PADANG, hantaran.co – Anggota DPR RI Komisi X Lisda Hendrajoni menyampaikan keprihatinannya terkait maraknya peristiwa bullying pelajar di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel).
Hal ini disampaikan Lisda seusai acara diskusi bersama sejumlah tenaga pendidik PPPK yang mengangkat tema tentang “Kualitas Guru Kunci Sukses Pendidikan” yang berlangsung di Padang, Minggu (23/6).
Politisi Nasdem asal Sumatera Barat itu menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi anak-anak di lingkungan sekolah, baik terhadap para korban maupun pelaku.
“Kita sangat prihatin sekali terhadap kondisi anak-anak kita yang terjadi baru-baru ini di Pesisir Selatan, baik mereka sebagai korban bullying maupun pelaku bullying. Hal ini harus menjadi perhatian serius kita bersama,” ujar Lisda.
Ia juga menyoroti dampak buruk yang bakal terjadi terhadap lingkungan sekolah, khususnya bagi mereka yang turut menyaksikan kejadian tersebut, namun tidak bisa berbuat apa-apa.
“Lebih sedih lagi, ketika anak-anak yang melihat kejadian itu, namun mereka tidak berani membela korban,” katanya.
Lisda mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kasus-kasus serupa mungkin telah terjadi sebelumnya disejumlah daerah, namun masyarakat tidak menyadarinya.
“Ini kan viral setelah di upload ke media sosial. Jangan-jangan dahulu sudah ada juga, tapi kita yang tidak tahu. Jadi, kita sangat berharap agar kasus ini segera mendapatkan solusi terbaik agar tidak terulang lagi dikemudian hari,” ucapnya lagi.
Dalam kesempatan itu, Lisda juga memberikan apresiasi kepada Polres Pesisir Selatan dan jajaran yang telah bergerak cepat menangani kasus tersebut.
“Saya sangat mengapresiasi langkah cepat yang diambil oleh Polres Pessel. Ini menunjukkan komitmen mereka dalam menegakkan hukum dan melindungi anak-anak kita dari tindakan kekerasan dan perundungan,” ujarnya.
Sebagai solusi atas peristiwa tersebut, Lisda mengusulkan beberapa langkah konkret.
Pertama, ia menekankan pentingnya peningkatan kualitas pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan karakter harus menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah, dengan program-program khusus yang fokus pada pengembangan karakter siswa seperti pelatihan kepemimpinan, kegiatan sosial, dan lokakarya tentang empati dan toleransi.
Kedua, Lisda mengusulkan pelatihan berkala bagi guru-guru dalam manajemen kelas dan penyelesaian konflik.
Dengan keterampilan yang memadai, guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif serta dapat menangani dan mencegah kasus perundungan dengan lebih efektif.
“Guru harus dibekali dengan keterampilan yang memadai untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif,” katanya.
Ketiga, Lisda menekankan pentingnya kehadiran konselor sekolah yang aktif. Setiap sekolah seharusnya memiliki konselor yang dapat memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa, baik yang mengalami masalah maupun yang berpotensi menimbulkan masalah. Konselor harus proaktif dalam mengidentifikasi dan menangani masalah siswa sejak dini.
“Konselor harus proaktif dalam mengidentifikasi dan menangani masalah siswa sejak dini,” ucapnya lagi.
Keempat, Lisda mengusulkan program kerja sama antara sekolah dan orang tua, seperti seminar parenting dan kelompok diskusi, untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak mereka.
Lisda menilai, orang tua memiliki peran penting dalam pembentukan karakter anak dan harus bekerja sama erat dengan guru untuk memastikan anak-anak tumbuh menjadi individu yang berkarakter baik.
“Orang tua dan guru harus bekerja sama erat untuk memastikan anak-anak kita tumbuh menjadi individu yang berkarakter baik,” tuturnya.
Kelima, Lisda menekankan pentingnya pengawasan ketat dan penegakan disiplin di lingkungan sekolah. Ia mengusulkan pembentukan tim khusus di sekolah-sekolah yang bertugas untuk mengawasi perilaku siswa dan memastikan tidak ada perundungan atau kekerasan yang terjadi.
Menurutnya, sekolah harus memiliki sistem pengawasan yang efektif untuk mencegah dan menangani kasus perundungan.
“Sekolah harus memiliki sistem pengawasan yang efektif untuk mencegah dan menangani kasus perundungan,” ujarnya.
Lisda berharap, dengan solusi-solusi tersebut, kedepannya kasus serupa dapat dicegah dan lingkungan pendidikan menjadi lebih aman dan kondusif bagi semua siswa.
“Ini benar-benar kita mulai dari rumah, bagaimana anak-anak kita ini diberikan pemahaman, ikut menjadi lebih baik. Kita semua harus berperan aktif dalam membentuk generasi yang berkarakter baik, mulai dari rumah hingga sekolah,” ujar Lisda.