Penanaman Budaya Literasi Dimulai dari Keluarga

minat baca sumbar rendah

Ilustrasi pustaka

PADANG, hantaran.co—Penanaman budaya literasi pada generasi muda tak terlepas dari peran vital keluarga. Orang tua dinilai punya pengaruh penting dalam menumbuhkan dan menciptakan generasi literat.

Hal ini disampaikan penulis dan pegiat literasi Sumatra Barat, Muhammad Subhan. Menurutnya, meningkatkan minat baca merupakan
hal yang sangat penting, karena anak yang disiapkan sejak dini sebagai generasi literat akan mampu menghadapi kondisi paling sulit di masa depan.

Minat baca itu harus tumbuh di lingkungan keluarga, dan orang tua literat, menurutnya, akan melahirkan generasi literat.

“Peningkatan minat baca bukan hanya dilihat dari aktivitas membaca saja, melainkan juga dari penyediaan akses bahan bacaan. Kantong-kantong literasi perlu terus dihidupkan dan didampingi. Buku-buku fisik dan digital perlu terus ditambah, dan kegiatan-kegiatannya perlu terus disiarkan,” ucapnya, Jumat (28/5).

Ia menilai, kondisi Sumbar saat ini tidak jauh berbeda dari daerah-daerah lainnya. Ketika teknologi merembes masuk hingga ke bilik-bilik paling privat, maka ketika itu buku semakin jauh dari jangkauan. Hal ini yang ini yang sekarang menjadi kendala terbesar dalam menumbuhkan minat baca, terutama pada generasi muda.

“Biar bagaimanapun, buku cetak tidak selalu menjadi indikator orang membaca. Sebab teknologi telah memberi kemudahan bahan bacaan alternatif melalui perpustakaan-perpustakaan digital yang dapat diunduh melalui aplikasi-apliaksi penyedia jasa. Tapi apakah itu benar-benar berjalan atau tidak, di situ permasalahannya,” ujar Sabhan.

Ia menyebut, hal ini membutuhkan penelitian lebih lanjut, untuk melihat bacaan apa yang dibaca masyarakat terutama generasi muda di media-media digital. Atau bahkan justru tidak membaca sama sekali lantaran terlalu asyik bermedia sosial.
Lebih jauh, ia menuturkan, ketika pandemi Covid-19 melanda Sumbar, kantong-kantong literasi nyaris mati, terutama perpustakaan masyarakat maupun perpustakaan pemerintah. Begitu juga sekolah dan kampus yang belum maksimal melakukan proses belajar mengajar.

Ia menyebut kondisi pandemi ikut memperparah kondisi minat baca masyarakat, sehingga kegiatan-kegiatan literasi ikut terimbas.
Di samping itu, akses ke bahan bacaan juga masih menjadi kendala yang perlu diatasi. “Buku harus terus diperbanyak, termasuk alih medianya. Buku harus didekatkan kepada masyarakat, bahkan hingga ke pelosok. Akses pada bahan bacaan harus mudah dijangkau,” tuturnya.

Selain itu, ia menilai Gerakan Literasi Nasional harus terus dimasifkan, dan tidak hanya sekadar slogan. Anggaran untuk gerakan itu perlu ditingkatkan, terutama dalam menambah ketersediaan bahan bacaan serta kegiatan-kegiatan pendukung peningkatan minat baca.

Sementara itu, Ketua DPW Rumah Produktif Indonesia Sumbar dan Ketua Bidang Pelatihan dan Penulisan Satu Birokrat Satu Buku (Sabisabu), Maghdalena mengatakan, dari hasil penelitian, minat baca masyarakat menurun drastis akibat pandemi.

“Pandemi membuat proses belajar siswa berubah menjadi pembelajaran jarak jauh. Hal ini membuat banyak generasi muda Sumbar terutama yang masih usia sekolah mau tidak mau harus berinteraksi dengan gawai,” ujarnya.

Saat pembelajaran masih bersifat luar jaringan (luring), siswa dihadapkan pada keharusan untuk membaca buku. Mereka “dipaksa” untuk memiliki buku pegangan di tangan sebagai panduan pelajaran.

Ketika metode pembelajaran berubah menjadi dalam jaringan (daring), bahan pembelajaran yang pada awalnya berupa buku fisik, beralih beralih menjadi soft file yang bisa dibaca via ponsel. Menurut Maghdalena hal ini berdampak besar pada minat baca anak.

“Sulit untuk betah membaca bahan pembelajaran yang berupa file-file di gawai. Sedang berupa buku saja para siswa ogah-ogahan, apalagi ketika materi pelajaran hanya berupa file yang bisa jadi tidak menarik dan menjemukan,” tuturnya.

Alhasil, ucapnya, ada begitu banyak siswa yang selama proses belajar menonton film atau untuk bermain game online. Mereka beralasan belajar, namun pada kenyataannya malah bermain game online.

“Hal ini sangat mungkin luput dari perhatian orang tua. Mereka menyangka anaknya belajar, padahal sibuk bermain. Tak sedikit juga yang terpeleset dan malah membuka situs porno yang pada akhirnya membuat mereka kecanduan,” ujarnya.

Untuk itu, ucapnya, minat baca pada anak harus kembali ditumbuhkan. Menurutnya, ada beberapa hal yang dapat diterapkan oleh orang tua untuk dapat meningkatkan minat baca pada anak.

Pertama, membuat perpustakaan di rumah. Orang tua bisa menyediakan ruangan atau rak khusus di rumah untuk meletakkan buku-buku bermanfaat dan menarik. Kedua, membuat jadwal membaca bersama. Orang tua perlu proaktif untuk membuat jadwal membaca bersama dengan anggota keluarga, lalu mendampingi mereka saat membaca. “Satu atau dua jam saja sehari cukuplah. Upayakan rutin setiap hari, atau kalah tidak bisa setiap hari, minimal tiga kali dalam sepekan,” katanya.

Ketiga, memberikan reward atau imbalan bagi anak-anak yang berhasil menuntaskan bacaannya. Imbalan tersebut dinilai bisa menumbuhkan semangat baca anak untuk menjadi lebih berkobar lagi.

Di samping orang tua, menurutnya, peran pemerintah juga tak kalah pentingnnya. Pemerintah seyogyanya tidak tinggal diam. Ada begitu banyak upaya yang bisa dilakukan. Misalnya, dengan menggalakkan taman baca hingga ke perangkat desa, mengadakan perlombaan bidang literasi, mengadakan perlombaan story telling, dan lain sebagainya.

Terakhir, ia berharap semoga minat baca generasi muda bangsa ini semakin meningkat dari hari ke hari. Bagaimanapun, membaca adalah salah satu aktivitas yang berguna untuk membentuk jiwa yang peka, otak yang cerdas, dan jiwa kepemimpinan yang mumpuni.

“Membaca adalah salah satu aktivitas yang melibatkan banyak organ manusia. Ketika kita membaca, miliaran sel otak kita bekerja dengan tujuan mengolah setiap informasi yang ditangkap oleh mata. Ia mengirimkan informasi ke hati untuk mencerna kandungan dan inti tulisan yang sedang dibaca,” ujarnya.

(Yesi/Hantaran.co)

Exit mobile version