Pesisir Selatan, hantaran.co – Anggota DPR RI Komisi X Lisda Hendrajoni mengaku sangat prihatin atas maraknya aksi kekerasan atau tawuran di kalangan pelajar, khususnya di Sumatera Barat (Sumbar).
Lisda mengatakan, fenomena tawuran di tingkat pelajar tidak boleh dianggap sepele. Menurutnya, sangat perlu kerjasama dan keseriusan seluruh pihak dalam upaya pencegahan sejak dini terhadap anak, terutama di lingkungan sekitar.
“Jika hal ini terus saja dibiarkan tanpa adanya pencegahan, tentunya akan merusak kepada perilaku sang anak itu sendiri dan dunia pendidikan,” ujar Lisda Hendrajoni saat menggelar diskusi terbuka bersama aktor penggerak dan stakeholder pendidikan dengan mengangkat tema “Optimalisasi Komunitas Belajar” di Hotel Saga Murni, Sago-Painan, Jumat (16/8).
Lisda menyebut, maraknya aksi kekerasan yang terjadi di kalangan pelajar juga disebabkan oleh kita selaku orang tua, yang seringkali menyepelekan apa yang dibutuhkan dan diinginkan sang anak.
“Ya, itu tadi, sering terjadi semacam miskomunikasi (salah paham) antara orang tua dengan anak, atau antara anak dengan gurunya di sekolah dan hal-hal lainnya yang membuat sang anak jadi kesal hingga marah dan dendam,” ucapnya lagi.
Menurut Lisda, miskomunikasi dapat berakibat fatal jika tidak segera diselesaikan. Terkait hal itu, ia menyarankan agar seluruh pihak termasuk para orang tua dan guru di sekolah, secara bersama-sama memberikan pemahaman kepada anak agar mereka tidak terjerumus kepada hal-hal yang negatif.
“Seperti memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih kepada sang anak. Ketika mereka di rumah atau di sekolah, berikan pemahaman kepada mereka bahwa sesama manusia tidak boleh saling menyakiti, tidak boleh berkata kasar, tidak boleh berbuat semena-mena dan sebagainya. Ingatkan selalu anak-anak kita, bahwa mereka adalah generasi emas yang harus aktif melakukan kegiatan-kegiatan positif sebagai generasi muda harapan bangsa,” kata Lisda.
Politisi Nasdem asal Sumbar ini mengakui, akhir-akhir ini memang marak terjadi aksi kekerasan di lingkungan pelajar. Namun demikian, ia memastikan bahwa anak-anak yang terlibat dalam aksi tersebut hanyalah korban.
“Disini saya melihat bahwa anak-anak ini sebenarnya hanyalah korban, ketika mereka masuk ke hal-hal yang tidak benar, artinya ada didikan yang tidak baik dari kita sebelumnya. Nah, ketika kita melihat mereka sedang tawuran, kita langsung menuding bahwa mereka adalah pelaku kekerasan. Tapi sebenarnya itu adalah kesalahan dari kita, yang tanpa kita sadari sebelumnya sudah berkontribusi atas perilaku anak-anak tersebut,” ujar Lisda.
Maka dari itu, Lisda mengajak para orang tua lebih memperhatikan aktivitas anak-anaknya, terutama saat berada di luar rumah.
Di sisi lain, Lisda juga mengimbau seluruh stakeholder terkait, khususnya guru dan Dinas Pendidikan lebih diintensifkan kembali perannya, yang nantinya turut didampingi oleh TNI/Polri dan melibatkan peran serta seluruh masyarakat.
“Alangkah baiknya anak-anak kita ini dibina dan diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan sosial atau amal, yang bertujuan untuk mencegah hal-hal negatif di luar rumah,” tuturnya.