PADANG, hantaran.co — Pengamat menilai faktor keterpilihan kandidat pada Pilgub Sumbar salah satunya dipengaruhi fragmentasi status asal kedaerahan. Namun lebih dari itu, strategi pemenangan dalam menyosialisasikan diri dan program yang akan dikerjakan jika memperoleh amanah, disebut tetap memegang peranan paling penting.
Pengamat Politik UIN Imam Bonjol Padang Muhammad Taufik kepada Haluan mengatakan, basis daerah dan kultural setiap paslon jelas menghadirkan kebanggaan tersendiri bagi warga di daerah tersebut. Namun, tak serta merta hal itu mengindikasikan kemenangan mudah diraih oleh satu kandidat di satu daerah tertentu.
“Pertarungan cukup sengit tentu ada di Kabupaten Agam yang menyumbang empat putra daerahnya di Pilgub, Indra Catri, Fakhrizal, Mulyadi, dan Mahyeldi. Begitu juga dengan Piaman Laweh yang mengutus Ali Mukhni dan Genius Umar. Sementara itu, Audy Joinaldy dianggap sebagai representasi Solok Raya, dan Nasrul Abit tentu saja Pesisir Selatan,” kata Taufik, Selasa (15/9/2020).
Namun demikian, sambung Taufik, meski pun Audy Joinaldy dan Nasrul Abit terkesan tidak memiliki kompetitor di Solok Raya dan Pesisir Selatan sebagai wilayah yang mereka representasikan, hal itu tak lantas membuat keduanya dapat berpangku tangan. Sebab, paslon lain diperkirakan juga akan memaksimalkan relasi sosial di daerah-daerah tersebut.
“Jika dilihat dari data pemilihan pada 2010 dan 2015, menunjukkan ada kecenderungan partisipasi masyarakat cukup tinggi di daerah yang memiliki utusan putra daerah di Pilgub, ketimbang daerah lain yang tidak memiliki representasi. Pemilih di Sumbar, cenderung memilih karena salah satunya memang disebabkan kedekatan emosional,” kata Taufik.
Di sisi lain, Taufik menilai pemilih di Sumbar cenderung tidak akan memilih berdasarkan kedekatan ideologis terhadap partai politik pengusung kandidat itu sendiri. Hal yang lebih mungkin adalah, masyarakat Sumbar memilih berdasarkan figur kandidat, faktor kedaerahan, atau kedekatan dengan kandidat itu sendiri.
Di sisi lain, Pengamat Politik Universitas Andalas (Unand) Edi Indrizal menilai, bahwa masyarakat Sumbar tak terlalu bergantung pada faktor kedaerahan dalam memilih pemimpin. Menurut Edi, cukup banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat seperti faktor gender, desa dan kota, hingga faktor umur.
“Selain itu, masyarakat memilih juga dibagi berdasarkan status sosial seperti agama atau sisi religiusitas dari masing-masing kandidat. Kemudian berdasarkan tingkatan ekonomi, lalu pekerjaan dan tingkat pendidikan yang terbagi dalam menengah ke atas dan menengah ke bawah,” sebut Edi.
Koordinator Wilayah III Lembagai Survei Indonesia (LSI) itu juga mengatakan, keterpilihan setiap kandidat sangat bergantung pada strategi pemenangan dan sosialisasi yang dilakukan. Selain itu, juga sangat dipengaruhi oleh penerimaan masyarakat atas program-program yang ditawarkan oleh dikandidat.
“Jadi, pemilih itu menentukan pilihan tidak hanya berdasarkan faktor kedaerahan, tapi berdasarkan banyak faktor. Pertarungan Pilgub sangat tergantung kepada bagaimana kandidat memperkenalkan atau mensosialisasikan program mereka pada masyarakat,” sebut Edi lagi.
Selain itu, kata Edi, sikap dari setiap kandidat dalam mensiasati desas-desus, isu, hingga polemik yang menghampiri, juga akan sangat menentukan penilaian dari masyarakat dan keterpilihan kandidat pada Pilkada serentak 9 Desember nanti.
“Jika penjelasannya sampai kepada masyarakat, tentu masyarakat akan menaruh simpati. Di samping itu, sosialisasi dari setiap kandidat hendaknya dapat menonjolkan keunggulan mereka dibanding kandidat yang lain. Termasuk informasi mengenai program yang akan mereka jalankan jika terpilih, itu mesti sampai ke masyarakat dengan baik,” ucap Edi menutup.
Riga/hantaran.co