PADANG, hantaran.co — Peningkatan kasus positif Covid-19 di Sumbar beberapa hari terakhir berdampak pada meningkatnya keterisian sejumlah rumah sakit rujukan penanganan pasien. Penanganan pandemi diharapkan segera menekan laju penularan, agar rumah sakit tidak penuh hingga mengalami kelebihan daya tampung.
Meningkatnya jumlah pasien positif Covid-19 ikut terjadi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. M Djamil Padang. Saat ini, seluruh ruang isolasi di rumah sakit rujukan utama itu sudah hampir penuh oleh pasien terpapar virus corona. Hal itu disampaikan Direktur Umum SDM dan Pendidikan RSUP M Djamil Padang, Dovy Djanas, kepada Haluan, Senin (19/4/2021).
“Keterisian rumah sakit akan penuh jika laju penularan Covid-19 di Sumbar tidak segera terkendalikan. Saat ini, jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RS Djamil 78 orang. Jika kondisi pandemi seperti sekarang berlarut-larut, maka menjelang Lebaran dikhawatirkan RS Djamil over capacity,” ujar Dovy.
Padahal sebelumnya, kata Dovy, beberapa waktu lalu keterisian ruang penanganan pasien Covid-19 di RS Djamil sempat melandai. Akan tetapi seiring meningkatnya rasio positif atau positivity rate di Sumbar, maka jumlah pasien dengan sendirinya ikut meningkat.
Untuk menyikapi peningkatan itu, Dovy menyebutkan bahwa saat ini RSUP Dr. M Djamil tengah menyiapkan 75 ruangan dengan 255 tempat tidur tambahan untuk mengantisipasi lonjakan kasus. Saat ini, ruangan itu tengah diupayakan agar segera bisa digunakan untuk merawat pasien.
“Tadi kami sudah ke lapangan bersama Pak Dirut RSUP M Djamil untuk rencana menambah 75 ruangan baru di Gedung Ruangan Instalasi Pelayanan Jantung (IPJT) Lantai Tiga. Kami akan kebut renovasi dan menyediakan peralatan yang dibutuhkan,” ujarnya lagi.
Tambahan Nakes
Permasalahan lain yang menjadi kendala di rumah sakit, sambung Dovy, adalah minimnya jumlah tenaga kesehatan (nakes) dan fasilitas pendukung perawatan. Sebab, bertambahnya jumlah pasien dan ruang isolasi membuat jumlah tenaga kesehatan juga harus ditambah.
Ada pun untuk fasilitas kesehatan, sambung Dovy, saat ini RSUP M Djamil hanya memiliki 15 ventilator. Pihaknya berencana mengajukan pengadaan ventilator kepada Pemprov Sumbar atau ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
“Yang paling kami butuhkan adalah penambahan perawat. Untuk ventilator, akan dilihat apakah bisa RS Djamil menggunakan ventilator yang belum terpakai di rumah sakit lain di Sumbar, atau meminta tambahan ke Kementerian,” ujarnya lagi.
Menurut Dovy, kondisi serupa juga dialami oleh rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 lainnya di Sumbar. Padahal pada tiga bulan terakhir, pihaknya masih bisa melakukan peralihan nakes untuk pasien Covid-19. Namun, saat ini manajemen RSUP M Djamil terpaksa melakukan beberapa tindakan alternatif untuk mengantisipasi lonjakan pasien.
“Akhirnya, kita menerima rujukan pasien Covid-19 dengan kondisi sangat terbatas atau tidak ideal. Kondisi pasien rujukan yang dikirim ke RSUP M Djamil rata-rata dalam keadaan berat. Ini yang menyulitkan bagi kami, karena keterbatasan tenaga,” katanya.
Dovy pun berharap agar penanganan pandemi Covid-19 di Sumbar segera dikendalikan karena kondisi saat ini yang bisa dibilang cukup mengkhawatirkan. “Sebelum tanggal 6 kebijakan larangan mudik, pasti banyak yang datang ke Sumbar. Kenapa mengkhawatirkan, karena positivy rate sangat tinggi, sementara angka pemeriksaan kita sudah berkurang. Ini yang harus dipahami bersama,” ujarnya lagi.
Dovy mengatakan, rumah sakit adalah sektor hilir dalam penanganan Covid-19. Sehingga hal yang perlu diantisipasi pertama kali adalah kesiapan penanganan di sektor hulu, seperti peningkatan pengawasan terhadap penerapan protokol kesehatan di tengah masyarakat yang saat ini sudah sangat rendah.
Sementara itu, terkait kondisi terkini penanganan pasien Covid-19 di Rumah Sakit Achmad Muchtar (RSAM) Bukittinggi, Dirut RSAM Khairul mengaku RS itu saat ini hanya mampu rawat 50 pasien Covid-19. Ia mengamini, bahwa sejak awal April RSAM sudah mengalami peningkatan jumlah pasien yang dirawat, hingga sekarang berjumlah 33 pasien.
“Ada peningkatan jumlah pasien Covid-19. Bulan Maret lalu pasien yang dirawat hanya antara 10 sampai 12 pasien. Sejak awal April kemarin sudah meningkat dan total sekarang berjumlah 33 pasien,” kata Khairul kepada Haluan, Selasa (20/4/2021).
Saat ini, kata Khairul, RSAM memiliki kapasitas 100 tempat tidur rawatan pasein Covid-19. Namun, hanya 50 tempat tidur yang bisa digunakan, sebab terkendala keterbatasan Nakes. “Kami bergantung pada SDM. Kalau SDM ada, 100 tempat tidur itu bisa digunakan. Saat ini RSAM hanya mampu menampung 50 pasien Covid-19 dengan memaksimalkan nakes internal,” ujarnya lagi.
Sebelumnya saat kasus Covid-19 meningkat, Khairul mengaku RSAM mendapatkan bantuan tenaga kesehatan dari BPBD Sumbar yang sekarang telah habis masa kontrak. Selain itu, saat ini RSAM memiliki lima ventilator yang siap digunakan
“Tentu kami berharap agar tidak terjadi lonjakan kasus sebelum Lebaran ini. Oleh karena itu, masyarakat kami minta patuhi aturan-aturan yang telah dibuat pemerintah. Mari jaga diri dan keluarga dari penularan virus ini,” katanya menutup.
Karena Abai Prokes
Di sisi lain, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumbar Linarni Djamil mengatakan, keterisian rumah sakit di Sumbar memang mengalami peningkatan seiring bertambahnya kasus Covid-19. “Keterisian rumah sakit memang mulai meningkat,” ujar Linarni kepada Haluan, Senin (19/4/2021).
Linarni menyebutkan, rendahnya kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan berdampak kepada peningkatan kasus Covid-19. Hal ini kemudian berlanjut pada keterisian rumah sakit. “Kedisiplinan prokes sudah sangat berkurang. Harus diakui orang mulai banyak yang tidak pakai masker, pengawasan Perda sekarang juga agak longgar,” tuturnya.
Selain itu kata Linarni, meningkatnya kasus Covid-19 di Sumbar dalam beberapa waktu terakhir disebabkan oleh munculnya dua klaster penularan dengan kasus yang cukup tinggi. Pertama, klaster penularan di sekolah tertutup. Kedua, klaster perdesaan.
“Klaster sekolah tertutup itu seperti di sekolah-asrama di Padang Panjang beberapa waktu lalu. Kemudian, ada juga di Padang Pariaman. Kemudian klaster pedesaan, seperti di Kabupaten Lima Puluh Kota yang menjadi zona merah karena berisiko penularan tinggi di tiga nagari,” ujarnya. (*)
Yesi/Riga/hantaran.co