Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara isolasi mandiri yang baik dan benar juga menjadi salah satu faktor penularan Covid-19 di lingkungan keluarga. Banyak yang isolasi di rumah, tapi masih bertemu dengan anggota keluarga yang lain.
Ketua IDI Kota Padang
PADANG, hantaran.co — Penambahan kasus positif Covid-19 harian di Sumbar kembali menembus angka di atas 1.000 kasus pada laporan Selasa (3/8/2021). Ledakan demi ledakan kasus sejak Juni lalu diduga karena meningkatnya intensitas penularan klaster keluarga. Oleh karena itu, pakar menilai rumusan kebijakan baru dalam penanganan pandemi semakin diperlukan.
Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Sumbar, Defriman Djafri, menyatakan, berdasarkan perkembangan kasus penambahan kasus Covid-19 harian di Sumbar saat ini, maka penularan antara satu anggota keluarga ke anggota keluarga yang lain termasuk rentan untuk terjadi.
“Menurut saya, penularan banyak terjadi di tengah keluarga. Sebab, belakangan kerap ditemukan di mana satu keluarga itu positif semua. Anggota keluarga yang lalai protokol kesehatannya (prokes) saat di luar rumah, akhirnya membawa virus dan menyebarkannya di rumah,” kata Defriman kepada Haluan, Selasa (3/8/2021).
Oleh karena itu, Dekan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas (FKM Unand) itu terus mendorong agar pemerintah merumuskan kebijakan baru dalam penanganan pandemi di Sumbar. Terutama, dalam upaya mempersiapkan masyarakat agar lebih bisa beradaptasi dengan ketentuan dan pentingnya penerapan prokes.
“Padahal, salah satu indikator untuk mengambil kebijakan adalah sejauh mana masyarakat menerapkan prokes. Sejauh mana masyarakat bisa beradaptasi dengan baik. Berapa persen masyarakat yang sudah memahami pentingnya masker. Apa guna pembatasan yang diberlakukan pemerintah, dan lain sebagainya,” katanya lagi.
Defriman menyebutkan, dalam penularan Covid-19, manusia merupakan inang atau host bagi virus corona. Sehingga, jika manusia telah bisa berdaptasi dan mengetahui betapa pentingnya penerapan prokes, maka penyebaran dan mutasi dari virus corona sendiri akan bisa dikendalikan.
“Yang diatur itu manusianya, bukan virusnya. Jika manusia sebagai iatau inang ini bisa disiplin, maka tidak akan terjadi penularan, dan juga dapat mencegah mutasi virus. Jadi, jawaban atas pertanyaan kapan pandemi ini berakhir, yaitu saat kita sudah bisa beradaptasi dengan baik dan benar,” katanya lagi.
Isoman yang Salah
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Padang, Muhammad Riendra. Menurutnya, klaster keluarga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus positif Covid-19 di Sumbar. Padahal, dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), masyarakat diminta untuk mengurangi kegiatan di luar rumah.
“PPKM diberlakukan salah satunya untuk membatasi masyarakat agar tidak keluar rumah. Agar tidak ada warga yang menularkan virus ke orang tua atau anggota keluarganya yang lain. Sebab, yang paling signifikan menyebabkan penambahan kasus adalah ketidakpatuhan menerapkan prokes,” katanya.
Selain itu, sambung Riendra, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara melakukan isolasi mandiri (isoman) yang baik dan benar juga menjadi salah satu faktor terjadinya penularan di lingkungan keluarga. Sebab, banyak yang melakukan isolasi di rumah, tapi masih bertemu dengan anggota keluarga yang lain.
Riendra menambahkan, hal lain yang juga menyebabkan pertumbuhan kasus positif adalah warga yang mengalami gejala Covid-19, tapi menghindar untuk diperiksa karena masih takut dinyatakan positif terinfeksi virus corona. Bahkan, ada yang masih tetap berkegiatan atau bertemu dengan orang lain.
“Banyak masyarakat yang sudah memiliki gejala Covid-19 tapi enggan melakukan tes, karena takut di-covid-kan. Karena tidak melakukan pemeriksaan orang bergejala ini masih bisa berkeliaran padahal statusnya belum jelas. Karena itu, orang ini bisa terus berkeliaran dan berpotensi menularkan,” katanya lagi.
Menurut Riendra, kepatuhan masyarakat dalam menerapkan prokes masih menjadi tantangan besar dalam penangan pandemi, termasuk juga di Sumbar. Sementara itu, laju penambahan kasus terus mengalami peningkatan.
Waspadai OTG
Terpisah, Juru Bicara (Jubir) Penanganan Covid-19 Sumbar, Jasman Rizal menyebutkan, sulit untuk mendeteksi klaster yang menyebabkan lonjakan kasus positif di Sumbar. Sebab menurutnya, dalam kondisi pandemi saat ini, penularan berpotensi terjadi di mana pun.
“Sekarang tidak bisa lagi terdeteksi klaster penyebab peningkatan kasusnya apa, karena semua sudah sama saja, di mana saja bisa terpapar. Tidak jelas klaster mana saja. Kalau dulu awal-awal masih bisa dideteksi apakah pusat keramaian, pasar, dan sebagainya,” ujar Jasman.
Satgas Covid-19, sambung Jasman, tengah mewaspadai potensi penularan dari orang tanpa gejala (OTG), karena banyak kasus ditemukan terpapar dari orang yang ternyata positif Covid-19, tetapi masih tetap berkegiatan, sehingga menyebabkan terjadinya penyebaran yang lebih luas.
“Sebenarnya banyak juga orang yang sudah positif tapi tidak merasa gejala apa-apa. Hal ini dikhawatirkan yang menjadi penular, karena orang tidak sadar ternyata sudah ikut terpapar,” katanya lagi.
1.000 Kasus Baru
Sementara itu data Satgas Covid-19 Provinsi mencatat penambahan kasus baru pada Selasa (3/8) kembali menembus 1.157 kasus dalam 24 jam terakhir. Sehingga total kasus kumulatif sudah mencapai 73.727 kasus dengan jumlah kasus aktif sebanyak 13.899 orang.
“Hasil pemeriksaan tim Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Wilayah II Baso melaporkan dari 4.545 sample yang diperiksa terkonfirmasi tambahan 1.157 orang warga Sumbar positif terinfeksi Covid-19,” ujar Jasman. Ada pun untuk jumlah pasien sembuh, tercatat bertambah sebanyak 653 kasus, sehingga total pasien Covid-19 yang sudah sembuh mencapai 58.286 kasus, dan untuk kasus kematian bertambah 16 kasus dengan total kumulatif sebanyak 1.542 orang. (*)
Riga/Yesi/hantaran.co