Kejar-kejaran Suara, Peluang Menuju MK

Pilkada

Pilkada Serentak 2020. Ilustrasi

PADANG, hantaran.co — Berdasarkan rekapitulasi sementara hasil Pilgub Sumbar di situs web milik KPU, Mahyeldi-Audy memimpin dan dibayang-bayangi oleh Nasrul Abit-Indra Catri. Begitu pun dengan hasil hitung cepat sementara Voxpol Centre dan Poltracking. Peluang kejar-kejaran suara masih terbuka, dan tetap berpotensi finis di Mahkamah Konstitusi (MK).

Pantauan Haluan hingga Rabu (9/12/2020) pukul 21.40 WIB di situs https://pilkada2020.kpu.go.id/#/pkwkp/tungsura/13, pihak penyelenggara baru memaparkan hasil rekapitulasi surat suara Pilgub Sumbar pada 1.165 TPS dari total 12.548 Tempat Pemungutan Suara (TPS) di seluruh Sumbar.

Dari 9,28 persen suara yang telah direkap tersebut, pasangan calon (paslon) Nomor 4 Mahyeldi-Audy Joynaldi unggul dengan raihan 35,0 persen, disusul Nasrul Abit-Indra Catri dengan 28,9 persen, Mulyadi-Ali Mukhni dengan 25,8 persen, serta Fakhrizal-Genius Umar dengan raihan 10,3 persen.

Sementara itu berdasarkan hasil hitung cepat, Lembaga Voxpol Center memaparkan, dari 92,33 persen suara yang masuk, Mahyeldi-Audy memimpin dengan 32,82 persen, diikuti Nasrul Abit-Indra Catri dengan 29,68 persen, Mulyadi-Ali Mukhni dengan 27,42 persen, serta Fakhrizal-Genius Umar dengan 10,08 persen.

Lembaga survei lainnya, Poltracking juga memaparkan hasil hitung cepat dari 97,80 persen suara yang masuk, di mana Mahyeldi-Audy memimpin dengan 32,87 persen, disusul Nasrul Abit-Indra Catri dengan 30,45 persen, Mulyadi-Ali Mukhni dengan 26,87 persen, serta Fakhrizal-Genius Umar dengan 9,81 persen.

Pengamat Politik Universitas Andalas (Unand) Asrinaldi menilai, melihat kepada hasil perhitungan resmi dan hitung cepat sementara, maka terbuka peluang jarak suara akhir antara Mahyeldi-Audy dan Nasrul Abit-Indra Catri di angka 1,5 persen. Jika demikian, maka peluang hasil Pilgub Sumbar ditentukan oleh Mahkamah Konstitusi sangat terbuka.

“Jika jaraknya 1,5 persen atau di bawah itu, maka sangat berpeluang muaranya ke MK. Saya menilai potensi itu ada dan tidak mengagetkan. Sebab, sejak awal tahapan Pilkada ditabuh, moto Pilkada badunsanak yang didengung-dengungkan itu tidak terlihat di prakteknya,” kata Asrinaldi kepada Haluan.

Bukan tanpa alasan, Asrinaldi menilai Pilkada Badunsanak tidak tercermin sama sekali karena hilangnya kesantunan dalam berpolitik di Ranah Minang. Oleh karena itu jamak disaksikan para calon yang tengah mengejar kekuasaan saling menyerang kelemahan lawan yang bersifat personal. “Dari banyak pertimbangan dan hasil penghitungan sejauh ini, saya rasa Pilkada Sumbar akan tiba di MK,” ucapnya lagi.

Di sisi lain, Direktur SBLF Riset Edo Andrefson mengamati, cukup kecil kemungkinan Pilkada Sumbar akan bergerak ke MK. Sebab, berdasarkan amatannya dari aktivitas penghitungan suara sementara, selisih yang terjadi antara Mahyeldi-Audy dan Nasrul Abit-Indra Catri, akan berada di angka 3 hingga 4 persen.

“Berdasarkan info penghitungan rill yang saya terima, bahkan selisihnya bisa lebih dari empat persen itu. Sehingga, peluang ke MK tentu tidak bisa. Namun jika memang akan bermuara ke MK, tentu ini sangat tergantung pada pasangan yang raihan suaranya di posisi kedua,” kata Edo. (*)

Ishaq/hantaran.co

Exit mobile version