usia lanjut.

Ketakutan-ketakutan yang dialami oleh usia lanjut adalah sebagai berikut, ketergantungan fisik dan ekonomi, sakit-sakit yang kronis, misalnya; Arthritis 44%, Hipertensi 39%, Berkurangnya pendengaran atau tuli 28%,  Penyakit jantung 27%, kesepian, dan kebosanan yang disebabkan rasa tidak diperlukan.

Menurut Nestle Health Science (2020), Secara alamiah, tubuh akan mengalami penuaan yang ditandai dengan terjadinya perubahan bentuk fisik dan fungsi tubuh yang mulai menurun. Seiring dengan bertambahnya usia, timbul juga beberapa masalah yang dihadapi oleh lanjut usia antara lain.

Kekurangan Nutrisi, Adalah masalah yang paling sering dialami saat lanjut usia. Hal ini disebabkan karena gigi sudah tidak bekerja secara optimal sehingga proses mengunyah makanan pun tidak sempurna. Faktor lainnya juga bisa disebabkan karena penurunan fungsi kecap dan penciuman yang mengakibatkan nafsu makan turut menurun. Faktor lain seperti tinggal sendirian tanpa keluarga yang menemani juga bisa berpengaruh pada asupan nutrisi lansia. Masalah kekurangan nutrisi pada lansia dapat dibantu dengan memberikan supplementasi nutrisi yang dapat membantu melengkapi kebutuhan nutrisi hariannya. Anda bisa memberikan asupan susu kalsium, protein whey, dan kandungan bergizi lainnya untuk memudahkan konsumsi.

Penyakit Penyerta, Semakin bertambah usia maka seseorang akan mengalami penyakit penyerta, yaitu penyakit metabolic karena penurunan fungsi tubuh seperti hipertensi dan diabetes mellitus atau sebagai komplikasi dari penyakit lain yang diderita. Lansia juga rentan terkena osteoporosis, maka penting bagi mereka untuk rutin  mengkonsumsi susu kalsium.

Kemampuan Berpikir Menurun, Saat usia bertambah, kemampuan kognitif atau berpikir seseorang seringkali menurun, bahkan tidak sedikit lansia yang mengalami demensia.

Permasalahan Psikis Kehilangan pasangan hidup, teman-teman yang mulai berkurang dan anak-anak yang sudah tidak tinggal serumah adalah beberapa faktor yang mempengaruhi psikis para lansia. Selain itu beberapa lansia juga mengalami post power syndrome atau kondisi dimana seseorang kehilangan posisi atau jabatan tertentu sehingga membuat ia merasa tidak dihargai atau dihormati yang kadang menjadi pemicu masalah psikisnya. Kemudian munculnya penyakit yang membatasi gerak pun bisa jadi salah satu faktor pemicu frustasi karena lansia sudah tidak bisa seaktif dulu.

Dianggap tidak mandiri, Kerapkali dianggap tidak mandiri adalah permasalahan umum yang dialami lansia karena keluarga atau orang terdekat akan memperlakukan mereka seperti halnya anak kecil. Hal ini secara tidak langsung dapat membuat lansia kehilangan kepercayaan dirinya.

Dimensi Kesehatan Lanjut Usia, fisik. Aspek fisik adalah menyangkut biologik orang lanjut usia, menurut Depkes RI, (2005), aspek biologik dalam gerontologi mencakup perubahan anatomi dalam sel, jaringan dan organ-organ serta fisiologi yang berhubungan dengan perubahan-perubahan tersebut. Perubahan fisik secara makro adalah sebagai berikut; mengecilnya mandibula,  menipisnya discus intervertebralis, erosi facies articularis sendi-sendi, osteoporosis, atrofi otot-otot, emphysema pulmonalis, presbiopi, presbo acoustic, dementia senilis, keriput pada kulit, rambut menjadi putih, gigi geligi secara bertahap copot.

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia seringkali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti; gangguan jantung, gangguan metabolisme, misal diabetes mellitus, vaginitis, baru selesai operasi: misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer, serta  faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain; rasa takut atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia, sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya, kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya, pasangan hidup telah meninggal.

Mental. Aspek mental atau psikologis menurut Depkes RI, (2005), bahwa pada umumnya setiap usia lanjut menginginkan keadaan panjang umur, menghemat tenaga, tetap berperan sosial, mempertahankan hak dan hartanya, tetap berwibawa, meninggal secara terhormat, mati masuk surga. Permasalahan lanjut usia dari sisi aspek mental psikologis adalah tidak sesuai dengan keinginan-keinginan tersebut diatas, dirasakan sebagai beban mental yang cukup besar.

Sosial. Perubahan aspek psikososial pada lanjut usia menurut Zainuddin Sri Kuntjoro, (2002), adalah ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (kognitif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan cukup setuju terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek – rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar. Disinilah pentingnya adanya Panti Werdha sebagai tempat untuk pemeliharaan dan perawatan bagi lansia di samping sebagai long stay rehabilitation yang tetap memelihara kehidupan bermasyarakat. Disisi lain perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup dan kehidupan dalam lingkungan sosial Panti Werdha adalah lebih baik daripada hidup sendirian dalam masyarakat sebagai seorang lansia.

Rohani Keagamaan. Menurut Hurlock (1996) terdapat beberapa pengaruh umum dari perubahan keagamaan selama usia lanjut yaitu : Toleransi Keagamaan; Dengan meningkatnya usia, seseorang tidak sulit mengikuti dogma-dogma agama dan melakukan kunjungan ke tempat ibadah, keyakinan Keagamaan; Perubahan keyakinan keagamaan selama usia lanjut umumnya dalam pengarahan menerima keyakinan tradisional dikaitkan dengan kepercayaan seseorang.

Ibadat keagamaan; Menurunnya kehadiran dan partisipasi dalam kegiatan keagamaan terutama ke rumah ibadah pada usia lanjut karena tidak ada minat adalah lebih sedikit daripada faktor lain seperti kesehatan yang memburuk, tidak ada transportasi, malu tidak mempunyai pakaian, tidak mampu menyumabang, perasaan tidak dibutuhkan oleh organisasi.

Emosi. Menurut Depkes RI, (2005), Gangguan emosi pada lanjut usia adalah sebagai berikut; depresi, hilang minat, rasa tak berguna, rasa bersalah, sulit konsentrasi, dimensi (lupa), mudah tersinggung, cerewet, cengeng, mudah menangis, infantil.

Perilaku sehat (healthy behavior). Perilaku sehat adalah perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dengan cara antara lain: Makan dengan menu seimbang (appropriate diet), menu seimbang adalah pola makan sehari-hari yang memenuhi nutrisi (karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin) untuk kebutuhan tubuh baik kuantitas maupun kualitasnya.

Kegiatan fisik secara teratur dan cukup. Kegiatan fisik tidak selalu olahraga, bagi seseorang yang pekerjaannya memang sudah memenuhi gerakan-gerakan fisik secara rutin dan teratur, sudah dapat dikategorikan berolahraga. Bagi seseorang yang pekerjaannya tidak melakukan kegiatan fisik seperti manajer, administrator, sekretaris, dan sebagainya memerlukan olahraga secara teratur minimal 3 kali seminggu.

Tidak merokok dan minuman keras serta menggunakan narkoba. Merokok adalah kebiasaan yang tidak sehat, namun di Indonesia jumlah perokok cenderung meningkat, hampir 50% pria dewasa di Indonesia perokok begitu juga perempuan dewasa. Rokok dapat menyebabkan penyakit jantung, darah tinggi, kanker paru, impotensi, dan gangguan pada janin. Sedangkan peminum minuman keras dan penggunaan narkoba cenderung meningkat. Minuman keras berbahaya terhadap hati, lambung, dan jantung dan menimbulkan gangguan pada otak, sedangkan narkoba juga sangat mempengaruhi perkembangan anak remaja, apalagi menggunakan jarum suntik bergantian akan berpotensi menularkan HIV/AIDS.

Istirahat yang cukup. Istirahat yang cukup bukan saja berguna untuk memelihara kesehatan fisik, tetapi juga untuk kesehatan mental. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, memacu orang untuk meningkatkan kehidupan, baik di bidang sosial dan ekonomi yang akhirnya mendorong orang bersangkutan untuk bekerja keras, tanpa menghiraukan beban fisik dan mentalnya. Istirahat yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kesehatannya. Menurut Abubakar Alatas (2010) istirahat yang cukup dalam 24 jam yaitu: untuk orang tua 3 – 4 jam perhari, dewasa    4 – 6 jam perhari,  anak-anak 6 – 8 jam perhari, bayi 8 – 10 jam per hari.

Pengendalian manajemen stress. Stress adalah bagian dari kehidupan setiap orang, tanpa pandang bulu. Semua orang terlepas dari dari tingkat sosial, ekonomi, jabatan atau kedudukan dan sebagiannya mengalami stres. Stres tidak dapat dihindari oleh siapa saja, namun dapat yang dapat dilakukan adalah mengatasi, mengendalikan atau mengelola stres, sehingga tidak mengakibatkan gangguan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental.

Perilaku atau gaya hidup positif. Inti dari perilaku adalah tindakan atau perilaku seseorang, agar dapat terhindar dari berbagai macam penyakit dan masalah kesehatan, termasuk perilaku untuk meningkatkan kesehatan.

Respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat, sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (penyakit) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan merupakan perilaku kesehatan. Poin ini terkait dengan 1) Karakteristik lansia dalam menerapkan perilaku sehat dalam dirinya, 2) Kemajuan dan kualitas suatu pendidikan layanan kesehatan, 3) Kepedulian seseorang terhadap kualitas peningkatan perilaku sehat lansia

Karakteristik lansia dalam menerapkan perilaku sehat dalam dirinya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan masyarakat adalah melalui kegiatan promosi kesehatan dalam bentuk pendidikan kesehatan. Menurut Kemenkes RI (2011) promosi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari oleh dan untuk masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung dengan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan agar dapat meningkatkan perilaku sehat lanjut usia. Pemberian informasi kesehatan selain dapat meningkatkan pengetahuan hasil yang diharapkan adalah perubahan perilaku. Menurut Haber (2010) pendidikan kesehatan yang diberikan dapat menjadi titik awal untuk perubahan perilaku hidup sehat tidak terkecuali pada lansia.

Pendidikan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyampaikan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan. Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah metode penyuluhan individu, penyuluhan kelompok dan penyuluhan secara massa. Tujuan dari penyuluhan yaitu tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat; menurut WHO (2011) untuk merubah perilaku perseorangan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.

Menurut Notoatmodjo, (2005;46), Perilaku Kesehatan merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat, sakit, penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (penyakit) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan.  Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang diamati (observable) maupun yang tidak diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pada lanjut usia dengan usia 60 tahun keatas merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari dimana umur manusia sebagai mahkluk hidup terbatas oleh suatu aturan alam. Resiko yang dapat muncul dalam masa penurunan yang sangat erat hubungannya dengan proses menua antara lain gangguan sirkulasi seperti hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pada persendian seperti osteoporosis (Nugroho, 2008). Sehat di hari tua menurut (Saemah, 2008) diukur dari lima dimensi yaitu dimensi fisik, mental, sosial, rohani keagamaan dan emosi. Sedangkan bahagia dihari tua adalah bila orang lanjut usia dapat hidup sehat, aktif, produktif, sampai akhir hayatnya (SIB, 2008). Sementara menurut (Linda dan Richard Eyre, 1996) bahagia dihari tua adalah semua anggota keluarga tidak mengalami stres, berbagi cerita untuk mengisi waktu, terdapat rasa aman, dan terjalin komunikasi yang terbuka dalam keluarga. Kemudian (Depkes RI, 2005), mengemukakan bahwa usia lanjut menginginkan keadaan panjang umur, menghemat tenaga, tetap berperan sosial, mempertahankan hak dan hartanya, tetap berwibawa, meninggal secara terhormat, mati masuk  surga.

Kemajuan dan kualitas suatu pendidikan layanan kesehatan. Konsekuensi dengan bertambahnya jumlah populasi lansia, maka dibutuhkanperhatian serius dari semua pihak karena jumlah tersebut bisa menjadi beban bagi negara apabila kondisi lansia tidak produktif, tidak mandiri dan dalam kondisi sakit. Beberapa kondisi yang sering dijumpai pada lansia adalah mal nutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak dan lain lain (Kemenkes, 2015). Lansia juga rentan menderita beberapa penyakit tidak menular, beberapa faktor risiko penyakit tidak menular seperti merokok, tidak mengkonsumsi buah dan sayuran, mengkonsumsi alkohol serta malas melakukan aktifitasfisik (olahraga). Lima masalah kesehatan yang dialami lansia adalah hipertensi, athritis, strok, prenyakit paru obstruksi kronik (PPOK) dan diabetes mellitus

Pemeliharan kesehatan lansia menurut Undang-Undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan diarahkan untuk menjaga agar lansia tetap sehat dan produktif baik secara sosial maupun ekonomi. Upaya pemeliharaan kesehatan lansia tersebut bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia. Untuk mencapai tujuan pemelihatan tersebut maka keterlibatan lintas sektoral sangat dibutuhkan baik dari kementerian kesehatan, kementerian sosial dan pemerintah daerah. Kementrian kesehatan RI, mengeluarkan kebijakan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang ramah bagi lansia, meningkatkan upaya rujukan di rumah sakit bagi lansia.

Kepedulian seseorang terhadap kualitas peningkatan perilaku sehat lansia

Sebenarnya, gaya hidup sehat antara orang berusia lanjut dengan kelompok usia lainnya tidak berbeda jauh. Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu perhatian mengingat kondisi fisik lansia yang tidak sekuat dan sesehat saat masih muda. Cukup dengan mengikuti pola-pola sehat seperti berikut ini. Tidur yang cukup

tidur adalah waktu bagi tubuh untuk beristirahat sehingga memungkinkan sel, jaringan, dan organ bekerja lebih baik keesokkan harinya. Nah, menjaga kualitas tidur masuk dalam daftar pola hidup sehat yang perlu lansia terapkan. Pada orang yang berusia 61-64 tahun, durasi tidur malam lansia sekitar 7-9 jam per hari. Kemudian, pada orang yang berusia 65 tahun ke atas, durasi tidur mereka berubah menjadi 7-8 jam per hari, seperti dilansir dari laman CDC. Hindari minum kafein (misalnya kopi dan teh) di sore atau malam hari. Mandi air hangat sebelum tidur agar tubuh lebih rileks. Bila cara-cara tersebut tidak mempan, kemungkinan punya lansia mengalami gangguan tidur, konsultasikan ke dokter.

 Pola makan yang sehat. Mengatur pola makan sehat untuk lansia juga termasuk dalam pola hidup sehat untuk segala usia. Pilihlah makanan yang bergizi untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan terhindar dari penyakit. Tingkatkan asupan sayur dan buah-buahan, makanan sumber protein, vitamin B12, asam folat, zinc, dan kalsium. Ganti asupan lemak jenuh dengan jenis lemak sehat, seperti lemak tak jenuh dari alpukat, minyak zaitun, minyak kanola, dan kacang-kacangan.

Kurangi juga kebiasaan makan yang buruk, seperti kurangi konsumsi makanan manis, makanan padat energi, dan minuman ringan. Makanan dan minuman tersebut hanya akan menambah asupan kalori tanpa memberi banyak nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh lansia. Kebiasaan buruk lainnya, seperti merokok dan minum minuman beralkohol juga harus dihindari. Lansia dengan hipertensi juga perlu mengurangi makanan yang tinggi garam karena jenis makanan ini bisa meningkatkan tekanan darah.

Perbanyak minum air putih. Seiring bertambahnya usia, akan semakin mudah untuk tidak merasa haus, sehingga orang lanjut usia cenderung lebih berisiko untuk mengalami dehidrasi. Karena itu, memperbanyak konsumsi air termasuk dalam penerapan pola hidup yang sehat untuk lansia agar cairan tubuh tetap seimbang. Minum air putih juga penting agar asupan oksigen dalam darah, yang kemudian dialirkan ke otak, tetap terjaga. Dengan begitu, konsentrasi dan fungsi kognitif otak pun akan tetap terjaga selama  berkegiatan. Meski minum air putih itu penting, lansia hindari minum air terlalu banyak. Apalagi jika ia punya masalah ginjal atau penyakit jantung. Jika  punya dua kondisi ini, pastikan pada dokter seberapa banyak air yang perlu  minum per harinya.

Olahraga. Jangan salah, olahraga untuk lansia adalah bagian yang penting dalam pola hidup sehat. Olahraga dapat meningkat sistem kekebalan tubuh, proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh semakin baik, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, obesitas, dan berbagai kemungkinan penyakit lainnya yang umum dimiliki oleh lansia. Olahraga untuk lansia juga dapat membantu untuk menjaga kebugaran, memperkuat otot, sendi, dan tendon, serta menurunkan risiko terkena cedera. Beberapa contoh jenis olahraga yang aman adalah jalan kaki di pagi hari, yoga untuk lansia dan bersepeda untuk lansia. Jika  sudah lama tidak melakukan olahraga dan ingin memulai melakukannya kembali maka lakukan dengan pelan-pelan dan bertahap.  bisa secara bertahap membangun daya tahan otot, kekuatan otot, keseimbangan, lalu kelenturan tubuh.

Namun, bila  memang punya kondisi kesehatan tertentu seperti rematik atau osteoarthritis, sebaiknya konsultasikan dengan dokter  olahraga seperti apa yang dianjurkan dan aman.

Menjaga berat badan ideal. Berat badan berkaitan erat dengan pola makan dan aktivitas fisik. Untuk itu  perlu memerhatikan kedua hal tersebut. Lansia tidak harus menurunkan berat badannya, namun sebaiknya lebih fokus untuk mengendalikan berat badan pada lansia agar tidak terus bertambah. Jadi, kunci untuk menjaga berat badan tetap dalam angka yang sehat, lansia perlu menjalani pola makan yang sehat dan melakukan aktivitas untuk lansia yang membuat tubuhnya bergerak. Jangan biarkan lansia menghabiskan harinya dengan duduk atau berbaring saja. Bantu lansia sehat dan bahagia dengan melakukan berbagai aktivitas yang menyenangkan.

Promotor

1) Prof. Dr. Firman, M.S, Kons.  dan 2) Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram 

Penguji

  1. Prof. Dr. Mudjiran , M.Pd,  2) Prof. Dr. Mega Iswari, M.Pd,

3) Prof. Dr. dr. Eriyati Darwin, Sp. PA. (K) (Penguji Luar)

hantaran.co

Exit mobile version