JAKARTA, hantaran.co — Tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri akhirnya berhasil mengidentifikasi jasad Kapten Afwan, pilot Sriwijaya Air SJ-182 yang merupakan perantau Minang asal Kabupaten Tanah Datar, Jumat (29/1/2021). Itu artinya, lima perantau asal Minang yang ikut dalam penerbangan tersebut telah berhasil diidentifikasi.
Jenazah Kapten Afwan berhasil diidentifikasi tim DVI bersama dua janazah lainnya atas nama Suyanto dan Riyanto. “Sampai sore ini, tim kembali mengidentifikasi tiga korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono di RS Polri Kramat Jati, Jumat (29/1/2021).
Dengan tambahan hasil pengenalan identitas tersebut, Rusdi menuturkan hingga hari ini total jenazah yang berhasil diidentifikasi sebanyak 58 orang. Seluruhnya, telah diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan. Artinya, ada empat jenazah lainnya yang belum berhasil dilacak.
“Jadi sampai sore ini, tim berhasil mengidentifikasi sebanyak 58 jenazah dari total 62 korban seluruhnya. Jika dipersentase, keberhasilan identifikasi sampai saat ini sudah mencapai 93,5 persen,” kata Rusdi lagi.
Pesawat Sriwijaya Air bernomor penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak sendiri jatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Sabtu (9/1/2021) lalu. Berdasarkan data manifes, pesawat tipe Boeing 737-500 itu membawa 62 orang yang terdiri atas 12 kru dan 50 penumpang.
Lima perantau asal Minang dinyatakan ikut dalam penerbangan SJ-182 tersebut. Yakni yaitu Faisal Rahman dan Ays Habul Yamin asal Tanah Datar, Fadly Satrianto (Kopilot Ekstra Kru) asal Pesisir Selatan, Kapten Afwan (Pilot) asal Tanah Datar, dan Angga Fernanda Afriyon asal Kota Padang.
Di sisi lain, operasi gabungan yang dikoordinasi Basarnas telah dihentikan sejak 21 Januari lalu. Baru satu bagian kotak hitam (black box) yang berhasil ditemukan tim SAR, yakni yang merekam data penerbangan (FDR). Meski dihentikan, Direktur Operasi Basarnas Brigjen Rasman MS menyatakan pencarian kotak hitam lain yang menyimpan suara dalam kokpit (CVR) tetap dilanjutkan di bawah Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Mengenang Pilot Dermawan
Kapten Afwan, pilot penerbangan Sriwijaya SJ-182 memiliki nama lengkap sehari-hari H. Afwan Zamzami. Semasa hidup, ia dikenal sebagai orang yang ramah dan rendah hati. Bahkan, beberapa hari usai kecelakaan, video CCTV saat ia berbagi makanan dengan penjaga mini market di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) menjadi viral.
Soal religusitas dan kedermawan Afwan, turut disampaikan kerabat dan kawan dekatnya. Ia dikenal sebagao orang yang ringan tangan dalam menyalurkan bantuan untuk keperluan rumah ibadah, hingga membantu sanak saudara yang ditimpa musibah.
Haluan berkunjung ke rumah keluarga besar Afwan pada Minggu (10/1) lalu. Di rumah itu, kakak sepupu Afwan bernama Yurni Mahmud (66) bersama sang suami bercerita, bahwa Afwan memang sudah cukup lama bekerja menerbangkan pesawat, sehingga intensitas kesibukannya cukup padat.
Namun, menurut Yurni, hal itu tak lantas membuat dirinya jarang berkomunikasi dengan keluarga. Menurut Yurni, sebelum musibah SJ-182, Afwan masih berkomunikasi di grup perpesanan keluarga “Piliang Bersatu” dengan jumlah anggota 106 orang.
“Isi pesan itu, menyebutkan kalau ia sudah transfer sejumlah uang ke rekening adiknya yang bernama Andri. Ditransfer sore sebelum menerbangkan Sriwijaya Air SJ-182 ke Pontianak. Kami di grup memang sedang melakukan penggalangan dana untuk membantu keluarga Andri yang terpapar Covid-19 di Jakarta, dan sedang karantina,” kata Yurni.
Seringat Yurni, Afwan terakhir pulang ke Sungai Jambu empat tahun lalu. Ketika itu, Afwan tengah mendapatkan tugas penerbangan dengan rute menuju Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Namun, pulang kampung saat itu hanya sebentar karena padatnya jadwal pekerjaan.
Sekitar setahun lalu, kata Yurni lagi, banyak dari anggota keluarga besar yang pulang kampung untuk menghadiri pesta perkawinan salah seorang anak. Namun, Afwan juga berhalangan hadir karena sedang berada di Pontianak, sehingga memohon maaf atas ketidakhadirannya tersebut.
“Afwan punya tiga anak dan satu istri. Istrinya dari Bogor dan mereka berdomisili di Cibinong, Jawa Barat. Afwan merupakan putra asli Piliang, Jorong Sungai Jambu, Nagari Sungai Jambu, Kecamatan Pariangan, Tanah Datar. Suku bapaknya Chaniago. Sejak SD, Afwan dan orang tuanya memang sudah tinggal di Jakarta,” kata Yurni lagi.
Rumah yang ditempati Yurni saat ini, juga disebut sebagai rumah pusako dalam kaum mereka. Sehingga, jika pulang ke Sungai Jambu, maka Kapten Afwan akan menginap di rumah tersebut. Selain itu, Yurni menyebut Afwan juga berkomunikasi dalam grup whatsapp “Dipah Famili” dengan jumlah anggota 26 orang. “Dipah itu nama nenek kami,” katanya menutup.
Sementara itu keluarga Afwan di Cibinong menyebutkan, ada sejumlah tindak-tanduk berbeda yang dilakukan Afwan sebelum berangkat kerja pada Sabtu (9/1). Keponakan Afwan, Ferza Mahardika mengatakan, Afwan sempat meminta maaf saat pamit bekerja kepada istri dan ketiga anaknya.
“Cuma yang biasanya dia pergi salaman biasa aja, ini dia minta maaf sama istri dan anak-anaknya. Itu pas berangkat. Alasannya kurang tahu juga, yang jelas anaknya ngomong kok abinya (ayah) tumben berbeda,” kata Ferza di Perumhan Bumi Cibinong Endah, Minggu (10/1).
Kapten Afwan sendiri dikenal sebagai sosok yang dermawan di lingkungan Perumahan Bumi Cibinong Endah, Blok A3, Jalan Sukahati, Cibinong Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Salah seorang tetangganya, Lafi, mengingat saat Captain Afwan berusaha merenovasi masjid yang ada di perumahan itu. Selain itu, Afwan dikenal rajin beribadah dan bersosialisasi.
“Inisiatifnya (Afwan) merenovasi Masjid Addaulah, saya ingat betul dan cukup terharu. Yang semula diragukan, kini sudah terwujud Perumahan Bumi Cibinong Endah memiliki masjid besar yang bisa dimanfaatkan warga di sini,” kata Lafi, dikutip dari kompas.com.
Menurutnya, Afwan dikenal sebagai sosok yang rendah hati. Hal itu terlihat dari sikap Afwan saat berbincang dengan warga, di mana ia tak pernah menceritakan latar belakang pekerjaannya sebagai pilot. Bagi Lafi, Afwan merupakan sosok yang hangat di mata masyarakat sekitar.
“Saat tidak sedang dinas, beliau selalu ikut (salat) berjemaah di Masjid Addaulah yang dia renovasi ini. Bahkan seusai salat sering berbincang dan sesekali mengisi tausiah. Dia juga tidak pernah menceritakan tentang latar belakang pekerjaannya,” ujarnya lagi. (*)
Ishaq/hantaran.co