Maqasyid Syariah Jadi Basis BSI dalam Bermuamalah

BSI

Area Manager Padang Bank Syariah Indonesia (BSI), Budi Abdiriva beserta jajaran saat menerima kunjungan tim redaksi Harian Haluan, Rabu (23/6). Prospek penerapan ekonomi berbasis syariah menjadi topik utama yang diperbincangkan. YESI DESWITA

PADANG, hantaran.co –Maqasyid Syariah atau dapat diartikan sebagai tujuan yang hendak dicapai syariat demi kemaslahatan umat manusia harus menjadi konsep dasar dari peralihan lembaga keuangan dari sistem konvensional ke sistem syariah. Hal itu dimaksudkan agar orientasi lembaga seperti bank bukan hanya berpatokan pada keuntungan dan bisnis semata.

Hal itu disampaikan oleh Area Manager Padang Bank Syariah Indonesia (BSI), Budi Abdiriva, saat menerima kunjugan tim redaksi Haluan, Rabu (23/6). Menurut Budi, jika masih muncul keraguan untuk beralih ke perbankan syariah, maka konsep maqasyid syariah tampak belum dipahami secara utuh.

“Dalam arti sesungguhnya, konsep perbankan syariah ini rahmatan lil ‘alamin. Tujuannya untuk menghadirkan kemashalatan dan kebaikan untuk sebanyak-banyaknya manusia atau yang kita kenal dengan istilah maqasyid syariah. Jadi yang menjadi orientasi bukan hanya untung dan bisnisnya saja, tapi juga berkah dan kebermanfaatannya,” kata Budi.

Menurut Budi, jika perusahaan sudah yakin dengan konsep maqasyid syariah, maka laba dan keuntungan akan datang dengan sendirinya. Bahkan, melebihi dari perhitungan bisnis. Ia memisalkan pada capaian dari Bank Mandiri Syariah yang saat ini sudah merger dengan dua bank syariah Himbara lainnya yang kemudian melahirkan BSI.

Budi menceritakan, konsep maqasyit syariah sudah ditanamkan pada jajaran manajemen dan direksi Bank Mandiri Syariah sejak awal didirikan, yaitu berbisnis dengan membela agama Allah dan menebar kebermanfaatan yang lebih luas. Menurutnya, menekankan maqasyit syariah adalah kunci awal untuk memulai pekerjaan beralih ke syariah.

“Kalau tujuannya sudah duduk, maka tahapan selanjutkan akan lebih mudah, yaitu membantu masyarakat dalam menjalankan kehidupan, serta menjaga lingkungan dan membagikan apa yang dia dapatkan. Sehingga konsep kapitalis tidak lagi berlaku,” ujarnya lagi.

Budi mencontohkan, capaian Bank Mandiri Syariah yang mampu meraih laba perusahaan yang meningkat drastis pada awal-awal tahun berdiri. Saat itu, direksi membuat program untuk memberangkatkan satu orang untuk ibadah umrah jika perusahaan berhasil mendapatkan laba Rp 1 miliar.

Hasilnya, pada tahun pertama, program Bank Mandiri Syariah ini mendapatkan laba Rp327 miliar, sehingga bisa memberangkatkan 327 pegawai serta tenaga kesehatan, marbot masjid, dan guru-guru agama ke Arab Saudi untuk melaksanaakan ibadah umrah.

“Tahun berikutnya, laba naik menjadi Rp620 miliar, direksi kemudian memberangkatkan 620 orang lagi untuk ibadah umrah. Tahun selanjutnya, laba naik lagi menjadi Rp700 miliar. Diberangkatkan lagi 700 orang,” ujarnya.

Bahkan, kata Budi, di tengah Pandemi Covid-19 pada tahun 2020 lalu, laba Bank Mandiri Syariah tetap naik mencapai Rp1,2 Triliun. Direksi pun akhirnya memberangkatkan 1.200 orang menuju Tanah Suci. Ada pun untuk tahun ini, direksi menargetkan laba mencapai Rp3 triliun.

“Poinnya jangan hanya berpikir bisnis, tapi berpikirlah menolong agama Allah, sehingga pasti ada pertolongan. Laba tidak dinikmati sendiri, tidak hanya untuk umrah pegawai saja, tapi juga marbot masjid yang setiap tahun semakin banyak yang dapat,” ujarnya.

Selain itu, kata Budi, BSI juga berkomitmen membangun ekosistem zakat, infaq, sedakah, dan waqaf, terutama dalam platform mobile banking. Saat ini, rata-rata zakat infak bahkan mengalami kenaikan, yang sebelum pandemi rata-rata zakat infak pada angka Rp 5 miliar, maka saat ini ada pada kisaran Rp15-20 miliar.

Budi berharap, dengan semakin tingginya dana zakat dan infak, maka manfaat yang diberikan akan semakin luas. Saat ini, dana tersebut telah disalurkan untuk rumah tahfidz dan bantuan sosial makanan gratis. Dengan konsep-konsep tersebut, bank syariah sejatinya menyiarkan konsep bermuamalah dalam Islam. Termasuk dengan melibatkan nasabah nonmuslim.

“Bank syariah membuka seluas-luasnya akses bagi nonmuslim agar bisa merasakan bagaimana sistem perbankan syariah. Di beberapa daerah juga sudah banyak nasabah yang nonmuslim,” ujarnya lagi.

Menurut Budi, masyarakat tidak perlu khawatir akan konversi ke bank syariah atau ekonomi syariah, terutama di Sumbar yang sudah kental dengan berbagai falsalah dan kearifan lokal yang berkait erat dengan agama. (*)

Yesi/hantaran.co

Exit mobile version