Sumbar

MBG Dorong Anak Sehat dan Siap Belajar

5
×

MBG Dorong Anak Sehat dan Siap Belajar

Sebarkan artikel ini
MBG

PARIAMAN, hantaran.Co —Program Makan Bergizi (MBG) kini menjadi sorotan di berbagai daerah, termasuk di Kota Pariaman. Program nasional yang baru diluncurkan Presiden ini tidak sekadar memberi makanan kepada siswa, tetapi memastikan mereka belajar dengan perut terisi dan pikiran fokus di kelas.

“Dengan MBG, kita berharap anak-anak tidak lagi datang ke sekolah dalam keadaan lapar. Kalau perut kosong, anak susah fokus belajar. Jadi, program ini penting untuk mendukung tumbuh kembang dan kesiapan belajar mereka,” ujar Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Pariaman, Susrikawati, saat ditemui baru-baru ini.

Sebagai bagian dari pelaksana di daerah, Dinas Kesehatan Kota Pariaman berperan penting dalam memastikan kualitas dan keamanan makanan yang disajikan. Salah satu langkahnya adalah menerbitkan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) bagi dapur penyedia makanan MBG. Sertifikat ini menjadi jaminan bahwa dapur pengolahan memenuhi standar kesehatan lingkungan.

“Yayasan atau lembaga pelaksana MBG wajib melapor ke Dinas Kesehatan jika ingin membuka dapur. Kami akan memeriksa seluruh aspek, mulai dari kebersihan tempat, sistem pembuangan limbah cair, hingga ketersediaan air minum yang layak,” jelas Susrikawati.

Tak hanya itu, tenaga kerja di dapur MBG juga harus melalui pelatihan khusus sebelum dinyatakan layak bekerja. “Setiap tenaga masak wajib memiliki sertifikat pelatihan. Setelah itu barulah kami bisa keluarkan izinnya,” tambahnya.

Menurut Susrikawati, MBG bukan program untuk mencukupi seluruh kebutuhan gizi harian anak, melainkan memberikan satu porsi makanan bergizi seimbang yang membantu mereka tetap bertenaga selama belajar di sekolah.

“Jangan salah paham, MBG ini tidak untuk memenuhi kebutuhan gizi satu hari penuh. Fokusnya pada satu porsi makan bergizi yang bisa membantu anak bertahan dan fokus belajar di sekolah,” tegasnya.

Ia mengungkapkan, masih banyak siswa yang berangkat ke sekolah tanpa sarapan, sehingga sulit berkonsentrasi. “Padahal otak butuh kalori untuk berpikir. Melalui MBG, setidaknya anak-anak mendapat asupan energi dari makanan bergizi di sekolah,” ujarnya.

Selain berdampak pada kesehatan dan kesiapan belajar siswa, program MBG juga memberi efek ekonomi positif bagi masyarakat sekitar. Dengan adanya dapur MBG, peluang kerja meningkat dan permintaan bahan pangan dari petani lokal ikut terdorong.

“MBG juga membantu mengurangi pengangguran dan menggerakkan ekonomi masyarakat, terutama petani,” jelasnya.

Untuk menjaga standar gizi, menu telah diatur melalui aplikasi khusus. Setiap porsi mengandung 800–1.000 kalori, lengkap dengan dua sumber protein, karbohidrat, sayur, buah, dan susu. “Menu ini disusun agar anak-anak tidak hanya kenyang, tapi juga mendapat asupan yang bergizi seimbang,” tutupnya.