Jangan Sedih pada Ramadan Ini

LDII

M. Ari Sultoni, S.H, M.H Ketua DPW LDII Sumatra Barat. IST

M. Ari Sultoni, S.H, M.H

Ketua DPW LDII Sumatra Barat

Tahun ini adalah Ramadan kedua pada masa pandemi. Ramadan hadir membuat hati gembira sekaligus sedih karena situasi pandemi yang belum kunjung berakhir. Kasus positif Covid-19 terus melonjak, bahkan untuk pertama kalinya positivity rate atau rasio jumlah kasus positif di Sumbar mencapai belasan persen. Menyentuh angka tertinggi dan terburuk yang tercatat di provinsi ini.

Bagi sebagian warga (khususnya yang sedang dirawat atau menjalankan isolasi mandiri akibat Covid-19). tidak dapat mengoptimalkan kebarokahan Ramadan seperti salat tarawih berjemaah di masjid, sahur, dan berbuka puasa bersama, bahkan beriktikaf pada 10 hari terakhir Ramadan.

Semua tidak lain dalam rangka ikhtiar memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19. Banyak umat Islam telah menyuarakan keprihatinan tentang bagaimana mereka akan mempraktikkan ibadah Ramadan tahun ini.

Janganlah bersedih saudara-saudariku. Sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR. Bukhari).

Riwayat yang lain dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Seorang hamba jika ia berada pada jalan yang baik dalam ibadah, kemudian ia sakit, maka dikatakan pada malaikat yang bertugas mencatat amalan, “Tulislah, padanya semisal yang ia amalkan rutin jika ia tidak terikat sampai Aku melepasnya atau sampai Aku mencabut nyawanya.” (HR. Ahmad).

Mengomentari hadits di atas Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan : “Hadits di atas berlaku untuk orang yang ingin melakukan ketaatan (amal ibadah) lantas terhalang dari melakukannya. Padahal ia sudah punya niatan kalau tidak ada yang menghalangi, amalan tersebut akan dijaga rutin.” (Fath Al-Bari, 6: 136)

Jangan sedih Saudaraku. Berdasarkan Sabda Rasulullah di atas, bagi kita di Ramadan sebelumnya rutin tarawih ke masjid atau beriktikaf, serta ibadah jama’i lainnya yang terhalang oada tahun ini insyaAllah akan tetap dicatat pahalanya.

Ketentuan ini dapat diraih sepanjang kita tetap usaha menjaga tarawih di rumah atau tempat isolasi. Serta bersungguh-sungguh mengoptimalkan ibadah pada 10 malam akhir Ramadan dalam rangka meraih Lailatulqadar. Ingatlah, meraih Lailatulqadar tidak harus di masjid.

Ada yang bertanya, Ustadz bukankah dua hadits di atas khusus utk orang yang safar dan orang yang sakit? Jawabnya: dalam kondisi wabah dengan status pandemi saat ini, diri kita dan semua orang dianggap sakit atau setidaknya berpotensi membawa virus penyakit. Nabi melarang kita membahayakan diri sendiri dan orang lain : “Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain.”

Menghindari kemudaratan lebih diutamakan dari pada mengejar kemanfaatan. Ada rahasia di balik setiap ujian yang Allah berikan kepada setiap makhluk-Nya. Laa tahzan. (*)

Exit mobile version