kesehatan

Paslon yang Kalah Pilkada, Psikolog: Jangan Berlarut Bisa Depresi

×

Paslon yang Kalah Pilkada, Psikolog: Jangan Berlarut Bisa Depresi

Sebarkan artikel ini
psikolog
Ilustrasi depresi

PADANG, Hantaran.co – Proses pemungutan suara pada Pilkada selesai digelar, Rabu (9/12). Hasil quick count dan real count juga sudah mulai keluar, sehingga sudah bisa dipastikan sejumlah calon kepala daerah (Cakada) ada yang gagal.

Menanggapi hal itu, Psikolog Klinis Septi Mayang Sarry mengatakan, beberapa upaya dapat dilakukan agar hasil Pilkada tersebut tidak berpengaruh kepada Psikologis Cakada yang tidak terpilih.

“Perasaan kecewa merupakan hal yang wajar jika apa yang kami harapkan tidak terwujud. Akan adanya penyangkalan diawal dan mempertanyakan kenyataan yang terjadi. Kondisi ini akan bisa menimbulkan stres tersendiri karena tekanan yang dirasakan berat dan seperti tidak adanya solusi,” ucap Mayang kepada Hantaran.co, di Padang,Kamis (10/12).

Bahkan lebih jauh, dikatakannya kondisi itu bisa menimbulkan depresi jika bayang-bayang kemenangan sebelumnya dianggap sudah sangat dekat.

Namun, Mayang menegaskan kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.

“Jika dibiarkan lama tentu dampaknya akan semakin parah terhadap kondisi kesehatan psikis dan mental,” kata dia.

Hal yang perlu dilakukan setelah merasa sedih, kecewa, marah atau beberapa emosi lainnya adalah berusaha menerima apa yang memang terjadi merupakan suatu kenyataan, mau tidak mau kekalahan harus dihadapi.

“Disamping itu tetap berserah diri meyakini apa yang terjadi adalah takdir yang terbaik,” jelas akademisi di Universitas Andalas ini.

Dengan adanya penerimaan, Mayang menyebut diharapkan kondisi emosi akan lebih stabil untuk kemudian mulai memikirkan tindakan apa yang bisa dilakukan.

Kerugian materi dan lainnya yang dialami Cakada disebutkan Mayang seharusnya sudah diibaratkan resiko dalam sebuah pertandingan. Hal itu agar tidak adalagi perasaan kecewa berlarut-larut.

Selain itu, pada helat pilkada ini ia juga mengimbau agar Paslon, partai pengusung dan pendukung agar tidak saling menghujat.

“Yang perlu dilakukan pertama kali adalah penerimaan, bagaimana bisa menerima hasil dan menyadari bahwa memang kenyataannya begitu. Namun, jika menyakini adanya hal kecurangan maka akan lebih baik untuk menyalurkan aspirasi kepada cara yang tepat. Dampak pertikaian/saling hujat perlu dipikirkan lagi, karena akan sangat merugikan kedepannya,” tuturnya.

(Yesi/Hantaran.co)