Model Bimbingan Kelompok Dengan Sinema Konseling Dalam Meningkatkan Pemahaman Mahasiswa Tentang Dampak Homoseksual

UNP

Hidayani Syam, Program Pascasarjana (PPs) Ilmu Pendidikan, UNP. IST

Hidayani Syam

Program Pascasarjana (PPs)

Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS NEGERI PADANG  2021

 

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِۦٓ أَتَأْتُونَ ٱلْفَٰحِشَةَ مَا سَبَقَكُم بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِّنَ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya:” Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?”

Munculnya fenomena penyimpangan prilaku seksual seperti homoseksual di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya, hal ini terindikasi juga akan berdampak di lingkungan perguruan tinggi di Sumatera Barat. Sebagai langkah preventif yang dilakukan oleh konselor terhadap permasalahan homoseksual belum memberikan kontribusi yang besar. Proses layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan menggunakan model bimbingan  kelompok belum memberikan kesan perubahan pemahaman terhadap dampak homoseksual, untuk itu diperlukan pengembangan suatu intervensi baru dalam bidang bimbingan dan konseling khususnya bimbingan kelompok mengingat pelayanan konseling yangi dilakukan oleh konselor terdapat keterbatasan dan kelemahan yang telah ada sebelumnya, sehingga upaya pencegahan dan pengentasan permasalahan homoseksual belum optimal penanganannya.

Berbagai permasalahan yang timbul di masyarakat seperti adanya pembunuhan yang dilakukan oleh waria terhadap pasangannya, publik figur yang melakukan sodomi hingga kasus guru yang melakukan pelecehan terhadap siswanya, didapatkan informasi bahwa dalam pelaksanaan konseling yang dilakukan oleh konselor dengan model bimbingan kelompok, sebagian besar klien merasa kurangnya media seperti sarana dan prasarana penunjang yang dapat menjadi rujukan dalam mengentaskan masalah anggota kelompok. Selain itu pelaksanaan dalam model bimbingan kelompok biasa tidak menampilkan contoh permasalahan yang dekat dengan lingkungan klien dan berasal dari kondisi permasalahan real saat ini. Inovasi dalam bimbingan kelompok adalah hal yang harus dilakukan  oleh seorang konselor seperti memanfaatkan media yang telah ada.

Media yang banyak berkembang pesat seiring berkembangnya teknologi telah menemukan media yang efektif untuk dimanfaatkan. Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, konselor dapat melakukan banyak sekali inovasi dengan menggunakan beberapa metode dan pendekatan. Salah satu pendekatan yang saat ini dikaji adalah sinema konseling. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan pengembangan model bimbingan kelompok dengan sinema konseling (BKp-SK). Integrasi sinema dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok bertujuan untuk menampilkan role model terhadap dampak prilaku homoseksual terhadap klien. Penampilan role model memberikan contoh yang real kepada mahasiswa, sehingga klien menjadi paham dan sadar terhadap dampak-dampak buruk dari prilaku homoseksual. Model bimbingan kelompok dengan sinema konseling (BKp-SK) ini menayangkan sinema atau film-film yang terkait dengan berbagai efek yang ditimbulkan dari perilaku homoseksual. Pengembangan model BKp-SK didasarkan pada dua teori yaitu teori model bimbingan kelompok, dan teori model cinematherapy.

Dari hasil penelitian, didapatkan karakteristik model BKp-SK yang direpresentasikan pada enam komponen model yang terdiri dari 1) sintak (Preparation, Exploration, Implementation, Processing the Experience, dan Closing), 2) sistem sosial (klien berkolaborasi untuk memahami permasalahan pada tema/topik layanan konseling; konselor memiliki peran sebagai eksplorator, fasilitator, reflektor dan pembimbing serta klien berperan aktif untuk mencari alternatif solusi dalam memahami secara mendalam tentang tema layanan konseling), 3) prinsip reaksi (konselor mengeksplorasi dan merespons terhadap masalah dan kebutuhan klien; konselor merefleksi perasaan klien tentang permasalahan yang dihadapi klien serta konselor mendampingi klien untuk menemukan beberapa alternatif solusi dari masalah), 4) sistem pendukung (buku konselor berbasis model BKp-SK; buku klien berbasis model BKp-SK; instrumen penilaian dampak instuksional), 5) dampak intruksional (pemahaman klien terhadap prilaku dan dampak homoseksual), dan 6) dampak pengiring (pemahaman norma kesusilaan dalam hubungan di lingkungan masyarakat).

Bimbingan kelompok dengan sinema konseling yang dikembangkan ini memiliki nilai novelty yang sesuai dengan kondisi permasalahan pada saat ini, adaptasi kebiasaan baru juga mampu: memanfaatkan film/sinema yang menarik dan menyenangkan dalam bimbingan kelompok, mengikuti kaidah-kaidah sinema serta dapat ditampilkan pada saat bimbingan kelompok dengan mengikuti sintaks. Konselor harus berkompeten dalam memfaatkan dan menggunakan  teknologi, selanjutnya konselor dapat mengunggah sinema  tersebut kepada klien yang mengikuti bimbingan kelompok.

Manfaat sinema ini dapat di lihat berulang-ulang dan dipraktikkan sebagai latihan mempermahir keterampilan dalam praktikum mandiri. Selain itu kebaharuan dari bimbingan kelompok dengan media sinema konseling ini adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai media dalam membantu klien menambah wawasan dan mengentaskan masalahnya. Maka bimbingan kelompok dengan media film dapat menjadi inovasi bagi konselor dalam melakukan layanan. BKp-Sk ini juga merupakan sarana yang efektif untuk mengkomunikasikan materi karena melibatkan banyak indera akan lebih mudah teringat, tentu saja dapat membantu proses bimbingan kelompok itu sendiri. Sinema yang sanggup mendobrak pertahanan rasionalitas dan langsung bicara ke dalam hati sanubari klien secara meyakinkan.

 

Keunggulan BKp-SK ini yang merupakan inovasi dalam meningkatkan kompetensi konselor yang dapat digunakan secara formal di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi karena model ini berbasis sinema konseling. BKp-SK adalah salah satu media yang efektif untuk dijadikan sebagai perantara penyampaian materi khususnya meningkatkan pemahaman klien tentang dampak homoseksual. Dalam menonton sinema, tidak hanya ditampilkan pesan dari alur cerita dan tokohnya saja, ada juga unsur budaya, dan mengandung unsur norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Pada saat proses menonton film ini, banyak sekali pengalaman yang bisa di lihat dan diambil menjadi pengalaman pribadi dari klien.

 

Artikel ini ditulis berdasarkan hasil penelitian disertasi untuk menyelesaikan pendidikan S-3 pada Prodi Ilmu Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang, dengan tim promotor Prof. Dr. Neviyarni S., M.S., Kons. dan Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M. Pd. dengan tim penguji Prof. Dr. Daharnis, M.Pd., Kons., Prof. Dr. Jamaris, M.Pd., dan penguji eksternal dari UPI Bandung Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf,  LN., M. Pd. (*)

Exit mobile version