Kesehatan masyarakat Sumbar memang banyak yang mengidap darah tinggi yang memicu kardiovaskuler, sehingga saat terinfeksi virus, akan berpotensi mengalami risiko bergejala berat. Faktor penyakit bawaan atau komorbid juga sangat mempengaruhi gejala yang dialami pasien terpapar Covid-19
Muhammad Riendra
Anggota Tim Penanganan Covid-19 RSUP Dr M Djamil
PADANG, hantaran.co – Jumlah pasien positif Covid-19 bergejala berat di Sumbar terus meningkat seiring mulai penuhnya sarana rawatan di sejumlah rumah sakit. Belum lagi, keterbatasan peralatan dan sumber daya manusia (SDM) Kesehatan untuk penanganan pasien membuat tantangan yang dihadapi Sumbar di tengah pandemi kian berat.
Anggota Tim Covid-19 RSUP Dr M Djamil, dr. Muhammad Riendra membenarkan, bahwa jumlah pasien Covid-19 yang menderita gejala berat mengalami peningkatan dalam beberapa waktu terakhir. Ia menduga, hal tersebut disebabkan oleh mutasi virus varian delta Covid-19 yang sudah menyebar di Sumbar.
“Varian delta tingkat keparahannya lebih tinggi dari varian sebelumnya, sehingga pasien yang membutuhkan rawatan intensif juga jadi meningkat. Selain itu, komorbid pada pasien juga menjadi salah satu pemicu banyaknya pasien yang mengalami gejala sedang hingga berat,” kata Riendra kepada Haluan, Rabu (28/7/2021).
Ia menuturkan, kondisi kesehatan masyarakat Sumbar memang cukup banyak yang mengidap darah tinggi yang memicu kardiovaskuler, sehingga menyebabkan saat terinfeksi oleh virus akan berpotensi mengalami risiko bergejala berat. Menurutnya, faktor penyakit bawaan atau komorbid sangat mempengaruhi gejala yang akan dialami pasien terpapar Covid-19.
Riendra menambahkan, meningkatnya pasien Covid-19 dengan gejala berat juga terlihat dari jumlah pasien di RSUP Dr M Djamil yang membutuhkan perawatan intensif sejak awal Juli tahun ini. Sehingga, pihak rumah sakit pun harus mengalihfungsikan beberapa ruang rawatan pasien biasa untuk menampung pasien Covid-19.
“Ketersediaan ruang untuk pasien Covid-19 lebih banyak dari ruang pasien biasa. Kebijakan ini berdampak pada berkurangnya porsi untuk pasien biasa. Sebab, RSUP ini memang rumah sakit rujukan terakhir dan satu-satunya di Sumatra Bagian Tengah,” katanya.
Meskipun manajemen rumah sakit sudah menambah kapasitas ruang rawatan bagi pasien Covid-19, dr. Riendra mengatakan bukan berarti RSUP bisa terus bertahan menerima lonjakan pasien. Sebab, jika situasi penularan masih tinggi dan tidak berubah, tentu RSUP akan kewalahan dalam menangani pasien.
Ia pun mendorong, agar pemerintah daerah terus berupaya mengantisipasi kondisi rumah sakit yang telah kewalahan menghadapi tambahan kasus Covid-19, tentunya dengan segera memutus mata rantai penularan virus corona. Sehingga, kemungkinan terburuk dari pandemi tidak terjadi di Sumbar.
Selain itu, Riendra juga menyoroti banyaknya masyarakat yang termakan disinformasi soal Covid-19 dan membandingkan kondisi Indonesia dengan negara-negara lain yang sudah aman dari penyebaran Covid-19. Seperti di Brunei Darusalam, yang sejak awal sudah melakukan lockdown dan menutup pintu masuk bagi warga negara asing.
“Jadi, yang dituntut saat ini adalah kesadaran. Jika kesadaran masih belum tumbuh, harapan terakhir adalah ketegasan pemerintah. Jika tidak, peningkatan kasus tidak akan terbendung,” ucapnya menutup.
Jeritan RS Terancam Lumpuh
Sementara itu, sejumlah rumah sakit rujukan pasien Covid-19 di Sumbar sudah penuh dan tidak dapat lagi menerima pasien untuk sementara waktu, seperti Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi yang melaporkan bahwa saat ini 55 tempat tidur yang tersedia sudah terisi oleh pasien dengan gejala sedang hingga berat.
“RSAM sudah full, baru ada tempat lagi jika ada pasien yang sembuh atau meninggal. Saat ini kesulitan untuk menambah kapasitas karena kekurangan tenaga medis, ditambah lagi beberapa tenaga medis kami juga tengah terinfeksi Covid-19,” kata Wakil Ketua Penanganan Covid-19 RSAM, dr. Deddy Herman kepada Haluan, Selasa (27/7/2021).
Rumah sakit rujukan, kata Deddy, memang dikhususkan untuk menangani pasien dengan gejala sedang hingga berat sesuai dengan instuksi pemerintah. Namun, RSAM lebih banyak menangani pasien bergejala berat.
“Kami tidak bisa menambah kapasitas sesuai dengan instruksi pemerintah, karena keterbatasan tenaga medis. Penambahan kasus yang terjadi belakangan ini kami duga karena penyebaran varian delta yang sudah terjadi. Hal ini terlihat dari banyaknya kami temukan kasus positif yang terinfeksi itu berasal dari satu keluarga,” katanya.
Penuhnya sarana rawatan juga dilaporkan oleh Semen Padang Hospital (SPH), yang menyebutkan dari 70 tempat tidur yang disediakan untuk penanganan Covid-19, saat ini sudah terisi oleh pasien sedang hingga berat. Selain itu, SPH mulai membuat waiting list atau daftar tunggu bagi pasien.
“Kami tengah mempersiapkan sarana prasana untuk menambah ruang rawatan. Ada 25 tempat tidur tambahan pada tahap pertama dan rencananya minggu ini sudah bisa digunakan pasien. Jadi, nanti di lantai 4 dan 5 SPH akan ada 95 tempat tidur,” kata Direktur SPH dr. Selfi Farisha kepada Haluan.
Selain itu, SPH akan melakukan penambahan tempat tidur di tenda darurat. Menurut Risha, tenda darurat akan mampu menampun 35 pasien. Dalam instruksi pemerintah, RS yang berada di wilayah Level IV diminta menambah 40 persen kapasitas, sementara SPH sudah menambah 70 persen kapasitas.
“Dengan penambahan ruang rawatan, SPH membutuhkan tambahan tenaga. Sebab SDM internal SPH sudah sangat kelelahan menangani pasien. Kami membutuhkan tambahan dokter, perawat, asisten apoteker, dan analis,” katanya lagi.
Di samping itu, Menurut Risha, penambahan kasus di Sumbar juga belum menunjukkan penurunan, termasuk di Kota Padang yang menjadi penyumbang kasus paling banyak. Akibatnya, RS di Kota Padang sangat merasakan dampak lonjakan pasien yang membutuhkan rawatan atau bergejala sedang hingga berat.
Risha juga menilai, salah satu indikator yang menyababkan bertambahnya pasien yang membutuhkan rawatan disebabkan oleh varian delta. Meski hingga saat ini belum ada hasil dari pemeriksaan di laboratorium, tetapi jika melihat dari gejala dan sebarannya, maka sudah terdapat tanda-tanda yang kuat.
“Kami di RS berjuang menyelamatkan pasien. Sementara itu masyarakat juga harus berjuang memutus rantai penyebaran dengan menaati prokes. Kondisi di Kota Padang sudah tidak terkendali, karena pasien yang harus ditangani di RS sudah meluap,” katanya.
Gubernur : Libatkan Psikolog
Sementara itu saat meninjau penanganan pasien Covid-19 di RSUD Pariaman, Gubernur Sumbar Mahyeldi meminta agar Rumah Sakit di daerah ikut menyiapkan tenaga psikolog untuk membantu menyemangati pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi, agar imunnya bisa meningkat dan bisa pulih lebih cepat.
“Selain perawatan dan pengobatan dari tenaga kesehatan, juga diperlukan tenaga psikolog agar semangat pasien ini bisa tumbuh dan pulih lebih cepat,” kata Mahyeldi, Rabu (28/7/2021).
Gubernur menilai, rumah sakit perlu membuat sebuah jadwal sebagai pedoman perawatan pasien Covid-19. Dalam jadwal itu kemudian dimasukkan kegiatan yang memungkinkan bagi seorang pasien seperti, olahraga ringan, berjemur, dan sesi meningkatkan semangat bersama psikolog. “Jangan biarkan pasien ini banyak tidur. Beri kegiatan agar semangat terbangun dan imun meningkat,” ujarnya lagi. (*)
Riga/hantaran.co