Harga Gambir Naik di Lima Puluh Kota

Sumbar

Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, saat meninjau gudang gambir Koperasi Syariah, Gambir Anam Koto Mandiri (Gakom) Jorong Sopang Nagari Pangkalan Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten Limapuluh Kota, Minggu(10/10/21). IST

LIMA PULUH KOTA, hantaran.co — Sebanyak 80 persen dari kebutuhan gambir dunia dipasok dari Indonesia. Sumatra Barat merupakan penghasil gambir terbanyak di tanah air salah satunya di Kabupaten Lima Puluh Kota.

Saat ini petani gambir di Lima Puluh Kota seperti menemukan semangat baru, karena naiknya harga  gambir. Seorang pedagang di Pasar Ibuh Payakumbuh, sebelumnya harga gambir  hanya Rp14.000/kg.

“Kini  harga gambir sudah mencapai Rp27.500/kg.  Kenaikan harga sudah terjadi sejak dua hari lalu,” ucap Syamsi, Selasa (11/1).

Hal senada juga disampaikan oleh Winarto, petani gambir di Manggilang Kecamatan Pangkalan. Menurutnya harga gambir bahkan sudah naik sejak seminggu yang lalu.

“Kalau menjual ke pengepul atau agen harganya Rp22.000 per kilo. Tapi kalau menjual langsung ke pasar bisa Rp24.000 lebih,”kata Winarto.

Winarto menjelakan harga gambir paling rendah terjadi pada tahun 2020 lalu saat kasus pandemi Covid -19 meningkat.

Dikatakannya saat harga gambir jatuh, sebagian petani tidak menjual gambir ke agen, Winarto dan petani lainnya hanya menjual daun gambir saja.

Ditemui terpisah, Masmariel Sekretaris Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Kabupaten Lima Puluh Kota membenarkan.

Ia mengatakan pada tahun 2020 sampai tahun 2021 banyak petani yang menjual daun saja dikarenakan tidak berimbangnya harga gambir dengan biaya yang dikeluarkan petani untuk mengampu gambir.

“Untuk produksi tahun kemarin memang sedikit menurun, karena harga gambir yang melemah sehingga banyak yang menjual daun saja,” kata Masmariel.

Masmariel juga mengatakan pihaknya senantiasa memberikan pembinaan dan bantuan kepada petani gambir melalui kelompok tani.

“Seperti pada tahun 2021 kemarin, kita memberikan bantuan berupa alat untuk pengelolaan gambir kepada kelompok tani karena petani kita masih ada yang menggunakan alat tradisional seperti kancah dan hidronik,” Kata Masmariel.

Selain itu, ia juga mengatakan hasil produksi gambir yang berasal dari Lima puluh kota tidak hanya di pasarkan di Payakumbuh dan Lima puluh kota saja. Gambir yang dihasilkan kebanyakan di ekspor ke India.

Pemasarannya melalui beberapa tahapan hingga sampai ke India. Biasanya pedagang lima puluh kota membawa ke Padang, dari Padang baru diekspor  ke luar negeri.

“Tapi kalau petani yang langsung menjual ke india belum ada. Masih melalui tahapan-tahapan. Sejak awalnya memang cukup panjang proses yang dilalui hingga gambir kita ini bisa sampai ke India,” tutur Masmariel. (*)

Wita/hantaran.co

Exit mobile version