BeritaPendidikan

ITP Optimalisasi Produksi Biogas dengan Sistem IoT

4
×

ITP Optimalisasi Produksi Biogas dengan Sistem IoT

Sebarkan artikel ini

Padang,hantaran.Co–Institut Teknologi Padang (ITP) kembali memberikan kabar menggembirakan yang menambah daftar panjang prestasi kampus tersebut.

Hadir pertama kali pada 2023 lalu, kemudian dilanjutkan pada 2024, dan sekarang pada tahun 2025 dilakukan lagi inovasi oleh Tim Peneliti dari Program Studi Teknik Lingkungan berkolaborasi dengan prodi Teknik Informatika yang di ketuai oleh Dr. Herix Sonata MS, M.Si sekaligus menjabat Ketua Prodi Teknik Lingkungan dengan anggota Firmansyah David,Ph.D dan Eko Kurniawanto Putra,MT

Penelitian mengenai pengembangan teknologi tepat guna pembuatan biogas sebagai alternative energi terbarukan di Guo Kelurahan Kuranji, Kota Padang. Tim Peneliti Prodi Teknik Lingkungan menggelar Pendampingan Kepada Masyarakat Kelompok Tani Guo Mandiri, dengan melakukan optimalisasi produksi biogas dengan memanfaatkan sistem monitoring berbasiskan internet of thing (IoT).

“Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari rangkaian pelaksanaan program hibah yang berhasil diraih oleh tim melalui skema pemberdayaan berbasis masyarakat, Dirjen Riset dan pengembangan Kemendiktisaintek tahun anggaran 2025. Dengan dukungan hibah kegiatan tersebut dirancang untuk memberdayakan  kelompok tani Guo Mandiri dengan menggabungkan pendekatan teknologi tepat guna berbasis IOT dengan pemberdayaan masyarakat,“ ujar Herix Sonata.

Penggunaan teknologi Internet of Things (IoT) dalam sistem monitoring produksi biogas memungkinkan pemantauan yang lebih akurat dan cepat terhadap parameter-parameter penting seperti suhu, pH, dan tekanan dalam digester biogas. Hal ini dapat meningkatkan kendali kualitas produksi dan mempercepat pengambilan keputusan untuk mengoptimalkan hasil produksi biogas. 

“Selain itu, pendampingan berkelanjutan terhadap masyarakat khususnya Kelompok Tani Guo Mandiri menjadi elemen kunci untuk memastikan transfer teknologi berjalan efektif, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengelola biogas secara mandiri dan berkelanjutan,” tambahnya.

Masalah pemasaran dan produksi adalah masalah yang dihadapi mitra ini. Kelompok Tani “Guo Mandiri” ini mengalami masalah dengan hasil produksi biogas mereka yang kurang memuaskan. Ini karena proses fermentasi bahan baku dilakukan secara tradisional tanpa alat khusus untuk mengontrol apakah parameter seperti suhu, kelembaban, pH, dan tekanan udara sudah sesuai. Dengan kata lain, selama proses fermentasi tidak ada penjaminan atau pengendalian terhadap mutu atau kualitas gas yang dihasilkan setelah proses.

“Walaupun kami sudah bisa menghasilkan biogas dari olahan kotoran sapi, tapi kami tidak punya kesempatan untuk mempromosikannya, karena kami tidak tahu dengan siapa dan kemana,” kata Jamaris, ketua kelompok tani Guo Mandiri.  

Ini menunjukkan bahwa mitra bisnis Guo Mandiri sangat terbatas dalam hal bahan, produksi, proses, produk, jasa, distribusi, pemasaran, dan sarana.
Kegiatan pemonitoringan produksi biogas di Desa Guo, Kecamatan Kuranji, dengan memanfaatkan teknologi Wireless Sensor Network (WSN) sebagai metode utama. 

Biogas yang dihasilkan dari limbah organik, khususnya kotoran ternak, menjadi salah satu solusi energi terbarukan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Namun, proses produksi biogas membutuhkan pengawasan yang intensif terhadap beberapa parameter penting, seperti suhu, pH, kelembaban, dan tekanan, agar kualitas serta kuantitas gas yang dihasilkan tetap optimal. 

Untuk itu, sistem Wireless Sensor Network dirancang guna memudahkan pemantauan secara real-time tanpa harus melakukan pengecekan manual yang memakan waktu dan tenaga. Melalui sensor-sensor yang terpasang pada reaktor biogas, data dikumpulkan dan dikirim secara nirkabel menuju pusat monitoring. 

“Data ini kemudian dianalisis untuk mengetahui kondisi produksi biogas secara cepat dan akurat, sehingga potensi penurunan kualitas dapat segera diantisipasi,”ujarnya.