Ramadan

Menunda Rindu di Tengah Pandemi

×

Menunda Rindu di Tengah Pandemi

Sebarkan artikel ini
Ramadan
Bupati Sijunjung, Benny Dwifa. IST

Benny Dwifa Yuswir

Bupati Sijunjung

Di Sijunjuang adonyo Geopark Silokek / Rami dek urang pai manggaleh

Lah di ujuang puaso rayo lah dakek / Jago diri jan lupo Prokes Covid-19

Kupitan dulu baru Ampek Nagari / Mambali lado ka Padang Laweh 

Nan ka mudik elok manahan diri / Labiahkan sajo pambali oleh-oleh

Alhamdulillah. Kini kita telah memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadan 1442 Hijriah. Tak terasa sebentar lagi bulan penuh rahmat ini akan segera meninggalkan kita. Kita berdoa agar ibadah puasa dan seluruh ibadah yang kita tunaikan hendaknya diterima oleh Allah SWT sebagai amal saleh yang akan menjadi bekal nantinya. Amin.

Di pengujung Ramadan ini seakan rasa sedih dan bahagia bercampur di dalam dada. Sedih karena bulan suci akan berlalu, bahagia karena Hari Nan Fitri segera tiba. Budaya kita di Ranah Minang, hari Lebaran menjadi momen untuk berkumpul dengan keluarga. Mudik ke kampung halaman bertemu dengan karib kerabat, melepas rindu nan menjerat.

Namun apalah daya, situasi kita saat ini bukanlah dalam keadaan baik-baik saja. Pandemi Covid-19 ini masih menjadi dilema. Seakan memaksa kita untuk lebih sabar lagi menunda rindu berkumpul bersama.

Kita sudah mendengar bahwa larangan mudik kembali diberlakukan. Satu sisi tentu saja ini bukanlah kabar yang menggembirakan, terutama pagi perantau yang ada di luar Provinsi Sumbar. Apalagi rencana untuk pulang kampung sudah disusun jauh hari.

Larangan mudik diterapkan bukan tanpa alasan. Penyebaran Covid-19 yang kembali meningkat akhir-akhir ini menjadi pertimbangannya. Jumlah terkonfirmasi positif terus bertambah setiap hari. Hampir seluruh kabupaten/kota di Sumbar saat ini berada di zona oranye. Secara umum Sumbar di ambang zona merah.

Tentu saja kita tidak ingin situasi seperti ini berlanjut dan bertambah parah. Larangan mudik bertujuan untuk mencegah naiknya angka penyebaran virus corona. Dikhawatirkan terjadinya gelombang penyebaran yang begitu masif, membuat situasi yang kian tak terkendali.

Pemerintah daerah selalu mengingatkan kepada masyarakat agar menerapkan protokol kesehatan. Di berbagai kesempatan materi Prokes Covid-19 harus terus digalakkan di tengah masyarakat.Karena jika terjadi penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 terus meningkat, akan menjadi penghambat berbagai kegiatan pembangunan. Hampir di seluruh sektor.

Kita merasakan betapa besarnya dampak pandemi ini terhadap aspek di kehidupan kita. Terutama perekonomian yang semakin terpuruk. Kegiatan pembangunan yang sudah direncanakan terpaksa ditunda. Anggaran yang sudah disiapkan harus kembali di-refocusing. Sedangkan pembangunan untuk daerah dan kesejahteraan masyarakat harus tetap dikejar.

Saya melihat dan merasakan bahwa, di sinilah kepiawaian seorang kepala daerah dituntut. Bagaimana menjaga agar tetap seimbang. Bak kata pepatah, seperti menarik rambut di dalam tepung. Rambut tidak putus tepung tidak berserakan. Ini memang bukan situasi yang mudah.

Pandemi ini tidak akan berakhir tanpa adanya kesadaran kita bersama. Saling mengingatkan dan saling peduli. Saling memahami dan saling memberi pemahaman. Situasi ini menuntut kita untuk penyesuaian dengan tatanan yang baru. Berinovasi, bersinergi, berkolaborasi, dan berebenah diri.

Mudik tidaklah satu-satunya jalan untuk bisa memaknai kebersamaan dengan keluarga. Karena banyak hal yang bisa kita lakukan agar momen Idulfitri tetap penuh makna. Di antaranya dengan memberdayakan potensi yang ada. Bisa saja dengan mengirimkan oleh-oleh khas daerah. Memberdayakan produk lokal baik berupa kuliner ataupun souvenir, sebagai pengganti badan diri yang tidak bisa hadir.

Saya yakin dan percaya setiap daerah pasti memiliki khas kuliner dan produk lokal masing-masing. Seperti halnya Kabupaten Sijunjung, memiliki berbagai macam produk lokal unggulan seperti tenun, batik ceta bacorak, batik tulis, kerajinan dari bahan rotan, pandan dan banyak lainnya.

Begitu juga dengan kuliner. Sijunjung memiliki beragam kuliner yang khas seperti, rendang belalang, galamai, bermacam makanan dari olahan ubi serta jenis kuliner lainnya. Hal tersebut bisa memanfaatkan itu semua sebagai kado dan oleh-oleh untuk melepas kerinduan dunsanak serta famili kita di rantau.

Kecanggihan teknologi saat ini, kita bisa bertatap muka meskipun tidak berjumpa. Silaturahmi dan rasa kebersamaan tetap terjaga. Kendati badan tak bersua, semoga oleh-oleh bisa sebagai gantinya. Apalah daya hendak dikata virus corona kini merajalela.

Selain pada sisi kebersamaan, momen pulangnya perantau ke kampung halaman memang sangat dinantikan. Dari segi ekonomi akan berdampak positif bagi daerah. Perputaran ekonomi menjadi lebih meningkat dari biasanya, apalagi para perantau yang pulang juga ikut membangun nagari. 

Namun di masa pandemi Covid-19 saat ini, ada hal lain yang membatasi. Terutama menekan dan mencegah angka penyebaran yang semakin tinggi, agar virus corona tidak semakin menjadi-jadi.  Tapi, larangan mudik bukanlah akhir dari situasi. Manfaatkan produk negeri untuk tetap saling berbagi di Hari Nan Fitri, pertanda diri yang masih terwakili. Terus jalin silaturahmi meski di tengah pandemi. Kalaupun tak sempat dengan oleh-oleh, mentahnya pun juga boleh. 

Dengan pengertian yang kita sampaikan kepada keluarga, sanak dan famili, InsyaAllah tidak akan mengurangi khidmatnya momen lebaran, meskipun terpisah di perantauan. Semoga wabah ini segera berlalu. Semoga kita semua senantiasa diberikan keberkahan serta kebahagiaan oleh Allah SWT. Sukses dan sehat selalu untuk kita semua. Wassalam. (*)