PADANG, hantaran.co — Sebanyak 11 kabupaten/kota di Sumbar ditetapkan masuk zona oranye penyebaran Covid-19 di Sumbar, sementara 8 daerah lainnya terkategori zona kuning. Sejumlah daerah pun diperingatkan untuk meningkatkan pemeriksaan swab, penelusuran potensi kasus, serta memperketat penerapan protokol kesehatan.
Zonasi daerah penularan Covid-19 itu merupakan hasil perhitungan terbaru 15 indikator data onset pada minggu ke-36 pandemi Covid-19 di Sumbar oleh Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Sumbar. Penetapan zonasi sendiri terbaru itu berlaku mulai Minggu (15/11/2020) hingga 21 November nanti.
“Untuk zona merah Alhamdulillah tetap tidak ada. Namun, 11 daerah itu masuk zona oranye atau daerah dengan risiko penularan sedang. Dari hasil perhitungan, yang paling rendah skornya Kabupaten Lima Puluh Kota,” kata Jasman Rizal selaku Juru Bicara Satgas Penanganan melalui pesan tertulis, Minggu (15/11/2020).
Jasman menerangkan, kepada daerah zona oranye dengan skor rendah tersebut, diminta untuk lebih intens melakukan tes PCR, melakukan tracking dan tracing, serta berbagai tindakan kesehatan lainnya sesuai protokol. “Ini bertujuan agar penyebaran dan penanganan Covid-19 di daerah itu lebih baik lagi,” kata Jasman.
Jasman merincikan, 11 daerah yang tergolong zona oranye antara lain, Kabupaten Pasaman Barat dengan skor 2,31; Agam dengan skor 2,31; Dharmasraya dengan skor 2,30; Tanah Datar 2,23; Padang Pariaman 2,22; Solok Selatan 2,18; Pesisir Selatan 2,18; Payakumbuh 2,16; Kabupaten Solok 2,12; Kota Padang 2,04; serta Lima Puluh Kota 1,84.
Sementara itu delapan daerah yang termasuk dalam zona kuning atau dengan risiko penularan tergolong rendah antara lain, Kota Solok dengan skor 2,55; Kota Sawahlunto dengan skor 2,51; Kabupaten Pasaman dengan skor 2,50; Kota Pariaman dengan skor 2,46; Kota Padang Panjang dengan skor 2,45; Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan skor 2,42; Kabupaten Sijunjung dengan skor 2,42; dan Kota Bukittinggi dengan skor 2,42.
“Untuk daerah zona hijau atau tidak ada catatan tambahan kasus dalam sebulan terakhir, atau yang positif telah sembuh seluruhnya, atau tidak ada kasus meninggal dalam sebulan terakhir, di Sumbar tidak ada. Untuk penyekoran, semakin tinggi hasilnya maka pengendalian Covid-19 di daerah itu semakin baik,” kata Kadis Kominfo Sumbar itu lagi.
Ada pun 15 indikator perhitungan yang dilakukan, terdiri dari 11 indikator epidemiologi, 2 indikator surveilans kesehatan masyarakat, dan 2 indikator pelayanan kesehatan. Pertama, penurunan jumlah kasus positif dalam dua minggu terakhir dari puncak. Kedua, penurunan jumlah kasus ODP dan PDP dalam dua minggu terakhir.
Ketiga, penurunan jumlah meninggal dari kasus positif dalam dua minggu terakhir. Keempat, penurunan jumlah meninggal dari kasus ODP dan PDP dalam dua minggu terakhir. Kelima, penurunan jumlah kasus positif yang dirawat di rumah sakit dalam dua minggu terakhir. Keenam, penurunan jumlah kasus ODP dan PDP yang dirawat di RS dalam dua minggu terakhir.
Ketujuh, kenaikan jumlah sembuh dari kasus positif. Delapan, kenaikan jumlah selesai pemantauan dan pengawasan dari ODP dan PDP. Sembilan, penurunan laju insidensi kasus positif per 100.000 penduduk. Sepuluh, penurunan angka kematian per 100.000 penduduk. Sebelas, Rt – angka reproduksi efektif kurang dari 1.
Dua belas, jumlah pemeriksaan spesimen yang meningkat dalam 2 minggu. Tiga belas, Positivity rate kurang dari 5 persen. Empat belas, jumlah tempat tidur di ruang isolasi RS rujukan mampu menampung lebih dari 20 persen jumlah pasien positif. Serta lima belas, jumlah tempat tidur di RS rujukan mampu menampung lebih dari 20% jumlah ODP, PDP, dan pasien positif.
“Dengan telah ditetapkannya status zonasi daerah pada minggu ke-36, kami minta kabupaten dan kota segera menyesuaikan segala aktivitas di daerahnya dengan protokol masing-masing zona agar penyebaran covid-19 bisa lebih dikendalikan,” kata Jasman menutup. (*)
Hamdani/hantaran.co