Mengembangkan Kreativitas Mahasiswa Pada Pendidikan Vokasi Melalui Model Student Research Based Learning

Mahasiswa

Dr. Weni Nelmira, S.Pd.,M.Pd.T Program Doktor Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang Tahun 2022. IST

Oleh :

Dr. Weni Nelmira, S.Pd.,M.Pd.T

Program Doktor Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Fakultas Teknik

Universitas Negeri Padang

Tahun 2022

Revolusi industri 4.0 menuntut setiap individu bersikap kreatif dan inovatif sebab di era digital saat ini menjanjikan banyak peluang bagi generasi muda yang berjiwa dinamis dan kreatif agar bisa bersaing secara global. Creativity menjadi salah satu kompetensi penting di era RI 4.0 di samping kemampuan critical thinking and problem solving, communication, collaborative, and innovation serta keterampilan literasi digital (digital literasi skill).. Namun hasil riset The Global Creativity Index menunjukkan bahwa kreativitas di Indonesia cukup rendah dibandingkan negara-negara lain di dunia. Indonesia berada pada posisi ke-81 dari 139 negara di dunia. Begitu juga dengan publikasi The Global Innovation Index tahun 2020, Indonesia berada pada posisi ke-85 dari 131 negara.

Permasalahan kreativitas dan inovasi ini perlu diatasi segera. Dunia pendidikan memegang peran penting dalam mencari solusi permasalahan ini karena permasalahan kreativitas terjadi mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan tinggi. Untuk itu perlu upaya serius yang saling bersinergi dari berbagai pihak sehingga terjadi perubahan dan peningkatannya kearah yang lebih baik. Khusus pada pendidikan vokasi pembelajaran perlu disesuaikan dengan tujuan utama pembelajaran. Pendekatan pembelajaran pada pendidikan vokasi hendaklah mengacu pada learner-centered (pembelajaran yang mengaktifkan peran siswa dalam proses belajar), work-centered (pembelajaran yang mengarahkan pada pekerjaan tertentu) dan attribute-focused (pembelajaran yang fokus pada pengembangan atribut-atribut keterampilan).

Salah satu upaya yang tepat untuk mengembangkan kreativitas pada pembelajaran yaitu dengan cara merancang model pembelajaran inovatif. Model pembelajaran perlu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, karakteristik materi, metode dan karakteristik peserta didik serta tujuan yang akan dicapai.

Pembelajaran berbasis riset pada pendidikan Tata Busana UNP masih jarang diterapkan, khususnya pada pembelajaran Embroidery. Kompetensi membordir (Embroidery) merupakan kompetensi yang mengadopsi budaya lokal daerah Sumatera Barat. Sebagian besar kompetensi yang dipelajari pada pembelajaran Embroidery tersedia di lingkungan mahasiswa. Untuk itu penting dirancang model pembelajaran berbasis riset yang dilakukan oleh mahasiswa karena dengan aktifitas riset sangat memungkinkan bagi mahasiswa untuk dapat belajar dari riset yang dilakukannya yang di komparasikan dengan riset dengan metode penciptaan di kelas. Hasil riset dapat dimanfaatkan sebagai sumber ide untuk pengembangan produk kreatif di ruang kelas.

Banyak manfaat pembelajaran berbasis riset, diantaranya  yaitu dapat memberikan kesempatan untuk pengembangan metode atau strategi pembelajaran, adanya pembaruan pembelajaran yang mensinergikan pembelajaran dengan hasil riset/hasil penelitian, munculnya partisipasi/keterlibatan aktif siswa dalam proses riset, digunakannya instrumen riset dalam pembelajaran, dan adanya usaha pengembangan penelitian secara inklusif.  Keunggulan lainnya yaitu siswa memperoleh kesempatan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui proses penelitian yang dilakukan karena siswa terlibat mulai dari mengumpulkan informasi, menyusun hipotesis penelitiannya, mengumpulkan dan menganalisis data yang dikumpulkan, serta menarik kesimpulan riset.

Dasar pengembangan Model Student Research Based Learning  mengacu pada langkah Model RBL oleh Tremp sehingga diperoleh rancangan Model S-RBL sebagai berikut:

  1. Formulating General Questions (Merumuskan pertanyaan-pertanyaan umum). Pada sintak ini dosen mengemukakan pertanyaan umum terkait topik pembelajaran.
  2. 2. Integrating Research. Pada fase ini dosen akan menyajikan hasil riset yang ada terkait materi pembelajaran dan mahasiswa ditugaskan untuk menganalisis jurnal-jurnal hasil riset terkait topik pembelajaran yang dibahas
  3. 3. Explore ideas (Melakukan eksplorasi ide/gagasan). Pada fase ini mahasiswa secara berkelompok (3-4 Orang) memulai riset dengan melakukan eksplorasi ide sesuai tema yang disepakati. Ide bisa diperoleh dari hasil kunjungan ke industri-industri bordir, ke galeri-galeri bordir, media internet dan studi literatur atau hasil imajinasinya.
  4. 4. Designing (Melakukan perancangan). Pada fase ini mahasiswa dalam kelompok kecil (3-5 orang) tersebut melakukan perancangan dengan menuangkan ide pada kertas desain. Hasil rancangan dibuat beberapa buah (3-5 buah) yang kemudian diseleksi oleh kelompok dengan bimbingan dosen untuk dipilih desain yang terbaik. Hasil rancangan yang masih berupa sketsa ini kemudian dilanjutkan ke tahap berikutnya.
  5. 5. Improvising (Melakukan improvisasi atau eksperimen). Pada tahap ini mahasiswa berinprovisasi dengan cara melakukan modifikasi dari segi warna, bahan, teknik, dan lain-lain sehingga diperoleh beberapa pilihan hasil improvisasi dan eksperimen. Hasil improvisasi dan eksperimen ini akan dianalisis dan didiskusikan lagi dengan anggota kelompok dengan bimbingan dosen. Hasil seleksi yang terpilih akan dilanjutkan dengan mewujudkannya menjadi produk yang sesungguhnya.
  6. 6. Creating Ideas (Mewujudkan ide) Pada tahap ini hasil improvisasi dan eksperimentasi akan diwujudkan menjadi sebuah produk kreatif.
  7. 7. Presentation and Evaluation (Mempersentasikan hasil dan evaluasi). Pada tahap ini hasil produk kreatif yang telah dibuat dilaporkan dan dipersentasikan.

Ada 2 metode riset yang diterapkan pada Model S-RBL yaitu metode riset kualitatif dan metode penciptaan:

  1. Metode kualitatif, merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kuantitatif lainnya. Selain itu penelitian kualitatif ini merupakan penelitian yang dapat digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, gerakan sosial, atau hubungan kekerabatan dan merupakan prosedur penelitian yang mampu menghasilkan data deskriptif berupa ucapan, tulisan, dan perilaku dari orang-orang yang diamati.
  2. Metode penciptaan, termasuk dalam kategori Penelitian Terapan (Art and design as capability) yang luarannya adalah wujud bentuk karya, model, purwarupa, dan prototipe. Karakteristik yang sangat menonjol dari jenis penulisan penelitian praktik ini yaitu pada tahapan kegiatan dengan alur, sebagai berkut

 

Dari hasil analisis penilaian validator terhadap Model S-RBL diperoleh rata-rata 0,87 dengan kategori valid, selanjutnya uji praktikalitas pada dosen dan mahasiswa tergambar tingkat kepraktisan Model diperoleh dengan capaian rata-rata yaitu 91,35 dengan kategori sangat praktis. Berdasarkan hasil uji terlihat bahwa Model S-RBL memiliki tingkat kemudahan dalam penggunaannya, seperti mudah untuk dipahami, mudah untuk dilakukan, membantu pemahaman mahasiswa terutama dalam mengembangkan kreativitas mahasiswa, mudah dalam penggunaan dan mempersingkat waktu, mendukung keterlaksanaan pembelajaran baik pada kelompok dengan kemampuan rendah, kemampuan sedang dan kemampuan tinggi.

Model S-RBL sebagaimana diuraikan di atas mengungkapkan bahwa: Pertama adalah pentingnya fase mengintegrasikan hasil riset dalam pembelajaran. Hal ini didukung oleh pendapat ahli yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran berbasis riset dapat berhasil menghubungkan pengajaran dan penelitian, karena pembelajaran berbasis riset adalah konsep multi-fase yang mengacu pada berbagai strategi pembelajaran dan pengajaran yang menghubungkan penelitian dan pengajaran. Kedua adalah pentingnya aktivitas riset oleh mahasiswa dalam menciptakan produk kreatif karena riset dapat membantu siswa mengembangkan metode berpikir dan bekerja ilmiah, sesuai dengan konsep didaktik pembelajaran berbasis riset. Model ini telah dinilai valid dan praktis dan dapat dimanfaatkan bagi pendidik yang mengajar pada pembelajaran pendidikan vokasi terutama yang mengajar pada mata kuliah dengan karakteristik mata kuliah yang sama.

 

Model S-RBL ini telah dipertahankan didepan tim penguji Desertasi sebanyak 9 orang penguji yaitu Prof. Dr. Agusti Efi, MA (Promotor 1), Dr. Elida, M.Pd (Promotor 2), Prof. Drs. Jalius Jama, M.Ed (Guru Besar FT UNP), Ph.D, Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M.Ed (Guru Besar FT UNP), Prof. Dr. M. Giatman, MSIE (Guru Besar FT UNP), Prof. Dr. Dina Ampera, M.Si (Guru Besar FT UNIMED), Prof. Ganefri, Ph.D (Rektor Universitas Negeri Padang), Dr. Fahmi Rizal, MT (Dekan Fakultas Teknik UNP) dan Prof. Dr Ambiyar, M.Pd (Ka Prodi S3 PTK UNP). Penulis menghatur ucapan terima kasih dan salam takzim, Semoga hasil riset ini bisa memperkaya model pembelajaran pada Pendidikan Vokasi dan dunia pendidikan pada umumnya.

Exit mobile version