Minat Baca Masyarakat Sumbar Masih Rendah

minat baca sumbar rendah

Ilustrasi pustaka

PADANG, hantaran.co—Berdasarkan kajian data Perpustakaan Nasional tahun 2020, Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) masih sangat rendah, yakni hanya 9,8 persen. Nilai ini membuat Sumbar berada pada peringkat ke-24 dari 34 provinsi di seluruh Indonesia. Berangkat dari hal ini, jelas budaya literasi masih harus lebih ditanamkan pada masyarakat Sumbar, terutama generasi muda.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sumbar, Wardarusmen mengatakan, penilaian Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat dilihat dari jumlah perpustakaan, buku, sarana, dan prasarana. Termasuk juga dukungan kebijakan anggaran, kebijakan daerah, serta keterlibatan masyarakat.

Ia mengatakan, untuk menunjang pembangunan literasi, Sumbar masih perlu penguatan perpustakaan yang saat ini masih tergolong lemah. Hal ini tentunya tidak bisa lepas dari dukungan kebijakan anggaran yang menurutnya perlu diperkuat dan lebih difokuskan.

“Bagaimanapun, Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat dilihat dari kualitas dan kuantitas perpustakaan serta jumlah buku yang dimiliki. Sehingga, penguatan perpustakaan menjadi amat penting,” katanya saat ditemui Haluan di kantornya, Jumat (28/5).

Di sisi lain, berbeda dengan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat, Tingkat Gemar Membaca (TGM) masyarakat Sumbar justru mencatatkan nilai yang agak lebih baik. Pada 2020, Sumbar tercatat mampu masuk Kategori Sedang dengan nilai 51 persen, dan berada pada peringkat ke-9 dari 34 provinsi di Indonesia.

“TGM dinilai dari jumlah orang membaca per hari dan jumlah buku yang dibaca per hari. Dengan kata lain, untuk TGM, Sumbar lumayan bagus,” ucapnya.

Kendati demikian, ia mengakui bahwa minat baca masyarakat Sumbar secara umum masih tergolong rendah. Untuk itu, berbagai upaya dalam membangun minat baca terus dikembangkan.

Ia menyebutkan, pemerintah provinsi bersama pemerintah kabupaten/kota dalam hal ini telah dan akan terus melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan minat baca masyarakat dari berbagai kalangan. Untuk remaja dan anak-anak misalnya, telah ada layanan Sahabat Pustaka dan perpustakaan keliling.

Di samping itu, juga dilakukan road show ke sekolah-sekolah dengan memperkenalkan perpustakaan dan berbagai jenis buku kepada siswa. Beberapa di antaranya juga ikut melibatkan komunitas-komunitas pegiat literasi.

“Sejak awal, memang tidak mudah untuk mewujudkan masyarakat yang cinta dan terbiasa membaca buku. Apalagi di zaman yang serba digital seperti sekarang. Di satu sisi, jika dimanfaat dengan baik, kemajuan teknologi bisa membuat akses bacaan menjadi lebih luas. Tapi di sisi lain, hal ini juga bisa membuat masyarakat menjadi lebih jauh dari buku,” katanya.

Untuk bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi informasi yang makin pesat tersebut, Wardarusmen menyebut, pihaknya juga telah melakukan berbagai inovasi. Salah satunya lewat aplikasi iSumbar Mambaco yang dirancang khusus untuk mengakses beragam buku dalam format digital. Dengan begitu, masyarakat bisa mengakses buku berbasis elektronik dengan lebih leluasa dan membuat sumber bacaan menjadi lebih luas.

Ia mengatakan, hingga saat ini, sudah ada 4.000 koleksi buku yang tersedia dalam aplikasi tersebut. “Aplikasi ini juga bisa membantu siswa yang kesulitan untuk mencari dan mengakses buku sesuai kebutuhan belajar. Terutama sejak adanya pembatasan keluar rumah dan pembelajaran jarak jauh. Apalagi Perpustakaan Daerah Sumbar juga tetap memberikan pelayanan secara daring, dan informasi selalu bisa diakses,” katanya.

Menurun Selama Pandemi

Berdasarkan data Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Sumatera Barat, selama 2020 jumlah pengunjung Perpustakaan Daerah Sumbar menurun drastis hingga seperempat jumlah pengunjung pada tahun sebelumnya.

Kasi Promosi dan Layanan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Sumbar, Yelfi mengatakan, sebelum pandemi, kunjungan pembaca mencapai 500 hingga 800 orang per hari. Namun, sejak pandemi kunjungan pembaca hanya berjumlah sekitar 100 orang per hari.

“Jika dikalkulasikan, per tahun jumlah kunjungan pembaca sebelum pandemi mencapai 150 ribu orang. Namun pada 2020 lalu hanya sebanyak 30 ribu orang. Jadi lebih dari seperempat pengunjung yang berkurang pada 2020 lalu,” ujarnya, beberapa waktu lalu.

Ia juga menjelaskan, pengunjung Perpustakaan Daerah Sumbar berasal dari semua kalangan. Tetapi, pengunjung paling banyak berasal dari kalangan mahasiswa dan pelajar.

“Mahasiswa dan pelajar di sini rata-rata datang untuk mencari referensi guna memenuhi tugas yang diberikan oleh tenaga pendidik,” ujarnya.

Tingkatkan Minat Baca pada Anak

Selain pemerintah, berbagai upaya untuk meningkatkan minat baca masyarakat Sumbar juga terus dilakukan oleh berbagai komunitas, organisasi, sekolah, dan lembaga swasta. Salah satunya seperti yang dilakukan Masjid Darul Huda yang berlokasi di kawasan Siteba, Kota Padang. Masjid Darul Huda menyediakan pojok baca bagi anak-anak yang mengaji di masjid itu.

Pengurus Masjid Darul Huda yang juga Ketua Pemuda dan Pengurus Yayasan Ruang Baca Anak, Wanda Leksmana mengatakan, ada sekitar 150 anak yang bisa menikmati fasilitas pojok baca di masjid tersebut.

“Saat ini kami masih dalam tahap pembangunan, sehingga belum tepat juga dikatakan sebagai perpustakaan. Mungkin lebih tepat disebut pojok baca. Tapi karena itu, masjid kami menjadi masjid ramah anak pertama di Kota Padang,” tuturnya, Jumat (28/5).

Sebagai upaya mendukung program masjid ramah anak, pengurus masjid berupaya menciptakan suasana yang menarik dan mengajak anak-anak beramai-ramai ke masjid. Salah satu upayanya dengan menghubungi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sumbar untuk membawa perpustakaan keliling ke Masjid Nurul Huda.

“Masjid kami mendorong program masjid ramah anak. Karena ketersediaan buku kami masih minim, mendatangkan perpustakaan keliling untuk menambah perbendaharaan bacaan anak-anak. Harapan kami fasilitas ini ke depan bisa lebih baik ke depan, sehingga anak-anak bisa meningkat minat baca dan literasinya,” ujar Wanda.

Di samping itu, Wanda menyebut, Yayasan Ruang Anak juga telah membantu menyediakan alat permainan edukatif berupa alat ular tangga raksasa yang setiap kotak punya pesan-pesan perlindungan anak. “Kami melihat anak-anak sekarang banyak yang kecanduan gawai. Kami mencoba meminimalisasinya dengan kegiatan ini,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Masjid Darul Huda, Rajarso mengatakan, kunjungan perpustakaan keliling ini dalam rangka mendukung program masjid ramah anak di Kota Padang. Menurut Rajarso, kegiatan membaca yang ditawarkan perpustakan keliling ini bisa mengalihkan perhatian anak-anak dari gawai ke buku.

“Kami berharap, kegiatan anak-anak di masjid tidak hanya untuk beribadah, tapi bisa dibarengi dengan melakukan kegiatan yang edukatif serta bisa menambah ilmu seperti membaca buku,” ucapnya.

(dar/yes/Hantaran.co)

Exit mobile version