Dr. Aldomi Putra, S.Th.I, M.A
Pertanyaan : Assalammu’alaikum, Ustaz. Apakah sudah cukup meniatkan puasa Ramadan hanya di dalam hati?
Dari Taufik Ikram di Padang
Jawaban : Niat menurut bahasa adalah al-qashdu wa al-Iradah (sengaja dan keinginan). Sedangkan menurut istilah adalah qashd al-Syai’ Muqtarinan bifi’li (menyengaja sesuatu bersamaan dengan pekerjaannya). (Syaikh al-‘Alim al-Fâdhil Sâlim Ibn Samîr al-Hadramî, Matn Safînah al-Najâh hal 19.)
Niat dalam Islam memiliki kedudukan yang sangat penting, berdasarkan hadis Rasulullah SAW dari Umar bin Khataba r.a; Segala amalan berdasarkan pada niat, dan setiap orang akan memperoleh apa yang diniatkannya. (H.R. Imam Bukhari, Shahih al-Bukhârî, Stuttgart: Jam’iyyah al-Makniz al-Islâmî, 2018, juz I, hal.2.)
Imam Nawawi dalam kitab Majmu’ menegaskan, bahwa tempat niat adalah hati, dan tidak disyaratkan mengucapkan secara lisan. Namun demikian tidak cukup niat di hati, akan tetapi disunnahkan melafaskan dengan lisan berserta hati. (Imam Nawawi, al-Majmu’, Riyadh, Dârul ‘Âlamil Kutub, juz 6, hal.248).
Niat puasa diucapkan atau di niatkan sebelum fajar setiap hari di bulan Ramadan, berdasarkan hadis Rasulullah SAW; Dari ibn Umar dari Hafshah dari Rasulullah SAW, ia bersabda orang yang tidak berniat puasa pada malam hari sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya. (H.R. Al-Dârimî, Musnad Al-Dârimî, hadis nomor 1751)
Wallahu ‘Alam
Rubrik tanya jawab hadir setiap Senin hingga Sabtu selama Ramadan 1442 Hijriah/2021 Masehi. Diasuh oleh Ustaz Dr. Aldomi Putra, S.Th.I, M.A, Dosen STAI Yastis Padang, Wakil Sekretaris PD Tarbiyah-Perti Sumbar, Alumnus MTI Canduang, IAIN Imam Bonjol Padang, dan Pascasarjana S3 Institut PTIQ Jakarta. (*)
hantaran.co