PDI Perjuangan Sumbar Bantah Abaikan Kelompok Islam

Legislator

Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPRD Sumbar, Albert Hendra Lukman. IST


PADANG, hantaran.co — PDI Perjuangan Sumbar membantah persepsi masyarakat yang menilai partai berlogo banteng itu mengabaikan kelompok Islam. Sebelumnya Spektrum Politika merilis hasil survei terkait persepsi masyarakat Sumbar terhadap PDI Perjuangan, di dalam survei itu terdapat sebanyak 44,1 persen masyarakat menganggap PDI Perjuangan mengabaikan kelompok Islam.

Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPRD Sumbar, Albert Hendra Lukman, mengatakan, survei Spektrum Politika tentang persepsi masyarakat Sumbar terhadap PDI Perjuangan usai Pemilu 2019 lalu akan dijadikan partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu sebagai penunjuk arah untuk memperbaiki tata kelola komunikasi internal partai di Sumbar.

“Survei itu kami anggap merupakan sebuah kompas atau penunjuk arah bagi kami. Itu adalah kajian ilmiah yang perlu dihargai, namun juga tidak bisa sepenuhnya dianggap benar. Hasil survei ini tentu akan kita pelajari dan cara-cara pendekatan ke masyarakat dari PDI Perjuangan di Sumbar akan kita evaluasi dan perbaiki,” kata Albert kepada Haluan, Senin (12/10/2020).

Albert menyebutkan, terdapat kekeliruan persepsi masyarakat Sumbar terhadap PDI Perjuangan. Masyarakat memandang PDI Perjuangan mengabaikan kelompok Islam, karena PDI Perjuangan selama ini fokus menjaga pluralitas dan kemajemukan masyarakat.

“Hasil survei yang mengatakan kami mengabaikan kelompok Islam itu tidak benar. PDI Perjuangan merupakan partai yang berideologi nasionalis, dan bertugas menjaga kemajemukan dan pluralisme di tengah-tengah masyarakat. Banyak partai lain yang berideologi yang sama dengan PDI Perjuangan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Sumbar,” kata Albert lagi.

Oleh karena itu, Albert menilai persepsi demikian bukan disebabkan ideologi kepartaian. Hal itu dianggap Albert karena kurangnya komunikasi tokoh-tokoh PDI Perjuangan di tingkat kabupaten dan kota.

“Kami akan menempatkan orang-orang yang bisa membangun komunikasi dengan baik di tengah masyarakat. Bukan tidak berkomunikasi sama sekali, mungkin kami belum menemukan formula komunikasi yang tepat di tengah masyarakat,” ungkapnya lagi.

Selain itu, Albert mengatakan, ketidaksukaan masyarakat Sumbar terhadap elite-elite PDI Perjuangan di pusat mungkin disebabkan dari cara komunikasi tokoh PDI Perjuangan yang kerap berbicara di televisi tidak cocok dengan kebudayaan masyarakat Sumbar yang mayoritas bersuku Minangkabau.

“Ketidaksukaan masyarakat Sumbar terhadap cara komunikasi elite PDI Perjuangan karena sering blak-blakan dan bicara apa adanya di televisi, akan kami jadikan sebuah evaluasi untuk perbaikan ke depan,” katanya menutup.

Sebelumnya, Spektrum Politika merilis hasil survei tentang persepsi masyarakat Sumbar terhadap PDI Perjuangan. Direktur Data dan Survei Spektrum Politika, Andri Rusta, kepada Haluan mengatakan, survei tersebut bertujuan menjawab pertanyaan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, tentang kenapa hingga kini masyarakat Sumbar belum menaruh kepercayaan kepada PDI Perjuangan.

“Keluhan Ketua Umum PDI Perjuangan ini patut dicermati. Walaupun faktanya, pencapaian PDI Perjuangan sebagai partai politik di Sumbar juga tidak buruk-buruk amat. Ini dapat dilihat dari hasil Pemilu Legislatif 2019 yang lalu, PDI Perjuangan malah dapat memenangkan posisi sebagai Ketua DPRD di 2 Kabupaten, yaitu Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Kepulauan Mentawai,” kata Andri, Sabtu (10/10/2020).

Andri menyebut, survei itu dilakukan pada tanggal 10-15 September 2020 dengan mengumpulkan data di 19 Kabupaten dan Kota di Sumbar. Riset ini mewawancarai sebanyak 1220 orang responden yang menjadi sampel yang diambil secara bertingkat (multistage random sampling) di seluruh kabupaten dan kota tersebut.

“Sampel diacak secara proporsional dengan memperhatikan jumlah penduduk dan karakteristik penduduk yang ada di kabupaten dan kota. Adapun margin of error dari sampel yang diambil tersebut adalah sebesar 2,9 persen. Untuk menjaga kualitas survei ini, maka quality control juga dilakukan dengan cara menelpon ulang responden untuk mengkonfirmasi jawaban mereka sebelumnya. Quality control survei ini dilakukan terhadap 60 persen dari total sampel yang diwawancarai oleh enumerator sebelumnya,” sebut Andri lagi. 

Andri menyebutkan lemahnya komunikasi politik elite PDI Perjuangan kepada masyarakat Sumbar menjadi dasar penyebab masyarakat Sumbar tidak menaruh kepercayaan kepada PDI Perjuangan. Terdapat sebanyak 62,3 persen masyarakat Sumbar merasakan tidak adanya tokoh PDI Perjuangan yang mau mendekatkan diri atau mendatangi mereka untuk sekadar bertegur sapa atau berdiskusi.

“Selanjutnya ada 62 persen masyarakat Sumbar yang mengatakan mereka tidak pernah tahu dan tidak mengenal tokoh-tokoh PDI Perjuangan di daerah mereka. Lalu, ada 60,3 persen masyarakat Sumbar menganggap aktifitas politik PDI Perjuangan tidak sesuai dengan keyakinan politik masyarakat Sumbar,” sebut Andri lagi.

Sementara itu, 58,1 persen masyarakat Sumbar menilai elite PDI Perjuangan di tingkat pusat memiliki sifat arogan dan juga dominasi PDI Perjuangan di pemerintahan Joko Widodo saat ini juga menghilangkan simpati masyarakat.  “Masyarakat Sumbar juga menilai PDI Perjuangan sangat menghargai pluralisme, namun di sisi lain dianggap mengabaikan Islam. Memang PDI Perjuangan dikenal sebagai partai yang mengusung jargon nasionalisme dalam keberagaman. Namun, jargon ini memunculkan persepsi dari masyarakat Sumbar bahwa akibat memberi ruang pada pluralisme ini, PDI Perjuangan justru mengabaikan Islam sebagai keyakinan masyarakat Sumbar yang mayoritas beragama Islam. Sebanyak 44,1 persen masyarakat mempunyai persepsi seperti ini,” kara Andri menutup. (*)

Riga/hantaran.co.

Exit mobile version