Kesehatanviral

IDAI Imbau Kurangi Aktivitas Anak Jika Berisiko Terpapar Infeksi

10
×

IDAI Imbau Kurangi Aktivitas Anak Jika Berisiko Terpapar Infeksi

Sebarkan artikel ini

JAKARTA, hantaran.co – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau agar orangtua mengurangi aktivitas terhadap anak-anak dan balita yang menyebabkan risiko terpapar infeksi.

Dikutip Kompas.com, imbauan tersebut menindaklanjuti munculnya gangguan ginjal akut (acute kidney injury/AKI) misterius yang menyerang anak-anak di samping pandemi Covid-19 yang belum berakhir.

“Sebaiknya mengurangi aktivitas anak-anak khususnya balita yang menyebabkan terpapar risiko infeksi, seperti dalam kerumunan, ruang tertutup, tidak menggunakan masker, dan lain-lain,” ucap Ketua Pengurus Pusat IDAI, dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) dalam keterangan resminya, Kamis (20/10/2022).

Sementara untuk mencegah terjadinya gangguan ginjal akut, Piprim mengimbau orangtua tidak membeli obat-obatan bebas tanpa rekomendasi dokter atau tenaga kesehatan untuk sementara waktu.

Sejauh ini, kata dia, ada beberapa dugaan yang kemungkinan menjadi penyebab gangguan ginjal akut, termasuk konsumsi obat batuk sirup dan parasetamol sirup yang mengandung senyawa etilen glikol.

Menurutnya, dugaan ini bermula ketika ada kasus serupa di Gambia. Di negara itu, puluhan anak-anak meninggal dunia karena gagal ginjal usai mengonsumsi obat parasetamol sirup buatan Maiden Pharmaceutical Ltd, India, yang mengandung senyawa tersebut.

“Untuk sementara waktu, agar tidak membeli obat-obatan bebas tanpa rekomendasi tenaga kesehatan sampai didapatkan hasil investigasi menyeluruh oleh Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),” ucap Piprim.

Namun demikian, ia mengingatkan masyarakat agar tetap tenang namun selalu waspada jika menemukan gejala gangguan ginjal akut pada masing-masing anak.

Gejala yang umumnya muncul adalah batuk pilek, demam, muntah, diare, dan sulit kencing karena air seni sedikit atau tidak ada sama sekali.

“Masyarakat hendaknya tetap tenang dan waspada terhadap gangguan ginjal akut progresif atipikal ini, seperti berkurangnya atau tidak adanya buang air kecil secara mendadak,” kata Piprim.

Adapun untuk rumah sakit, IDAI meminta tenaga kesehatan termasuk dokter menghentikan sementara peresepan obat sirup yang diduga terkontaminasi etilen glikol sesuai hasil investigasi Kemenkes dan BPOM.

Bila memerlukan obat sirup khusus, misalnya obat anti epilepsi dan lainnya yang tidak dapat diganti yang lain, perlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter spesialis anak atau konsultan anak.

Bahkan jika diperlukan, lanjut dia, tenaga kesehatan dapat meresepkan obat pengganti yang tidak terdapat dalam daftar dugaan obat terkontaminasi atau dengan jenis obatan lain seperti suppositoria. Namun, dapat diganti dengan obat puyer dalam bentuk tunggal (monoterapi).

“Peresepan obat puyer dalam bentuk tunggal, hanya boleh dilakukan oleh dokter dengan memperhatikan dosis berdasarkan berat badan, kebersihan pembuatan, dan tata cara pemberian,” tutur Piprim.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat jumlah penderita gangguan ginjal akut misterius mencapai 206 kasus yang tersebar di 20 provinsi di Indonesia hingga Selasa, (18/10/2022).

Sebanyak 99 di antaranya meninggal dunia. Mayoritas pasien yang meninggal adalah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Angka kematian pasien yang dirawat di RSCM mencapai 65 persen.

hantaran/rel