Hindari Terulangnya Kelangkaan Kedelai, Sumbar Genjot Produksi di Tiga Daerah Ini

Kedelai

Kedelai. Ilustrasi

PADANG, hantaran.coHilangnya kedelai beberapa waktu lalu di pasaran membuat Pemerintah Provinsi Sumbar memutar otak untuk pemenuhan kebutuhan kedelai lokal tanpa bergantung terus menerus kepada impor.

Meski bukan menjadi pangan pokok, namun mahalnya kedelai beberapat waktu lalu sempat membuat konsumen menjerit. Walau pun masih ada di pasaran harganya pun tak main-main.

Kepala Dinas Pangan, Efendi, mengatakan, untuk kedelai memang karena kondisi lahan di Indonesia yang beriklim tropis, membuat kedelai tak dapat tumbuh dengan baik.

Bahkan, kalau pun dipaksakan, akan menelan biaya besar dan merugikan petani. Oleh karena itu, saat ini tetap mengandalkan kedelai impor dari Amerika Latin dan Australia, yang dibanderol dengan harga tinggi karena faktor biaya produksi.

Namun, katanya, dengan kondisi saat ini mau tak mau Sumbar sudah harus mampu mengembangkan komoditi ini. Tujuannya untuk pemenuhan kebutuhan lokal.

“Sehingga ketika terjadi lagi kelangkaan kedelai kita sudah punya cadangan untuk memenuhi itu. Kita tak menjerit lagi ketika kedelai langka harga tahu dan tempe naik,” katanya kepada hantaran.co beberapa waktu lalu di kantornya.

Saat ini, Sumbar tengah menggenjot produksi kedelai di tiga daerah yaitu, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pesisir Selatan, dan Kabupaten Pasaman Barat.

“Sebenarnya tiga daerah ini memang sudah kita jadikan lokasi untuk produksi kedelai di Sumbar. Dimana sejauh ini produksinya, kita perkirakan baru 1,2 ton per tahun sementara kebutuhan itu lebih kurang itu 4 ton per tahun. Sehingga kita harus menggenjot menjadi dua kali lipat produksi,” ujarnya.

Hal itu, menurut Efendi, bisa dilakukan dengan cara perluasan lahan yang ada saat ini sebanyak dua kali lipat sehingga bibit yang ditanam juga akan bertambah. “Kalau hal ini bisa kita wujudkan, kita tak akan sepenuhnya bergantung dengan kedelai impor,” katanya. (*)

Isra/hantaran.co

Exit mobile version