Pariwisata Sumbar Bisa Bangkit dari Mati Suri usai Kunjungan Menteri Sandiaga Uno

Wisata

SIGI POTENSI WISATA—Menteri Parekraf Sandiaga Salahuddin Uno memandang lanskap Kota Bukittinggi dari atas Jam Gadang, Kamis (22/4). Dalam kunjungan kerjanya ke Sumbar, Sandi menjanjikan beberapa komitmen pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif. IST/KEMENPAREKRAF

PADANG, hantaran.co — Memasuki hari ketiga kunjungan kerjanya di Sumbar, Manteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Salahuddin Uno berkunjung ke beberapa destinasi andalan seperti kawasan wisata bahari terpadu (KWBT) Mandeh, Pesisir Selatan. Praktisi wisata menangkap rangkaian kunjungan itu sebagai momentum membangunkan pariwisata Sumbar yang “mati suri” karena pandemi.

Saat berada di KWBT Mandeh, Sandi berkomitmen mendukung percepatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bukik Ameh sebagai pendukung KWBT. Sebelumnya, dalam kunjungannya ke Payakumbuh, Tanah Datar, Bukittinggi, Kota Pariaman, dan beberapa daerah lainnya, Sandi juga menegaskan komitmen memacu percepatan pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif di Sumbar.

“KEK Mandeh sejalan dengan komitmen pemerintah pusat dalam meningkatkan arus investasi ke tanah air. Sebab, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif digadang-gadang sebagai tonggak utama perekonomian nasional di tengah pandemi. Saya minta Pak Dirjen bergerak cepat mewujudkan KEK Bukik Ameh ini,” ucap Sandi.

Menyikapi kunjungan Menteri Sandi, Praktisi wisata Sumbar Ian Hanafiah menilai, kedatangan tersebut adalah hal yang patut disyukuri di tengah lesu dan mati surinya sektor pariwisata di Sumbar. Ian meyakini, kedatangan menteri juga bertujuan untuk memastikan destinasi wisata berpotensi di Sumbar dapat segera dikembangkan dan dipromosikan.

“Kedatangan beliau tentu berdampak bagi brand image wisata Sumbar di mata nasional. Saya kira ini momentum untuk menata kembali. Terlebih, semangat baru para kepala daerah baru. Mulai dari gubernur, bupati, dan wali kota. Beberapa bahkan telah menyiapkan destinasi unggulan masing-masing, dan gubernur juga menyiapkan satu destinasi unggulan bertaraf internasional,” kata Ian, Jumat (23/4).

Ada pun untuk merealisasikan rencana kepala daerah yang baru di sektor pariwisata, kata mantan Ketua Asita Sumbar itu lagi, dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya yang paling penting ialah dukungan pemerintah pusat dari segi anggaran, promosi, dan lain-lain.

“Sebab kita semua harus paham, saat pandemi yang sudah lebih dari setahun ini, sektor pariwisata Sumbar mati suri. Ada sesekali pariwisata kita diramaikan oleh wisatawan dari daerah tetangga, tapi itu belum cukup. Dalam keadaan normal, wisatawan yang ke Sumbar itu umumnya pelancong dari Jawa dan Malaysia,” katanya lagi.

Menurut Ian, saat ini adalah momentum bagi daerah dan pelaku pariwisata untuk berbenah. Sehingga, setelah Covid-19 melandai, pariwisata Sumbar bisa langsung ‘tancap gas’. Namun jika harus menunggu keadaan kondusif untuk berbenah, maka gerakan pembangunan tentu akan lambat. Sebab, daerah lain di Indonesia juga telah mulai bergerak, seperti Jogja, Jawa Timur, dan Bali.

“Secara umum, kami sebagai pelaku optimis saat Covid-19 melandai nanti, pariwisata Sumbar akan bergeliat kembali. Sebab, sebagian besar sektor pariwisata kita adalah outdoor atau di alam terbuka. Hanya ada dua theme park atau waterboom yaitu di Padang Panjang dan Sawahlunto, yang jadi konsumsi wisatawan dalam daerah. Sementara pelancong dari Jawa dan Malaysia lebih menyukai keindahan alam Sumbar, dan penerapan prokes di wisata alam tentu lebih mudah,” katanya.

Selain itu, Ian berharap agar fasilitas-fasilitas pendukung kenyamanan wisatawan dapat segera diperbaiki, seperti pengelolaan sampah dan pengadaan toilet yang bersih dan representatif. Sebab selama ini, sektor pariwisata Sumbar selalu bermasalah dengan dua hal tersebut.

“Untuk itu ke depan, mari bersama kita hilangkan image itu. Saat ini atau mulai dari sekarang, pemerintah maupun pengelola wisata harus memperbaiki dan membangun toilet yang nyaman serta pengelolaan sampahnya juga diperbaiki,” ujarnya lagi.

Di Sumbar, kata Ian, beberapa destinasi wisata sebetulnya telah memiliki pengelolaan sampah dan standar kebersihan yang cukup baik. Namun, kendalanya sebagian wisatawan memang belum memiliki kesadaran dalam menjaga kebersihan, sehingga masih banyak yang membuang sampah sembarangan.

“Jadi, kesadaran pengunjung juga amat penting. Jika masalah keramahan kepada pendatang saya pikir tidak ada masalah. Jadi, nanti jika Covid-19 melandai, maka kita harus me-reset dari nol. Kita buang segala image negatif, mulai dari pelayanan, kejujuran, kebersihan, dan kenyamanan,” katanya menutup.

Sumbar Menjanjikan

Sebelumnya, Pengamat Pariwisata dari Universitas Andalas Sari Lenggogeni juga mengaku optimis atas masa depan pariwisata Sumbar. Sebab, Sumbar memiliki dua potensi yang sangat menjanjikan, yaitu potensi budaya dan kuliner. Sehingga, meski tidak masuk dalam daftar destinasi super prioritas (DSP) nasional, Lenggogeni menilai hal itu tak perlu dikhawatirkan.

“Meski belum masuk dalam program pengembangan pariwisata prioritas, Sumbar sebetulnya sudah mendapatkan dua porsi dalam program Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk Kepulauan Mentawai dan Kawasan Mandeh,” kata Lenggogeni kepada Haluan.

Ia menilai, dua komponen paling kuat dan menjanjikan di Sumbar adalah potensi budaya dan kuliner. Terbukti, kedatangan chef internasional Gordon Ramsey beberapa waktu lalu ke Sumbar adalah hal yang patut disyukuri, sebab dengan sendirinya Sumbar mendapatkan promosi gratis untuk dikenal lebih luas di mata dunia.

“Tidak perlu khawatir (tak masuk prioritas). Mentawai bisa dikembangakan karena banyak peselancarmancanegara yang mengagumi ombak di sana. Selain itu, Tour de Singkarak (TdS) juga masuk dalam program Kemenparekraf. Kita juga masih bisa berharap dapat dana untuk pengembangan wisata dari Dana Alokasi Khusus (DAK),” katanya lagi. (*)

Riga/hantaran.co

Exit mobile version